Rabu, 25 Desember 2019

KOTA LAYAK ADZAB



by. Deu Ghoida


Bukan jamannya lagi membanggakan prestasi Kota Layak Anak. Jika ukuran suatu kota tak mampu lagi memberi jaminan keamanan diri dan akhlaq anak. Generasi jauh lebih mudah dirusak daripada dilindungi. Kemajuan hanya dinilai dari segi teknologi dan keterbukaan, sementara anak terdidik tanpa memiliki pemikiran dan akhlaq yang baik.

Perusak anak-anak justru kita sendiri. Generasi kita hari ini dihadapkan dengan beragam kerusakan yang tiada henti. Mulai dari jaminan kebebasan melahirkan beragam perilaku haus akan hiburan tiada henti. Kebebasan bertingkah laku menjadikan remaja gila dugem, remaja tak punya malu melakukan maksiat terang-terangan. Bukannya dihentikan penyebab masalahnya tapi justru malah ditutup datanya, Diawasi petugasnya.

Kebebasan pun melahirkan perilaku tak wajar dalam beragama. Bukannya makin menambah ketaatan, yang ada justru generasi takut mendalami agama karena ditakuti dengan beragam opini radikalisme. Mereka jauh lebih waspada pada ajakan ngaji rutin daripada ajakan nonton film intim. Mereka jauh lebih ngeri dengan perempuan bercadar daripada perempuan telanjang. Na'udzubillah.

Para santri uangs seharusnya menjadi penerus para nabi dalam melakukan amar ma'ruf nahiy munkar pun dibuat bukan sibuk menyelesaikan hafalan, malah sibuk dengan kegiatan natalan atas nama toleransi. Para ustadz sibuk membela penista atas dasar kebebasan berbicara dan sibuk mencari dalil pendukungnya  daripada mencegahnya. Anak muda disibukkan dengan pentas seni lelaki berlenggang manjah daripada lelaki memegang kuda dan panah.

Beragam program dirancang agar bagaimana semua orang bisa punya riba, dianggap tak perlu memikirkan halal haram, diarahkan pikiran menerima maslahat bank meski dengan riba. Bahkan program lulusan pesantren pun tak lepas dari bidikan. Jadilah santri keluar dengan sudit pandang tak jauh dari Barat.

Mahasiswa sekolah tinggi Islam diajak bertoleransi dengan membumikan toleransi ala film The Santri. Membawa nasi tumpeng ke gereja atas nama penghormatan perayaan agama lain, sholawatan di gereja seakan menjadi pemandangan asri. Entah dimana pikiran dan rasa itu pergi. Semua seakan dijalani untuk memancing kemarahan. Seakan semua baik, akhirnya berlombalah mereka menjadi orang yang paling toleran melebihi toleransi warga Amerika. Mereka jauh lebih sekuler dari orang sekuler. Jauh lebih liberal dari orang liberal Barat.

Toleransi Pintu Masuk Pelemahan Umat Islam

Bagi sebagian orang melihat, toleransi dinilai biasa saja. Padahal memaknai toleransi bukan lah demikian seharusnya. Justru jika memahami konstelasi global,  akan kita dapati bahwa sejak peristiwa 9/11 dunia di'paksa' mengkampanyekan War on Terrorism. Ketika skenario dijalankan, maka harus ada peran antagonis dan lakonnya. Lakon disetting setiap negara yang pro AS, sementara peran antagonis dianggap mereka yang mendapat stick-nya AS akibat menolak kampanye WOT.

Akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa dunia jika akan meraih kedamaian, maka harus ditekan upaya teror dan radikalisme dimanapun. Radikalisme diidentikan fanatisme pada agama Islam, dengan ciri identifikasi yang dilakukan oleh perang opini AS. Hingga sampai pada satu kesimpulan bahwa untuk mengurangi radikalisme maka perlu ditingkatkan tpleransi untuk menekan peran dan posisi agama yang dianggap jika terlalu dominan akan menyebabkan manusia menjadi radikal.

Yang diherankan adalah kebijakan ini disepakati oleh mayoritas negeri-negeri muslim hingga Indonesia pun menyepakati dan mulailah beragam proyek radikalisasi terjadi secara sistemik. Gelontoran dana pun didistribusi demi mensukseskan kampanye War.On Terrorism ini. Apapun masalah negeri ini, dianggap yang paling penting dan berbahaya adalah radikalisme. Negara akhirnya seperti menutup mata dari kebenaran, bahwa kemiskinan, mahalnya biaya hidup, kriminalitas tinggi dianggap masalah kesekian yang dihadapi negeri ini.

Sebagai contoh, di Jawa Tengah, di tahun 2019, 70 persen pelajar sekolah berpacaran , dan 3 persen dari total pelajar sudah berhubungan seksual dengan pacarnya. Kerusakan seperti ini dianggap perkara wajar karena terbukti tidak pernah dijadikan orientasi untuk solusinya.
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/suarabanyuurip/tiga-persen-pelajar-di-jawa-tengah-berhubungan-seks-1553308316435004257

Padahal Rasulullah sudah mengingatkan kita:

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِيْ قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ

Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).

Jika zina dan riba sudah menyebar di kota ini,apa kita hari ini masih pantas membanggakan prestasi fiktif sebagai penutup kerusakan? 

Lebih tepatnya justru kota ini jauh lebih layak mendapatkan adzab akibat kesombongan dan keangkuhannya untuk menolak hukum Allah diterapkan. Angkuh seakan akalnya mampu menembus semua masalah dan mencari solusi terbaiknya untuk semua manusia. Mustahil mampu merealisasikan semua itu jika hukum Allah mereka campakkan, kesombongan mereka tegakkan.


Selasa, 17 Desember 2019

Apresiasi Salah Sasaran

Pemberitaan tentang Gubernur Jawa Tengah yang memberi hadiah laptop pada program Gubernur Mengajar kepada siswa SD yang secara jujur mengakui pernah nonton video porno cukup membuat banyak kalangan heran. Setelah viral pernyataannya dalam program televisi tentang hobinya menonton video porno, kini pemberitaannya semakin memanas dan menuai kontradiksi di tengah masyarakat.

Bagi Ganjar, sikap siswa tersebut dianggapnya sebagai cerminan nilai-nilai positif yang harus ditiru. Sebab dia berani jujur dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi. Dianggap siswa tersebut mempunyai potensi leadership, hanya karena dia jujur mengakui pernah menonton video porno. Menurutnya menggakui sebuah kesalahan itu bagian dari sportifitas, bagian dari sikap kesatria.

Ganjar pun memaparkan bahwa menonton film dewasa menjadi hal yang disukainya. Ia justru balik mempertanyakan beberapa pihak yang menilai bahwa hobinya tersebut menjadi sesuatu yang keliru atau salah.Ganjar berdalih bahwa hobinya melihat video porno tak akan pernah melanggar Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (IT). Apa benar demikian?


Logika Terbalik Pemimpin

Untuk seseorang yang sudah dewasa menonton video porno memang tidak melanggar undang-undang iT dan juga tidak termasuk tindakan kriminal dalam hukum positif di negara ini. Hal ini juga didukung dengan adanya bisnis komersialisasi film porno yang tidak pernah bisa dibendung. Omzet miliaran rupiah senantiasa mengalir di balik bisnis gelap ini. 

Seakan tidak menjadi masalah ketika seorang dewasa menonton tayangan pornografi begitu seolah penilaian umum di masyarakat sekuler hari ini. Akan menjadi permasalahan ketika yang melakukannya adalah public figure. Yaitu seseorang yang memiliki kapasitas sebagai pemimpin di suatu wilayah. 

Kehati-hatian dalam bersikap untuk seorang pemimpin sangatlah diperlukan, karena dia akan menjadi sosok teladan untuk rakyat yang dipimpinnya. Dengan gubernur memberikan apresiasi bahkan pujian pada seorang anak yang hanya jujur mengakui kesalahannya, seakan-akan menutup bahaya pornografi yang jauh lebih besar dari sekedar kebohongan seorang anak. Memberikan pujian dan apresiasi kepada seorang anak didik karena kejujurannya menonton film porno, akan memberikan motivasi kepada pelajar yang lainnya untuk melakukan hal yang sama terlepas dari halal haramnya melakukan aktivitas tersebut.

 Tidak sepantasnya seorang pemimpin di suatu wilayah melakukan hal demikian. Seorang pemimpin yang menganggap pornografi hanya sekedar sebagai tontonan sama saja artinya memberikan keleluasaan untuk semakin berkembangnya bisnis pornografi tersebut. Dan sejenis dukungan untuk terus berkreativitas dalam melakukan bisnis gelap, sebutlah kini maksiat dimana-mana di Jawa Tengah mulai dari bisnis prostistusi, club malam, hotel berbintang hingga tempat maksiat lainnya justru semakin me jamur.

Seakan atas nama kemajuan, masyarakat dipaksa harus terbiasa dengan maksiat didepan mata. Amatlah miris, Jika seorang pemimpin yang seharusnya menjadi teladan mengayomi dan melindungi masyarakat dan generasi nya dari kerusakan, Justru malah memberikan contoh bagaimana merusak jatidiri dan kualitas generasi.


Liberalisme Sekuler Akar Masalah Kerusakan

 Munculnya sikap 'nyeleneh' dari seorang pemimpin negeri ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari asas yang mendasari tegaknya aturan di negeri ini. Liberalisme sekuler telah menciptakan pola pikir bebas hingga akhirnya level seorang pemimpin pun berpikir layaknya bukan seorang pemimpin. Kebebasan berpendapat menjadi hujahnya untuk tetap didbenarkan. 

Beragam permasalahan negeri ini tidak diselesaikan dari akar permasalahannya. Hanya diselesaikan dengan politik tambal sulam dengan orientasi mencari keuntungan semata . Makin liberalnya kehidupan di Jawa Tengah merupakan dampak dari semakin terbukanya peluang investasi yang masuk . Kebebasan berekonomi menuntut adanya kebebasan lainnya. Sehingga tuntutan dari para investor dengan adanya beragam hiburan dan pelayanan menuntut adanya peraturan daerah liberal yang pro terhadap para investor bukan keberpihakannya terhadap rakyat . 

Sehingga bukanlah hal yang mengherankan banyak statement dan kebijakan 'nyeleneh' akan menjadi pemandangan sehari-hari untuk masa yang akan datang selama masih menggunakan liberalisme sekuler sebagai dasar pemikiran dan dasar membuat aturan di negeri ini. Kebijakan akan tetap berpihak kepada orang-orang yang anti terhadap agama dalam hal ini anti terhadap Syariat Islam. Radikalisme dianggap masih tetap menjadi musuh utama yang jauh lebih berbahaya dari pornografi, seks bebas hingga prostitusi. Inilah pola pikit terbalik penguasa negeri ini.


Islam Solusi Kerusakan Sistemik

DDalamIslam jelas seorang pemimpin adalah raa'in (pengurus urusan). Sehingga tidak ada jabatan digunakan untuk nyleneh dan cari sensasi. Karena urusan umat dihadapan Allah akan dipertanggungjawabkan.

Rasulullah Saw. bersabda:

الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Makna raa‘in (penggembala/pemimpin) adalah “penjaga” dan “yang diberi amanah” atas bawahannya. Rasulullah saw memerintahkan mereka untuk memberi nasehat kepada setiap orang yang dipimpinnya dan memberi peringatan untuk tidak berkhianat. Imam Suyuthi mengatakan lafaz raa‘in (pemimpin) adalah setiap orang yang mengurusi kepemimpinannya. Lebih lanjut ia mengatakan, “Setiap kamu adalah pemimpin” Artinya, penjaga yang terpercaya dengan kebaikan tugas dan apa saja yang di bawah pengawasannya.

Jika kepemimpinan kita hari ini memang belum berdasarkan Islam, tapi pertanggungjawaban kepemimpinan tetap akan dihisab dihadapan Allah. Seperti apapun bentuknya. 

Pemimpin yang menyukai film porno seharusnya introspeksi dan mendalami bagaimana syariat Islam mengaturnya karena terbukti agamanya pun Islam.

Film porno akhir-akhir ini mudah diakses karena perkembangan teknologi hari ini berdasarkan liberalisme. Sehingga seorang anakpun bisa dengan mudah mengaksesnya. Negara sebenarnya sangat bertanggungjawab akan peredarannya.

Menurut Syaikh ‘Atha` Ibnu Rusytah, menonton film porno hukumnya haram, meski itu hanya gambar dan bukan kenyataan yang sebenarnya.  Dalilnya kaidah fiqih : al-wasilah ila al-haram (Segala sarana yang mengakibatkan keharaman, hukumnya haram). Menurut beliau, pengamalan kaidah ini tidak mensyaratkan sarana itu akan mengakibatkan keharaman secara pasti, tapi cukup ada dugaan kuat (ghalabatuzh zhann) sarana itu akan mengakibatkan keharaman. Pada umumnya, film porno akan mendorong penontonnya melakukan keharaman, semisal zina. Maka kaidah fiqih tersebut dapat diberlakukan untuk kasus ini sehingga hukum menonton film porno adalah haram. (Ajwibah As`ilah, 10/10/2006).

Syaikh Ziyad Ghazzal juga menegaskan keharaman menonton film porno dalam kitabnya Masyru’ Qanun Wasa`il al-I’lam, hal. 75. Dalilnya sabda Rasulullah SAW,”Kedua mata dapat berzina, dan zina keduanya adalah melihat. Kedua telinga dapat berzina, dan zina keduanya adalah mendengar. Lidah zinanya dengan bicara. Tangan zinanya dengan menyentuh. Kaki zinanya dengan melangkah. Hati zinanya dengan berhasrat dan menginginkan. Dan kemaluan akan membenarkan atau mendustakannya.” (HR Muslim).

Syaikh Ziyad Ghazzal menjelaskan wajhul istidlal (cara penarikan kesimpulan hukum) dari hadits tersebut sebagai berikut. Kalau zina telinga yang diharamkan itu dengan mendengarkan cerita tentang zina, maka lebih-lebih lagi kalau melihat gambar orang berzina. Karena melihat gambar orang berzina lebih jelas dan lebih besar pengaruhnya ke dalam jiwa daripada sekedar mendengar cerita zina. Maka melihat film porno hukumnya haram. (Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa`il al-I’lam, hal. 76).

Dikecualikan dari keharaman ini, pihak-pihak yang mempunyai keperluan syar’i (hajat syar’iyah), yaitu keperluan yang dibenarkan hukum syariah. Misalnya, polisi (syurthah), atau hakim (qadhi) yang akan menjatuhkan hukuman untuk pelaku suatu film porno. Dalam kondisi seperti ini, boleh hukumnya pihak-pihak tersebut melihat film porno dalam rangka pemeriksaan.

Dalilnya adalah hadits dan Ijma’ Shahabat. Diriwayatkan ketika Nabi SAW mengangkat Sa’ad bin Muadz sebagai hakim untuk menghukum mati kaum lelaki Yahudi Bani Quraizhah, Sa’ad telah membuka sarung mereka untuk mengetahui mereka sudah dewasa atau belum. (HR Al-Hakim dan Ibnu Hibban). Pada zaman Khalifah Utsman, seorang lelaki pencuri yang tertangkap. Khalifah Utsman memerintahkan para sahabat untuk melihat aurat di balik kain sarungnya. Ternyata rambut kemaluan pencuri itu belum tumbuh sehingga dia tak jadi dipotong tangannya. (HR Baihaqi). Hal ini diketahui para shahabat dan tak ada yang mengingkarinya sehingga terwujudlah Ijma’ Shababat. (Taqiyuddin an-Nabhani, an-Nizham al-Ijtima’i fi al-Islam, hal. 40).

Dalil-dalil ini membolehkan melihat aurat jika ada keperluan yang dibenarkan syariah. Kalau melihat aurat dibenarkan, maka melihat gambar aurat seperti film porno juga diperbolehkan, jika ada keperluan yang dibenarkan syariah, seperti pemeriksaan oleh hakim. Wallahu a’lam



Minggu, 15 Desember 2019

Negara Kapitalis Membidani Lahirnya Generasi Stunting

Problem negeri ini seolah tidak pernah berakhir. Data anak stunting di negeri ini pun tidak bisa dianggap sebagai masalah sepele. Seperti di daerah Magelang misalnya, data yang cukup tinggi menjadikan pemerintahan di Magelang memutar otak untuk mengurangi angka stunting tersebut. Jumlah stunting di Magelang tahun 2017 mencapai 30 % dari total populasi anak Kabupaten Magelang. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah.

Stunting adalah terhambatnya pertumbuhan anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan kekurangan stimulasi psikososial.

Sebagai solusi kendala tersebut, Pemerintah Kabupaten Magelang menyiapkan program Kampung Anak Sejahtera untuk menekan jumlah stunting. 

Melalui program Kampung Anak Sejahtera, menurunkan jumlah stunting melalui dua pendekatan, yaitu pola asuh keluarga dan kesehatan. Dikarenakan selain aspek kesehatan, stunting juga disebabkan praktik pola asuh keluarga yang salah.(http://beritamagelang.id/program-kampung-anak-sejahtera-tekan-stunting). Seberapa efektif upaya penyelesaian tersebut, sebenarnya perlu dilihat secara sistemik.

Rekor Stunting Indonesia

Indonesia memperoleh predikat negara dengan urutan ke 4 di dunia anak dengan kondisi stunting. Artinya problem ini menjadi permasalahan kompleks, karena terjadi justeu di negeri kaya, negeri yang seharusnya menjadi produsen lumbung pangan dunia.
https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2019/01/21/512/2007532/berada-di-urutan-4-dunia-pemerintah-gencar-berantas-stunting

Meski dari beragam.statement pejabat negeri ini menyebut  angka stu ting turun dimasa presiden Jokowi seperti yang disebutkan oleh KH. Ma'ruf Amin, tapi kemudian dibantah akan kebenarannya karena justru sebaliknya.
(https://m.detik.com/news/berita/d-4471803/maruf-klaim-angka-stunting-turun-7-di-era-jokowi-seperti-apa-data-kemenkes)
(https://www.kompasiana.com/ilyani/5c8f1ed195760e38ba27c192/kyai-ma-ruf-keliru-era-jokowi-stunting-justru-meningkat)

Problem stunting seharusnya menjadi problem yang cukup diseriusi oleh pemerintah. Bukan sekedsr wacana solusi semata. Kemiskinan dan jauhnya masyarakat darinkesejahteraan seharusnya menjadi orientasi yang diseriusi untuk ditangani. Karena problem stunting merupakan perkara genting yang butuh adanya penyelesaian.

Pemerintah menyebut sudah melakukan beragam upaya mengurangi stunting di Indonesia. Mulai dari dikeluarkannya Perpres No 42/2013, Penetapan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) 2018-2024, bera ga m kampanye nasional pencegahan stunting, bahkan hingga sertifikasi pra nikah juga digadang akan menjadi bagian dari solusi pencegahan stunting. Ada juga program beras bervitamin BPNT, Program Kampung Anak sejahtera. Tapi dari beberapa tahun ini justru ptoblem stunting terus meningkat. Miris.


Stunting Akibat Hegemoni Kapitalisme Global

Pemerintah dianggap melihat problem stunting hanya dari sisi penampakan semata. Hanya dilihat dari sisi ekonomi.semata. sehingga beragam solusi yang dilakukan pun tidak pernah keluar dari kerangka berpikir kapitalisme. Uang negara hanya beredar pada program pemerintah sendiri bukan kepada kesejahteraan rakyat.

Dampak stunting seharusnya dilihat sebagai akibat dari penerapan ideologi yangsalahbdalam kehidupan kita hari ini. Kapitalisme liberal telah memaksa rakyat mau tunduk pada kebijakan yang jauh dari keberpihakannya kepada rakyat. 

Hal ini terbukti, dengan beragam analisa dan sokusi stunting dilakukan semata karena stunting dianggap dapat merugikan perekonomian Indonesia. Indonesia akan kehilangan angka usia produktif jika 30% anak stunting ini dewasa. Pemikiran yang sangat picik. Bahkan data 4 dari 10 anak Indonesia alamai stunting ini, menurut Menkes menjadikan Indonesia akan rugi hingga ratusan triliun. 
(https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/02/091000826/kekurangan-gizi-dapat-rugikan-ekonomi-indonesia)
(https://www.google.com/amp/s/m.tribunnews.com/amp/kesehatan/2018/08/03/empat-dari-10-anak-indonesia-alami-stunting-menkes-sebut-negara-rugi-hingga-ratusan-triliun)

Tak sepantasnya pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab atas urisan rakyat melihat masalah yang terjadi hanya melihat dari sisi keuntungan dan kerugian ekonominya saja. Bagaimanapun pengelolaan urusan rakyat seharusnya menjadi tanggungjawab negara bukan skeedar menerapkan prinsip untung rugi.

Sudut pandang kapitalis dalam mengelola urusan rakyat ini memang menjadi bagian dari Program penyelesaian stunting sesuai arahan WHO. Negara terdikte dengqn kebijakan Barat padahal jelas-jelas negara Baratlah yang mendulang keuntungan di negeri ini. Rakyat miskin di negeri yang berlimpahan sumber daya. Kemiskinan merajalela di negeri kaya. WHO menerapkan negara yang memiliki angka data stunting diatas 20%, menjadi negara yang dianggap memiliki masalah serius terhadap stunting. Dan angkanya Indonesia versi WHO angkanya bisa mencapai 35%.

Sebenarnya problem kelaparan dunia saat ini cukup parah, dimana 1 dari 9 orang didunia adalah penderita kelaparan. Penyelesaian WHO tidak pernah menyentuh padaakar masalah dunia yg diterapkan kapitalisme. Kebringasan dan kerakusan Kapitalisme inilah penyebab kemiskinan sistemik di dunia. Dengan berlindung pada lembaga dunia, semua menutup mata akan pelaku kejahatan yang sesungguhnya. Bahkan di tahun 2018 ada lebihbdari 820 juta penduduk dunia kelaparan. Lalu siapa peduli pada keadaan ini? Negara kapitalis hanya meraup keuntungan ditengah kemiskinan yang mereka ciptakan.

Sehingga dari sini kita akan melihat bahwa keseriusan negara kapitalis dalam menyelesaikan problem kelaparan dunia semata-mata bukan untuk kesejahteraan yang benar-benar ingin diraih.  Tapi semua dilakukan pun hanya sekedar untuk menjaga eksistensi kehidupan kaum kapitalis sendiri.

Islam Solusi Problem Kehidupan

Mewujudkan kehidupan  sehat berarti mewujudkan kebiasaan dalam berperilaku sesuai dengan syariah Islam. Hal ini membuat seorang muslim untuk berpikir dan berbuat sesuai dengan syariat Islam.

Menjaga kebersihan, kesehatan bahkan menjaga eksistensi hidup berdasarkan Islam menjadinsuatu kewajiban. Penerapan ini membutuhkan negara untuk merealisasikan syariat Islam dalam kehidupan negara. Mulai dari penerapan ekonomi Islam, politik Islam, pendidikan Islam dan pengelolaan harta milik unatpun harus dengan syariat islam hingga pelayanan kesehatan menjadi orientasi negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Semua dilakukan cuma-cuma karena kesehatan rakyatnya merupakan hal penting untuk penjagaan kualitas negara.

Jaminan ketersediaan pangan yang halal dan baik, termasuk air bersih hingga tingkat rumah tangga (harga terjangkau dan mudah diakses) menjadinkewenangan dan tanggungjawab negara. Sehingga penerapan syariah yang kaffah inilah seharusnya mengembalikan fungsi negara bukan menjadi boneka bagi negara kapitalis dunia, tapi seharusnya negara kembali menjalankan fungsinya sebagai pengurus masyarakat, seperti menjamin pemenuhan pokok publik, menyediakan lapangan kerja, dan membebaskan barang milik umum dari kapitalisasi. 

Sehingga sinergisme penjagaan pola hidup sehat rakyat dengan syariat ditopang dengan penerapan Islam kafah oleh negara akan menjadi solusi komprehensif atas masalah stunting. Negeri ini tidak akan menjadi proyek uji coba penerapan kapitalisasi di semua lini kehidupan. Karena negara yang menerapkan Islam akan menghentikan semua bentuk kerjasama politis dengan negara kapitalis yang hanya berorientasi pada keuntungan semata. Beragam agenda penjajahan akan dibatalkan jika negara menyadari pengaruhnya untuk rakyat.



Sabtu, 14 Desember 2019

LIBERALISME BIKIN PENISTA MERAJALELA

Munculnya beragam penghinaan terhadap Nabi dan ajaran syariat Islam beberapa waktu ini marak terjadi. Umat Islam dihadapkan dengan pilihan sikap untuk berjuang membela agamanya atau memilih toleran terhadap upaya penistaan tersebut. Lambatnya aparat dalam menangani kasus penistaan tersebut menjadi penyebab semakin marahnya umat Islam kepada ketidakadilan di negeri ini. 

Dengan dalih toleransi, dilakukanlah beragam argumentasi pembelaan untuk meyakinkan opini publik bahwa menjadi seorang muslim tidak boleh terlalu fanatik, harus siap dengan beragam perbedaan  hingga beragam cara memahami Islam yang sudah tidak benar pun harus ditoleransikan. Beberapa tahun sebelumnya pernah terjadi kasus penistaan agama mulai dari perusakan masjid, pelecehan Alquran, hingga memasukkan anjing ke dalam masjid.

Munculnya beragam penistaan dan penghinaan terhadap ajaran agama Islam tidak akan pernah terjadi ketika manusia hari ini mengetahui betul konsekuensi dari penistaan tersebut. Akan tetapi hari ini banyak muslim sendiri atau orang yang mengaku muslim justru melemahkan dan melecehkan ajaran Islam. Bahkan tak sungkan melecehkan Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

 Hal ini terjadi dikarenakan adanya liberalisme sebagai dasar aturan bermasyarakat kita hari ini. Paham kebebasan ini telah mencengkram masyarakat dengan sangat kuat, di mana kebebasan berbicara, kebebasan berekspresi, kebebasan berakidah dan kebebasan beragama menjadi orientasi yang dijamin keberadaannya Dengan undang-undang dan HAM. 

Umat Islam hari ini lemah ketika dikatakan syariat Islam menentang HAM. Seolah-olah posisi HAM tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Islam. Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

َاْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى.

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” HR. Ad-Daruquthni (III/ 181 no. 3564)

Lalu mengapa umat Islam hari ini justru malah menganggap ada yang jauh lebih tinggi dari Islam. Mereka merasa biasa-biasa saja ketika agama mereka dihina bahkan berani mati untuk melakukan pembelaan terhadap para penista tersebut. Justru orang hari ini akan marah ketika harga dirinya dihina dan ini digambarkan demikian oleh ulama:

أَبُنَيَّ إنَّ مِنْ الرِّجَالِ بَهِيمَةً،
فِي صُورَةِ الرَّجُلِ السَّمِيعِ الْمُبْصِرِفَطِنٌ بِكُلِّ مُصِيبَةٍ فِي مَالِهِ،
وَإِذَا يُصَابُ بِدِينِهِ لَمْ يَشْعُر.

"Wahai Anakku sesungguhnya dari jenis orang (ada yang bagaikan) binatang ternak. Ia berupa orang (yang bisa) mendengar (dan) melihat (serta) cerdik jika ada musibah pada hartanya. Dan apabila (ada) musibah menimpa Agamanya, ia tidak peduli."
(Imam al-Mawardi asy-Syafi'iy, Kitab Adabud-Dunya wad-Diin 1/126)

Menjadi penista agama, bahkan penista Rasulullah merupakan sebuah keburukan. Karena Allah telah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

*Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.* (QS. al-Ahzab: 57)

Allah juga berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (QS. al-Mujadilah: 20).

Syaikhul Mufassir (bapak ahli tafsir), at-Thabari mengatakan:

إن الله تعالى ذكره أخبره أن مبغض رسول الله صلّى الله عليه وسلم هو الأقل الأذل المنقطع عقبه، فذلك صفة كل من أبغضه من الناس، وإن كانت الآية نزلت في شخص معين

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengabarkan bahwa orang yang membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dialah orang yang lemah, hina, yang terputus keturunannya. Itu merupakan sifat bagi setiap manusia yang membenci beliau. Meskipun ayat ini turun berkenan dengan orang tertentu.” (Tafsir at-Thabari, 12:726)

Berikut beberapa bukti sejarah sebagai pengingat :
Pertama, semua orang yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan kafir Quraisy, mati dalam kondisi mengenaskan.

1. Abu Lahab mati dalam keadaan mengidap penyakit Adasah, badannya mengeluarkan bau yang sangat busuk. Sampai tidak ada satupun keluarganya yang mau mendekatinya. Dia dimandikan dengan disiram air dari jauh. Dan ketika dikuburkan, orang-orang melempari tanah dan batu ke lubang kuburnya dari jauh.

2. Utbah bin Abu Lahab pernah menarik baju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian meludahi wajah beliau yang mulia. Akhirnya di suatu perjalanan, kepalanya diterkam singa, padahal dia sudah berlindung di tengah kerumunan rombongannya.

3. Abu Jahal dipenggal kepalanya oleh Ibnu Masud di kerumunan bangkai orang kafir yang berserakan ketika perang badar, setelah dia dijatuhkan dengan serangan putra Afra dan Muadz bin Amr bin Jamuh.

Kisah-kisah lain semacam ini, banyak disebutkan di buku-buku sirah, mwnggambarkan kisah untuk pembelajaran kita hari ini. Masihkah kita akan diam jika agama dan Rasulullah tercinta kita dihina? Ayo umat Islam, bangkitlah untuk melakukan amar ma'ruf nahy munkar.


Senin, 09 Desember 2019

Neoimperialisme Berwajah Investasi

Kembali negara disibukkan dengan target investasi. Kini daerah pun ditarget dengan beragam investasi dengan alasan untuk meraih kemajuan dalam percepatan pembangungan. Cilacap misalnya, nilai investasi yang masuk 2019 ini sekitar Rp 72 Triliun. Angka yang cukup fantastis. (https://m.liputan6.com/regional/read/4119396/wow-nilai-investasi-cilacap-2019-capai-rp72-triliun)

Meski nilai investasi itu beragam tidak hanya dalam bentuk modal, akan tetapi hal tersebut dianggap merupakan hal membahagiakan. Dikarenakan memang orientasi ekonomi nasional menitikberatkan pembangunan pada investasi terutama dari asing.

Beragam upaya digunakan untuk makin memuluskan dan mempercepat investasi masuk. Salah satunya dengan penerapan OSS alias Online Single Submission (OSS) atau program pelayanan terpadu satu pintu. Berinvestasi di Cilacap, seorang pemodal tak perlu repot bolak-balik antar gedung karena semua kini dapat dilakukan secara online. Program.ini merupakan bagian dari program pemerintah Jateng untuk mempercepat investasi. Jateng mendapat penghargaan dg pelayanan terbaik se-Indonesia th 2018. Terbaik disini, dlm artian yg paling mudah menyiapkan sistem investasi bagi investor.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Cilacap, Dian Arinda Murni mengatakan itu berarti terjadi peningkatan sebesar 800 persen dibanding target investasi 2019 yang telah ditetapkan. Investasi terbesar di Cilacap pada 2019 di bidang listrik, gas dan air. Sedangkan investasi kedua terbesar adalah industri kayu.

Besarnya investasi ini menjadikan Cilacap sebagai titik tulang punggung energi nasional, dikarenakan suplai dari PLTU dan Kilang Pertamina menjadikan Cila ca p sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan memungkinkan pembangunan RTRW mengarah pada kwbutuhan percepatan transportasi. Proyek tol pun mulai digarap di beberapa waktu kedepan.
(https://satelitpost.com/regional/cilacap/rtrw-kabupaten-cilacap-mencakup-kegiatan-pusat-nasional)

Sebagai wilayah  dengan adanya aset nasional didalamnya, maka iklim investasi disuasanakan sedemikian rupa untuk mendukung investasi besar-besaran. Bahkan Cilacap menjadi target sasaran investasi asing masuk karena adanya aset nasional  tersebut. Ibarat gadis manis yang penuh pesona, bahkan pemerintah tak segan menawarkan beragam jenis investasi hanya demi menaikkan pendapatan daerah. Tak ayal, Cilacap digadang sebagai Singapore of The Java oleh Gubernur.

Program investasi jateng juga mrp program yang dianggap dominan, bahkan hal tsb digenjot dengan berbagai cara yang diarahkan oleh presiden jokowi. Perdagangan dan investasi Indonesia akan didorong melalui Lima Prioritas Presiden Joko Widodo, yaitu pengembangan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, menyederhanakan peraturan, menyederhanakan birokrasi, dan transformasi ekonomi. Hal inilah yang kemudian menjadikan Indonesia dipaksa harus siap  menjadi negara tujuan investasi dunia. (https://www.google.com/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/1177540/kemendag-indonesia-siap-menjadi-negara-tujuan-investasi-dunia)


Pelaksana Bank Dunia

Arahan investasi dunia kepada indonesia merupakan bagian dari strategi tata dunia baru, dalam hal ini sesuai dengan arahan dari Bank Dunia. Menjadikan wilayah asri I donesia mwnjadinsasaran investasi seakan memaksa Indonesia harus menjalankan dengan cepat keinginan negara imperialis dunia menjarah dan mengeksploitasi negeri ini dengan kemudahan yang justru kota berikan.
(https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/dunia-nilai-indonesia-tempat-investasi-yang-tepat)

https://www.google.com/amp/s/www.medcom.id/amp/GKdRl4Eb-4-rekomendasi-bank-dunia-untuk-tarik-investasi-asing

-Pemerintah selama ini hanya memfokuskan pd percepatan investasi tanpa memperhatikan dampaknya dan pengaruhnya pada kesejahteraan masyarakat. Bahkan masyarakat indonesia justru mengalami kemakmuran semu. Dampak kerusakan lingkungan kian menjadi, masuknya tenaga asing justru seakan tak terbendung, masyarakat masih saja memiliki problem pengangguran dan sempitnya lapangan pekerjaan. Lalu kemakmuran itu untuk siapa?
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20190723142610-532-414710/percuma-ekonomi-tumbuh-kalau-kemakmuran-semu?
https://m.liputan6.com/regional/read/4091817/didesak-pindahkan-tps-limbah-pltu-begini-respon-pemkab-cilacap

Pembangunan Memakmurkan Kapitalisme

Karena negara menerapkan sistem kapitalisme maka beragam macam pembangunan yang dilakukan hari ini hanya menguntungkan dan memakmurkan kaum kapitalis saja. Rakyat tetap saja miskin terbebani dengan beragam macam beban hidup yang semakin hari semakin bertambah.

Kebijakan kapitalistik hanya mengikuti  alur penjajahan neoimperialisme di negeri ini. Ujungnya kepentingan asing kapital yang mendominasi keuntungan. Rakyat tetap saja dibebani pajak tinggi, dan beragam kebijakan kapitalistik sementara investor mendulang keuntungan, bahkan rakyat tak sadar harta kandungan alam di negerinya diboyong ke luar negeri puluhan tahun. 

Kebijakan ini jelas kontradiksi dengan Islam. Dimana dalam Islam tugas dari pemerintah  sejatinya adalah pengatur urusan rakyat bukan berjual beli dengan rakyat. Sudah sewajarnya pemerintah mengupayakan segala sesuatunya mudah dan murah untuk rakyat bukan untuk kaum kapitalis. 

Pengelolaan sumberdaya alam pun seharusnya digunakan untuk kemaslahatan rakyat bukan sekedar memperkaya pihak tertentu saja. Pembangunan infrastruktur pun dalam islam digunakan untuk memudahkan rakyatnya bùkan sekedar mempercepat perekonomian.

Padahal Rasulullah telah mengingatkan kita umat Islam:
Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat.” (HR. Ath-Thabrani)

Lalu kenapa penguasa kita hari ini tetap lalai dan justru mengeksploitasi bumi Allah ini semau mereka, menindas rakyat dengan kebijakan pro kapitalis bahkan tidak peduli dengan kerusakan pada bumi Allah?
Semua karena kapitalisme liberal telah menjadi dasar penerapan aturan di negeri ini. Penguasa disetir oleh kepentingan neoimperialisme dengan menggunakan topeng investasi.

Jumat, 06 Desember 2019

Be Millenial Muslim GenerationChange Your Habits!


 

By. Dewi Ummu Syahidah

Menjadi generasi milenial atau generasi Y atau dikenal dengan Generation Me atau Echo boomers, untuk menunjuk kepada mereka yang lahir di tahun 1980-1990 atau pada tahun 2000. Karena tedapat perbedaan dalam menilai asal lahir generasi ini. Tapi tidak menjadi masalah, mengingat ukuran generasi milenial ini kini menjadi sasaran empuk untuk pemanfaatan arus teknologi informasi dan ekonomi.

Menjadi generasi muslim milenial pun pada akhirnya harus berhadapan dengan beragam tantangan. Memang benar hari ini kecanggihan teknologi memudahkan kehidupan, akan tetapi teknlgi jika dihandle oleh pihak yang kurang tepat justru hanya akan melahirkan kesesatan dan permasalahan. Apalagi pengendali teknologi saat ini justru dihandle oleh kaum kapitalis yang menguasai pasar dan hanya berorientasi pada materi dan keuntungan semata.

Hingga tak sedikit remaja milenial pun menjadi korban keganasan kaum kapitalis. Rancangan kehidupan dialurkan oleh kaum kapitalis hingga berubahlah orientasi hidup seorang muslim. Seharusmya hidup untuk meeraih keuntungan akhirat, lalu berubah menjadi sekedar mencari kehidupan dunia. Miris.

 Realita masyarakat yang didominasi liberalisme kapitalisme, pada akhirnya menciptkan habits sesuai dengan cara pandangnya. Bahkan habits ini akhirnya mendominasi kehidupan masyarakat dan menjadikannya sebagai ‘urf atau sejenis kebiasaanumum di masyarakat. Sudut pandang melahirkan habits pada seseorang, lalu menciptakan terbentuknya masyarakat berupa ‘urf nya. Habits terbentuk darin adanya repetisi yang terus dilatih Dan dilakukan pengulangan ini dilakukan dengan sadar ataupun tidak akan menciptakan habits pada seseorang.

Realita kehidupan serba liberal telah menciptakan  habits khos pada diri seorang muslim. Tanpa disadari, perilaku generasi muslim hari ini jauh lebih condong kepada peradaban Barat. Beragam orientasi hidup untuk duniawi, standar kebahagiaan berupa materi, hingga kesenangan dan hiburan menjadi pemandangan keseharian.

Sebagai contoh, jelang akhir tahun beragam agenda telah disiapkan, bertepatan dengan momen liburan sekolah maka rentetan agenda hiburan dan planning hidup sudah direncanakan. Tanpa disadari moment liburan menjadi momen yang sangat dinanti, dengan alasan melepas penat butuh hiburan, liburan dan jajanan. Akhirnya dimanfaatkanlah hal.tersebut oleh pihak yang memiliki kepentingan ideologis untuk meraup untung sebesarnya. Tak peduli seberapa dampak kerusakannya, mereka akan menyiapkan konsep-konsep hiburan malin menyenangkan para milenial yang haus hiburan.

Pesta tahun baru, ko.ser dan beragam jenis hiburan disajikan tanpa disadari imbas kerusakan yang ditimbulkannya. Seks bebas merajalela, pergaulan ikhtilat dimana-mana, dan kerusakan generasi pun tidak mampu dicegah. Jika sudah menjadi tradisi turun temurun, seolah kebiasaan tersebut telah menjadi kelegalan. 

Artinya dari satu contoh saja, menunjukkan bahwa habits pada satu moment saja diantara generasi muda saat ini pun sangat ditentukan oleh peradaban Barat. Muslim jarang menanyakan detilnya dalam Islam bagaimana hukumnya, mereka menjalani sekedar hiburan, dan anggapan habits dimasyarakat akhirnya menjadi pelegalan.


Habits Menentukan Kualitas Hidup

Habits seseorang akan sangat menentukan kualitas hidup. Bagaimana sebenarnya tiap orang tua menghendaki kebaikan pada anaknya, hingga akhirnya orang tua menyiapkan kebiasaan baik sejak anaknya masih kecil. Dengan satu tujuan, agar anak bisa menjadi anak baik. Lalu peradaban dimana anak tumbuh ternyata dengan mudah menghancurkan bangunan habits orang tua untuk anaknya. Itulah mengapa, habits haruslah dibangun atas dasar kesadaran individu, untuk tetap membangun habits baik sehingga kualitas hidupnya pun baik.

Menjadi seorang muslim, sudah seharusnya hidupnya dipenuhi dengan habits Islam. Habits yang  sesuai dengan ajaran Islam. Hal itu dilakukan dengan cara terus mengulang aturan syariat dalam kehidupan keseharian.  Al-Qur’an telah memuat firman Allah yang membukakan kepada kita kunci daripada pengajaran, yaitu pengulangan (repetisi),

Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka (TQS Thahaa [20]: 113)


 Oleh karena itu untuk membentuk habits yang baik diperlukan pemahaman Islam yang komprehensif atau menyeluruh. Dengan mengetahui syariat Islam secara menyeluruh akan mempermudah seseorang untuk menjalankan kebiasaan baik.  Karena seluruh syariat Allah ketika dijalankan pasti akan menuai kebaikan atau ada maslahat yang dicapai.

Membentuk habits yang baik memang sulit pada awalnya, tapi dengan keistiqomahan pasti akan mudah menjadikannya konstan dalam amal. Habits buruk mudah dibentuk namun menyusahkan kita di sisa hidup kita.

Tantangan membentuk habits baik adalah diri kita sendiri.  Seringkali rasa seperti malas, enggan, futur menjadi penghalang keitiqomahan dalam melakukan habits baik.

Jadi hanya satu sebab ketika kita belum mampu membentuk habits baik yaitu : “Kita belum cukup banyak mengulang dan melatihnya, baik terpaksa ataupun sukarela”. Bukan masalah bakat, kurang motivasi atau apapun yang selama ini kita pikirkan.

Allah ciptakan akal pada manusia sebagai pembeda dengan makhluq lainnya. Sehingga disitulah tugas manusia memaksimalkan akalnya untuk bisa memikirkan hakikat penciptaan dan membiasakan habits sesuai dengan keinginan Sang Pencipta, yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala.

Penelitian mengatakan, bahwa 30 hari melatih suatu hal akan membuat kebiasaan baru terbentuk. Contohlah kita ingin membentuk habits membaca, maka bacalah buku setiap hari pada waktu yang sama, ba’da shubuh 1/2 jam, setiap hari. Maka setelah 30 hari habits baru itu akan muncul, walau masih lemah. Semakin lama kita melaksanakannya, semakin habits itu berakar.

Seperti ungkapan Imam Syafi’i “Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama pembimbing, serta waktu yang lama!

Menjadi remaja milenial saat ini pun mudah untuk mampu mengubah habits. Tantangan kedepan makin berat dan beragam ujian pun siap menanti. Akan tetapi ketika remaja milenial memiliki dan telah membiasakan habits positif sesuai dengan syariat Allah maka tantangan dan ujian tersebut akan dengan mudah terlewati.


Cara membangun habits positif

Untuk membiasakan Habib positif perlu diketahui gambaran Islam secara menyeluruh:

1. Hablumminallah : aqidah, ibadah

2. Hablum minan nafsi: akhlaq  pakaian, minuman, makanan.

3 Hablum minannaas: ekonomi, politik, sosial, pendidikan, kesehatan dll.

 Dari seluruh syariat tersebut haruslah diketahui rincian dan detailnya agar bisa memahami gambaran Islam secara menyeluruh. Sehingga dari situlah perlu adanya pengkajian dan penelaahan serta diskusi masalah kekinian dan aplikasinya dalam kehidupan.

Selain membangun ketaatan pada seluruh  aturan Allah dengan memahami Islam Kaffah, perlu juga dibangun upaya untuk tetap menjaga keistiqomahan dalam ketaatan yaitu dengan jalan dakwah atau menyampaikan dan menyeru pihak lain untuk senantiasa dalam ketaatan pula dan mencegahnya dari kemunkaran.

Menjadi generasi milenial memiliki tanggung jawab yang besar yaitu sebagai agen misi menyelamatkan generasi lainnya sehingga di bumi Allah tidak akan lagi ada maksiat yang dilakukan oleh makhlukNya. Dan hendaknya generasi muslim milenial memiliki sikap sebagai berikut :

1. Memahami Hakikat kehidupan dan tujuan kehidupan di dunia untuk apa

2. Senantiasa membangun Habits positif berdasarkan dalil atau hujjah syariat,  meneladani sunnah nabi, dan menjaga diri senantiasa berbuat baik.

3. Hidup berorientasi untuk kehidupan akhirat, mencari ridho Allah semata, menjadikan tiap waktunya untuk beramal sholih.

4. Senantiasa berbuat baik dan mengajak kebaikan dimanapun berada.

5. Mampu menjadikan media sosial sebagai wasilah kebaikan, bukan media  baper, dan menebar maksiat.

6. Mampu memprogram hidup dengan baik dan berorientasi pada amal akhirat.

7. Mampu merepetisi tiap kebaikan dari sosok yang diteladani atas dasar kesadaran dan keimanan.

Sehingga jangan sampai generasi milenial justru menjadi sasaran dari pihak.yang hendak merusak dan mencari keuntungan semata. Jangan mau jadi korban perusakan generasi, ingat masih ada masa depan yang bergantung pada kalian. Yaitu calon-calon pejuang  akhir jaman yang kelak akan menjadi saksi atas setiap kebaikan yang kalian tanamkan. Wallahu a'lam.

Rabu, 04 Desember 2019

Jatuh Cinta Pada Sabarnya Rasa Sakit

Beragam pelayanan kesehatan saat ini, mulai dari Askes, PBI, hingga BPJS selalu melahirkan sejuta cerita. Mulai dari minimnya pelayanan dari fasilitas kesehatan, kurang dimanusiakan, hingga kualitas obat yang dinilai kurang baik. Hingga pada akhirnya membuat manusia kapok dengan rasa sakit dan enggan berobat. Siapa sih yang menyukai sakit, lalu dilayani dengan beragam administrasi yang merepotkan. Bahkan tak sedikit cerita, sekedar mendaftar pasien rawat jalan saja, seakan pasien harus ekstra double sabar mengantri berjam-jam, sakit bukan bertambah sembuh justru bertemu dokter timbul penyakit baru.

Mengenaskan memang pelayanan kesehatan negeri ini. Memang masih banyak pelayanan kesehatan yang baik, tapi sistem pelayanan pada akhirnya membentuk mereka menjadi robot yang mau tidak mau bekerja pada sistem yang dibuat.  Bahkan dokter melayanipun terkadang dirasa setengah hati karena pasti berat ilmu dan fasilitas yang seharusnya mereka dapat tidak sesuai. 

Semua seakan protes, menjerit, tapi semua dilakukan dalam kebisuan. Cerita beragam pelayanan kesehatan collaps saja sudah memenuhi daftar panjang di negeri ini. Tunggakan klaim BPJS hingga miliaran rupiah menunggak belum terbayarkan. Tak sedikit rumah sakit menutupnya dengan pinjaman ribawi kepada institusi perbankan. Makin miris.

Lalu dimana letak kesabaran atas rasa sakit itu?
Para penderita sakit tahu persis bagaimana arti kesabaran dari para pemberi pelayanan kesehatan dalam.melayani pasien. Meski kadang kondisi berubah terbalik, tapi tetap pasien sabar itu jauh lebih bernilai. Karena mereka harus mengeluarkan sejumlah dana atas pelayanan rasa.sakitnya.

Rezim ini menciptakan sakit rasa baru. Karena tak hanya menahan sakitnya rasa sakit penyakit yang diderita, tapi juga harus menahan beragam rasa sakit hati atas kepenatan  ribetnya administrasi dan pelayanan kesehatan. Pada akhirnya, karena masalahnya sistemik, hanya melahirkan ukiran panjang yang butuh lebih diulur lagi panjangnya. Harus panjang sekali sabarnya. Masyaallah. 

Inilah justru yang perlu dipelajari. Bagaimana membangun rasa cinta pada kesabaran rasa sakit dalam situasi saat ini. Dimana rasa sakit, tak hanya sekedar berjuang untuk sembuh tapi rasa sakit disini hingga mempertahankan bagaimana bisa tetap berjuang tunduk pada syariat Allah, sementara kehidupan tidak banyak berpihak.

Ketaatan pada Allah dan tetap bertahan dalam kondisinya meruapan bentuk kesabaran yang tinggi. Dan saat inipun, umat Islam harus mampu merasakan indahnya kesabaran otu dalam tiap rasa sakitnya mereka. Bertahan dalam ketaatan padaNya meski ujian mendera merupakan bentuk keagungan sikap.

Sabar tidak hanya diartikan sebagai menahan diri. Tapi sabarnya seorang muslim adalah ketika dia mampu tetap menunjukkan ketaatannya pada syariat Allah dalam semua kondisi. Tetap memperjuangkan diri dalam ketundukan pada Allah merupakan keistimewaan sikap. Apalagi kehidupan saat ini mengkomersialkan kesehatan sebagai bentuk dari penerapan kapitalisme. Memberikan efek luar biasa menyengsarakan rakyat. Semua lini diorientasikan untuk keuntungan materi semata. Bukan pelayanan dan pengaturan urusan rakyat lagi.

Menikmati ketundukan dalam kondisi tidak normal merupakan sebuah tantangan tersendiri. Sehingga bagaimana seorang muslim saat ini seharusnya mampu tetap berjuang untuk kesembuhannya, juga tetap menjaga ketaatannya sehingga buah sabar akan tetap didapatkannya dengan penuh keindahan. Wallahu a'lam.

Kamis, 14 November 2019

Kampanye Anti Radikalisme Sedarah Imperialisme Gaya Lama

Kaum priyayi pernah menjadi simbol aktor kerelaan negeri ini dijajah imperialis. Hingga pada akhirnya, peperangan jauh sebelum 45 mengandalkan ghiroh jihad kaum muslim untuk mengusir penjajah negeri ini.

Strategi inilah yang kemudian Jepang pikirkan untuk mendekati para ulama dan umat Islam ketika menjajah nusantara. Mereka memasuki wilayah nusantara dengan mengambil simpati dari ulama dan santri. Menjadikan target yang sama bahwa mereka sama-sama anti penjajah kristen.

Tapi sikap itu kini jauh berbeda. Upaya anti radikalisme justru  dijadikan alat pemantik kemarahan para ulama dan santri. Tuduhan miring selalu ditujukan untuk memarginalkan kekuatan Islam sebagai lawan politik. Rezim seakan kebingungan untuk mengkriminalkan lawan politik dari kalangan mayoritas muslim di negeri ini. Hingga beragam cara seakan ditempuh untuk menjadikan musuh bersamanya adalah muslim politis.

Beragam strategi pecah belah dilakukan. Radikalisme diskenariokan pemain utamanya adalah sesama saudara muslim. Laksana Jepang dulu ingin meraih kepercayaan umat Islam, mereka menggunakan istilah saudara tua. Hal itu pula yang kini digunakan untuk melemahkan umat Islam. Memerangi Islam dengan membagi umat Islam. Sebagai saudara tua maka dianggap memiliki wewenang lebih besar dibanding saudara lainnya. Sehingga memainkan peran gebuk lawan politik atas nama ketidaksesuaian dengan budaya bangsa, menjadi alat legal memberangus Islam politik.

Tanpa sadar, alur permainan hanya mengulang skenario lama. Selalu ada deretan orang orang munafik yang dipergunakan untuk alat memudahkan penjajahan. Mereka diberikan kekuasaan untuk semakin mengokohkan hegemoni penjajah di negeri mereka sendiri. Pola lama ini digunakan oleh kafir imperialis yaitu kaum kapitalis yang kini memanfaatkan para antek yang duduk di dalam kekuasaan untuk memudahkan langkah mereka menjajah dengan cara barunya. 

Para priyayi masa ini membuat undang-undang atas nama rakyat untuk melanggengkan kepemilikan asing di negeri ini. Mereka menempatkan orang-orang sejenis untuk semakin menguatkan hegemoni imperialis menjarah atas nama investasi. Miris, anak negeri dituduh makar, mereka berkuasa semaunya disebut pembela negeri. Rakyat dibebani beragam pajak dan beban hidup, mereka senyum bahagia menikmati bagian hasil jarahan.

Strategi lama gaya baru ini kini menjadi bagian yang mudah di indra oleh kaum yang berpikir. Munculnya opini perang melawan radikalisme merupakan bagian dari strategi pengalihan. Seperti halnya Jepang ketika menjajah Indonesia menggunakan strategi membentuk Persatoean Oemat Islam, yang merupakan bagian dari tiga A -Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia-. dimana Strategi ini merupakan suatu kebijakan yang bertumpu pendekatan kepada kiai dan ulama desa. 

Strategi lama ini kini pun memicu munculnya cara baru dalam beragama, dengan menghidupkan budaya lokal, kearifan lokal hingga kemusyrikan atas nama agama masa lalu, menjadi solusi jalan tengah Islam yang jauh lebih layak diaplikasikan. Seakan Islam Arab yang dibawa Rasulullah Muhammad disalahpahami oleh ulama hingga perlu direnovasi total hingga ke aqidah. Menjengkelkan.

Padahal tidak ada dalam sejarah, Arab melakukan serangan kepada negeri ini. Yang ada justru sebaliknya, jejak kekhilafahan masa lalu di saat kejayaan Islam nampak sebagai kekuatan terbesar dunia, memiliki kontribusi besar dalam eksistensi bangsa ini. Lalu kenapa jadi Islam yang dibawa Rasulullah yang harus menyesuaikan dengan masyarakat kekinian?kenapa harus mengikuti skenarip Barat dalam berIslam?

Islam datang sebagai pelepas kejahiliyahan yang menimpa manusia. Lalu tidak pantas justru manusia hari ini berusaha sekuatnya mengembalikan kepada kejahiliyahan itu. Teknologi modern tidak akan tegak tanpa beragama yang benar. Kebodohan dalam beragama justru akan menjadi penyebab kehancuran  peradaban. Islam kuat sebagai sebuah peradaban jika ditegakkan atas dasar ideologi yang tepat. Tak sekedar menyederhanakan penerapan bahkan mengalihkannya pada aturan lain selain Islam, tapi Islam akan nampak sebagai pemimpin peradaban jika diterapkan secara menyeluruh, secara pemikiran maupun metodenya.

Tatanan penerapan Islam kaffah dari sisi pemikiran dan metode inilah yang saat dipermasalahkan sebagai poin radikal. Karena adanya keinginan menerapkan aturan Islam dalam bernegara. Sementara kaum muslim hari ini mudah terpedaya pada opini penciptaan ketakutan pada Islam.kaffah, mereka justru mengubah ajaran Islam menjadi dekat dengan kejahiliyahan. Dimana wanita bercadar dikasuskan dsripada wanita yang tak menutup aurat. Miris.

Tak bisa dipungkiri banyak umat Islam yang kini pun terpedaya karena lemahnya pemahaman mereka kepada Islam, gencarnya opini mencitraburukkan Islam kaffah, menakuti masyarakat bahwa syariat Islam itu akan menyebabkan beragam masalah, ajaran islam terbukti terus diserang. Mereka persiapkan dana untuk melanggengkan opini tersebut. Bahkan hingga pengebom rutinan di akhir tahun pun kerap menjadi bumbu penguat opini tersebut.

Umat tidak boleh tinggal diam akan adan ya upaya imperialis tersebut. Mereka tau umat Islam akan bangkit sehingga mereka berusaha bagaimana muslim sendiri yang menggagalkannya agar lebih dramatis. Mereka kriminalkan ajaran Islam dan pengemban Islam. Mereka ciptakan sosok religous dadakan untuk mengelabuhi umat akan makna kebenaran. 

Umat seharusnya memiliki keberanian untuk terus mengamati dan membongkar makar jahat mereka. Mengungkap kebenaran dan sikap istiqomah dalam jalan kebenaran. Jangan sampai umat terpedaya pada kelicikan kaum penjajah tang justru memanfaatkan kebesaran umat Islam di negeri ini. Menjauhkan diri dari politik kepentingan, kekuasaan bukan dibenarkan untuk imperialos tapi kekuasaan dikembalikan kepada rakyat dan kedaulatan kepada Syariat. Begitulah seharusnya seorang muslim berbuat dalam realitas saat ini. Jangan mudah terpedaya pada personality yang ingin meraup keuntungan dari Islam dan umatnya. Umat harus sepenuhnya sadar bahwa Islam adalah kebenaran dan akan tetap dimenangkan di muka bumi. Tegaknya hukum Allah adalah keniscayaan.

Sabtu, 26 Oktober 2019

Mencetak Generasi Tangguh di Fase Akhir Jaman

Oleh: Dewi Ummu Syahidah

Memasuki usia bumi yang semakin menua, makin ada saja polah tingkah laku manusia. Khususnya generasi muda saat ini. Seakan baru memulai tahap menjalani kehidupan dewasanya, melepaskan diri dari kungkungan pengawasan orang tua di masa kecil, tak sedikit generasi muda yang justru kehilangan arah.

Food, fun, fashion, freesex and football seakan lekat dengan kehidupan anak muda masa kini. Tidak sedikit orang tua hilang kendali bahkan ada yang lepas kendali menangani kehidupan anak-anak mereka. Realita kehidupan yang berubah dan semakin cepat berganti, menjadikan orang tua seakan tertinggal jauh darinfase teknologi informasi. Jadilah anak sekedar meminta tanggungjawab nafkah dari orang tuanya. Sementara pendidikan, akhlaq dan tanggungjawab mentalnya diserahkan kepada pihak lain.

Adanya pola penerapan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) hari ini, telah menjadikan agama hanya pada lingkup ritual semata. Dalam pengaturan hidup, manusia seakan bebas menentukan sendiri. Inilah kemudian saat ini yang menyeimbangi kelahiran kecepatan teknologi dan informasi yang banyak melahirkan kerusakan di masyarakat. 

Food. Dibarengi dengan sekulerisme, melahirkan beragam jenis gaya hidup yang berbeda dengan agama mengaturnya. Remaja gemar nongkrong di cafe, restaurant, mall bahkan tempat hiburanpun tak luput dari makanan dan bisnis yang berputar diatasnya. Jadilah kehidupan yang hanya berorientasi pada gaya hidup bukan kebutuhan. Mementingkan trend kekinian dari kepedulian sosial, hingga akhirnya mematikan saraf kepekaan terhadap lingkungan dimana dia tinggal.

Fun. Kesenangan remaja kekinian sangat identik dengan kebebasan. Sebutlah musik, game, traveling, tontonan hingga hobi pun tak sedikit yang merusak tatanan masyarakat. Atas dasar hiburan, barang haram menjadi legal, yak dicegah karena banyak peminat dan menguntungkan. Sebutlah konser-konser musik dari dalam dan luar negeri, menyedot dana miliaran dan merusak tatanan keislaman masyarakat. Ikhtilat, kholwat, aurat bahkan miras pun sangat dekat dengan gaya hidup bebas ini. Game dan beragam permainan lainnya pun demikian. Banyak diminati tapi efek jangka panjangnya tak bisa diragukan lagi. Serta beragam fun/kesenangan lainnya tak sedikit menuai keresahan orang tua akan anak-anak mereka.

Fashion. Trend yang dibawan negara Barat dan Timur membawa pengaruh besar pada industri pakaian dan mode di negeri ini. Tak sungkan bahkan generasi muda memamerkan oitfit mereka bernilai pulihan hingga ratusan juta. Dilakukan semata-mata demi stylish, trendi dan kekinian. Termasuk pengaruhnya kepada generasi muda muslim, mengikuti trend kekinian tanpa mengkaitkannya dengan standar syariat. Asal ikut tren, dengan tetap berkiblat pada peradaban di luar Islam. Akhirnya melahirkan muslimah 'canggung', berhijab karena mode, berkhimar gaya punuk unta, tabarruj bahkan perilaku jauh dari rasa malu.

Freeseks. Mengerikan gaya pergaulan bebas remaja hari ini. Pacaran menjadi tren kekinian, bahkan dianggap tak laku jika tak mengikuti. Padahal data perilaku kehidupan bebas dikalangan remaja negeri ini sudah bisa dikatakan membahayakan. Sebutlah data di daerah Cilacap, dari data 400 pasangan pra nikah 97%diantaranya sudah melakukan hubungan seksual. Mengerikan. (https://www.gatra.com/detail/news/440426/health/seks-pranikah-lagi--marak-di-cilacap)
Hal ini pun pastinya dialami daerah-daerah lainnya di negeri ini. Belum dengan data pelaku penyuka sesama jenis, jauh lebih mengerikan.

Football. Sepak bola, perempuan dan miras dekat sekali dengan perilaku remaja. Bahkan menjadi ajang perjudian bukan sekedar hobi tapi dari permainan ini dilahirkan banyak upaya mendulang keuntungan kaum kapitalis.

Lalu bagaimana Islam akan memiliki generasi berkualitas untuk kedepannya, jika generasi saat ini hanya disibukkan dengan 5F dan sejenisnya ini?


Menyiapkan Generasi Tangguh

Generasi tangguh tidak akan lahir dari sebuah peradaban yang generasinya membebek pada peradaban Barat. Untuk melahirkan generasi sekuat generasi shahabat, yang diusia belia mampu mengemban risalah dakwah dan agama, harus dibentuk dalam suasana hang kondusif. Lemahnya peran keluarga, berlepas tangannya penguasa dan hilangnya kontrol masyarakat akan pentingnya generasi baik untuk.masa depan tidak akan mampu mencetak generasi tangguh.

Realita hidup kita hari ini, dalam jeratan kapitalisme-sekuler-liberal, telah mencetak generasi hanya materi oriented, muslim tapi tidak mau diatur agamanya, bahkan kejidupannya berkiblat kepada peradaban diluar Islam. 

Dalam kirin waktu 10 tahun kedepan, jika kerusakan peradaban Barat dijadikan kiblat peradaban generasi negeri ini, hanya akan ada Lost Generation di tengah kehidupan umat Islam. Kita akan kehilangan generasi muslim untuk masa depan. Lalu siapa yang akan memimpin umat untuk masa depan? Bagaimana generasi saat ini akan menjadi orang tua untuk anak-anak mereka?

Fase kehidupan umat Islam saat ini, sudah dikatakan pada fase akhir, berdasarkan fakta dan penunjukkan dalilnya. Perlu diingat akan datangnya tanda-tanda kiamat. Tanda besar Kiamat yang pertama setelah kemunculan al-Mahdi adalah keluarnya Dajjal, kemudian turunnya ‘Isa Alaihissallam untuk membunuhnya, selanjutnya datangnya Ya’-juj Ma’-juj, dan do’a Nabi ‘Isa Alaihissallam untuk kebinasaan mereka, akhirnya Allah membinasakan mereka, selanjutnya Nabi ‘Isa Alaihissallam berkata:

فَفِيْمَا عَهِدَ إِلَيَّ رَبِّـيْ أَنَّ ذَلِكَ إِذَا كَانَ كَذَلِكَ؛ فَإِنَّ السَّاعَةَ كَالْحَامِلِ الْمُتِمِّ الَّتِـيْ لاَ يَدْرِيْ أَهْلُهَا مَتَـى تَفْجَؤُهُمْ بِوَلاَدِهَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا.

“Maka di antara yang diwahyukan oleh Rabb-ku kepadaku, bahwa hal itu (Kiamat) terjadi jika demikian. Maka sesungguhnya Kiamat itu bagaikan wanita hamil yang telah sempurna (kehamilannya) sementara keluarganya tidak mengetahui kapan mereka dikagetkan oleh kelahirannya, malam harikah atau siang hari?" (Musnad Imam Ahmad dari hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu (V/189-190, no. 3556))

Meski diantara para ulama ada perbedaan dalam pengurutan yang terlebih dahulu terjadi dari tanda kiamat. Akan tetapi tugas kita saat ini adalah meyakini bahwa kemenangan umat Islam, dan akan dipimpinnya umat Islam oleh 1 orang pemimpin adalah sebuah keniscayaan.

Untuk menyiapkan generasi tangguh yang siap menjadi pengikut kebenaran membutuhkan proses dan keistiqomahan yang luar biasa. Surga itu mahal, jadi tidak akan pernah diisi oleh generasi pemalas.

 Pertama, adalah dengan ilmu pengetahuan, dan sumber dari ilmu pengetahuan adalah membaca. Juga hadiri majlis-majlis dzikir/majlis ilmu. Makanya mengapa wahyu yang pertama turun ke Nabi Muhammad SAW adalah tentang perintah membaca atau Iqra’. “Bacalah atas nama Tuhanmu (Allah SWT) Yang menciptakan.” (QS. Al-Alaq:1)

Kedua, senantiasa memurnikan tauhid, memastikan syahadatnya benar dan lisan perilaku selalu menjauhkan dari kesyirikan.

Ketiga, Memiliki semangat mengkaji Islam, karena dorongan keimanan dan perasaan sebagai hamba.

Keempat, selalu menjadi gambaran Ialam yang berjalan, menunjukkan ketaatan dan selalu mengendalikan diri dalam suasana ketaatan.

Kelima, Memiliki kepekaan tinggi terhadap agama, saudaranya dan berbagai peristiwa disekitarnya sehingga mampu menghukuminua dengan Islam dan mengaplikasikan sikapnya dengan tegas.

Keenam, senantiasa menegakkan amar ma'ruf nahiy munkar dimanapun dan kapanpun karena tegaknya Islam karena adanya amar ma'ruf nahiy munkar.

Ketujuh, mengemban visi kejayaan Islam. Tidak menjadi muslim individualis, hanya menyelamatkan disi sendiri tapi mampu memiliki kualitas selevel shahabat nabi.

Kedelapan, selektif dalam berkawan dan mampu menjadi ikon perubahan dimanapun dan kapanpun. Lisannya selalu bicara kebaikan, selalu mengajak bersama ke surga dan mampu menentramkan hati jiwa-jiwa yang rapuh karena lisannya basah oleh dzikir dan perilakunya jauh dari maksiat.

Kesembilan, selalu memiliki rasa takut dan menangisi rasa takutnya kepada RabbNya. Roja dan wara' ditempatkan sesuai maqomnya.


Semoga poin singkat diatas mampu memberikan gambaran sikap untuk mencetak generasi tangguh di zaman ini. Fastabiqul khairat, kejarlah surga meski jika kau tak mampu berlari, lalu engkau berjalan merangkak.

Jumat, 25 Oktober 2019

WAJAH KAPITALIS ITU BENGIS TIDAK MANIS, PENJAHAT BUKAN PELAWAK

Oleh: Deu Ghoida

Seakan menjadi lelucon, pengumuman kabinet Indonesia Maju banyak menuai perbincangan di tengah masyarakat. Bahkan tak sedikit yang menjadikannya lelucon politik. Semua sebenarnya terjadi karena masyarakat malas berhubungan dengan hukum yang diterapkan oleh penguasa akibat kritikan untuk penguasa. Jeratan pasal dan sikap represif aparat menyebabkan rakyat lebih menyukai menggunakan bahasa satire atau lelucon.

Pengangkatan kabinet Indonesia Maju tidak bisa dikatakan sebagai sebuah lelucon. Karena beberapa pihak yang terpilih menunjukkan adanya fakta yang sudah lama terjadi di lapangan. Banyak sarjana menjadi sopir ojek online, guru bekerja tidak berdasarkan bidangnya, bahkan pejabat dan presiden pun boleh diangkat dari lulusan SMA.

Memilih penguasa di dalam sistem kapitalisme hanya menciptakan lingkaran oligarki.  Pihak yang memiliki kepentingan tersendiri berkumpul dan berkuasa untuk mengatur kepentingan mayoritas rakyat. Akhirnya bukan pengeloaan urusan rakyat yang terjadi dengan pengaturan sebaik-baiknya tapi justru penjajahan , penjarahan , hingga pemanfaatan terhadap masyarakat.

Tak heran jika wajah kapitalisme yang sadis makin nampak dengan beragam kebijakan yang terus menyiksa rakyat. Mulai dari pengaturan pendidikan, kesehatan, hingga kebutuhan makan keseharian dan keamanan  semua ditanggung sendiri oleh masyarakat. Negara hanya menarik pajak, iuran dan memberikan tekanan tekanan kepada rakyat untuk mengikuti semua kebijakan yang mereka buat.

Wajah bengis kaum kapitalis ditutupi dengan beragam pendekatan Humanis. Mengatasnamakan budaya, mereka merusak tatanan norma agama di tengah masyarakat . Atas nama kearifan lokal, mereka menghidupkan kemusyrikan dan mengkriminalkan para pendakwah Islam. Mengatasnamakan cinta tanah air dan negara, mereka menutupi kejahatan persekongkolan mereka dengan kaum penjajah imperialis yang mengeruk kekayaan negeri ini.

Rakyat mudah tertipu dengan kesan manis kaum kapitalis ini ketika mereka menampakan kesan memperhatikannya mereka terhadap kepentingan rakyat. Rakyat disuap dengan pembangunan jalan, betonisasi, bahkan pembangunan infrastruktur, seakan semua dilakukan untuk kemajuan masyarakat. Meski pada akhirnya kaum kapital lah yang menjadi alasan pembangunan itu dilakukan.

Rakyat seakan dibuat puas, pada pengelolaan beragam kartu dan pembangunan fadilitas pendidikan dan kesehatan. Padahal ujungnya semua dikomersilkan. Wajah kapitalis hanya nampak manis untuk menutupi sikap bengis dan sadisnya mereka dalam menjarah negeri ini. Tak ada yang manis dari wajah imperialis.

Padahal dalam Islam, tugas utama pemimpin adalah menegakkan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah SWT. Baik dalam lingkup pribadi, lebih-lebih bernegara. Hal ini sebagaimana firman Allah swt:

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(Qs. Al-Hajj: 41) 

Lalu penguasa kapitalis peduli apa dengan hukum Allah? Mereka justru memusuhinya.
Peduli apa mereka pada terjaganya aqidah rakyat? Kaum murtadin justru marak di negeri ini. Peduli apa mereka pada amar ma'ruf nahiy munkar? Mereka justru menjadikan pendakwah amar ma'ruf nahiy munkar sebagai musuh bersama yang dialienasi di masyarakat.

Itulah mereka, kaum kapitalis imperialis berwajah palsu dibalik nasionalis. Bersandiwara mengurus urusan rakyat padahal sejatinya mereka hanya mencari kedudukan dan keuntungan. Tak peduli hukum Allah, maksiat saja berani dilegalkan demi keuntungan duniawi. Tak sadar bahwa setiap langkah mereka sebenarnya akan dimintai pertanggungjawaban. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه

“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun alaihi)

Ingatlah wahai kaum kapitalis bengis, semua perbuatan, sikap dan ketetapan yang kalian buat akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Tak ada yang bebas nilai disisi Allah. Hukum manusia kalian tegakkan, hukum Allah diabaikan bahkan dimusuhi. Ingatlah, sesungguhnya siksa akhirat itu amat pedih.




Minggu, 20 Oktober 2019

MEWASPADAI HIBURAN YANG MENYESATKAN

By. Dewi Ummu Syahidah

Adalah tabiat manusia, selalu merasa kurang. Begitu pula dalam memandang hiburan. Segala macam hiburan saat ini ada. Mulai usik, tarian, tontonan, bahkan beragam makanan pun saat ini dimana-mana mudah ditemui. Bahkan orientasi pariwisata pun kini makin digencarkan dengan alasan menjadi sumber pamasukan daerah bahkan hingga level negara.

Sisi lain ingin meraup keuntungan karena bertambahnya wisatawan, digelarlah beragam macam kegiatan untuk makin menarik minat pengunjung. Tak.sedikit menjadikan alasan menghidupkan budaya lokal untuk daya tarik. Bahkan tak sedikit dipenuhi kemusyrikan dan bumbu-bumbu maksiat. Semua menjadi legal atas nama budaya dan pariwisata hiburan. Dimana-mana pun selalu ada panggung-panggung hiburan yang kebanyakan mengundang syahwat dan bebas tanpa ada pemisahan laki-laki dan perempuan. Lagi-lagi semua dianggap halal tanpa melihat maksiat ada didalamnya.

Dunia Hanya Senda Gurau

Setiap manusia tabiatnya gemar berbuat kebaikan. Meski tak sedikit pula manusia mengedepankan kebahagiaan. Meski kebahagiaan itu hanya bersifat sementara kebanyakan manusia rela mengejarnya hingga terpenuhi pemuasan kebahagiaannya.

Jika kita mau merenungi dunia dan waktu kita di dunia ini, kita pasti akan sadar dan yakin bahwa dunia dan segala isinya ini hanya bersifat sementara, tidak kekal. Segala bentuk kebahagiaan dan kesedihan di dunia juga bersifat sementara. Berbanding terbalik dengan kebahagiaan atau kesedihan di akhirat yang semua bersifat abadi. Maka sangatlah merugi, orang yang hanya mengejar materi dan kesenangan semu di dunia, karena tidak lama lagi itu semua akan berakhir dengan kematian.

Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? [al-An’âm/6: 32]

Imam al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua perbuatan yang dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti main-main dan senda gurau, yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap (kekal). 

Beragam hiburan yang hari masih diminati dan diburu manusia sebenarnya hanyalah sesuatu yang tiada manfaatnya di akhirat. Sehingga semestinya manusia menyadari tak ada yang kekal di dunia. Termasuk kebahagiaan dan kesedihanpun tak ada yang kekal. Semua akan ada akhirnya. Tapi ketaatan manusia akan melahirkan amal sholih dan pahala yang akan tetap tercatat hingga akhirat kelak.

Seharusnya manusia berhati-hati menjadikan orientasi kehidupan dunianya. Amatlah merugi jika selama hidupnya menganggap dunia sebagai tujuan hidup, kesenangannya akan hiburan dunia menjadi obat kedukaan atau sumber bahagianya.

Bahkan untuk masalah anak hingga harta saja, Allâh Azza wa Jalla telah mengingatkan kaum Mukminin agar jangan sampai urusan itu membuatnya lupa beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [ al-Munâfiqûn/63: 9]

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hambaNya yang beriman untuk banyak mengingatNya dan melarang mereka sibuk dengan harta serta anak-anak sampai lupa dzikir. Allâh juga memberitakan kepada mereka bahwa barangsiapa terlalaikan oleh kesenangan kehidupan dunia dan segala perhiasannya dari tujuan utama penciptaannya yaitu mentaati Rabbnya dan selalu mengingatNya, maka dia termasuk orang-orang yang merugi. Yang merugikan diri mereka sendiri beserta keluarga mereka pada hari kiamat.” 

Dengan kehidupan hari ini dimana sistem hidup liberal telah menjadi pilihan sistemik kehidupan, menjadikan manusia bahkan seorang muslim tak sedikit yang hidup hanya sekedar berorientasi pada dunia: harta, kedudukan duniawi, jabatan, posisi, hingga hiburan dunia seakan menjadi perkara wajib setiap waktunya bahkan setiap ujian dan kejenuhan hidup mendera. Seakan, ayat-ayat Allah tak pernah mampu melunakkan kerasnya hati akan keinginan duniawi yang tanpa henti. Seakan peringatan-peringatan Allah pun tak mampu membuatnya menangis dan berhenti melakukan  kesia-siaan di muka bumi. Hidup hanya berorientasi dunia. Sungguh sangat merugi.

Padahal Allâh Azza wa Jalla memberitakan penyesalan orang-orang kafir dengan firmanNya:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka orang-orang yang zalim berkata : “Ya Rabb kami, berikanlah tangguh kepada kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasûl-rasûl”. (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa kamu sama sekali tidak akan binasa ? [Ibrâhîm/14: 44]

Juga dalam firmanNya:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila kematian mendatangi salah seorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat melakukan amal saleh pada segala yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. [al-Mukminûn/23: 99-100]

Maka saudaraku, jangan pernah menyia-nyiakan waktu kehidupan di dunia yang hanya sebentar ini dengan sekedar mencari kebahagiaan dunia. Senda gurau kita di dunia bisa jadi hanya menjadikan kita manusia merugi karena melakukan kemubahan yang tak menjadikan àmal sholih sebagai orientasinya.

Apalagi alam meraih kesia-siaan tadi disertai dengan kemusyrikan, menghalalkan keharaman hingga bermaksiat terang-terangan kepada Allah. Yakin, bisa selamat kelak dari siksa Allah dan yakin bisa selamat kelak di hari pembalasan?

Wallahu a'lam

Sabtu, 19 Oktober 2019

MEMBANGUN BENTENG KUAT KELUARGA MUSLIM

By. Dewi Ummu Syahidah


Tantangan keluarga muslim kian hari kian bertambah semakin berat. Beragam problematika keluarga mendominasi problem di tengah masyarakat. Padahal keluarga sebenarnya merupakan benteng terakhir penjagaan dan penyelamatan terhadap anggota keluarga. Karena keluarga merupakan tempat curahan cinta dan kasih sayang serta pendidikan bagi setiap anggotanya. Keluarga pun merupakan tempat dimana anggota keluarga menjaga setiap.kebaikan dan membentengi setiap anggotanya dari beragam bentuk kerusakan. Tapi apalah daya realita kehidupan secara sistemik hari ini telah menjadikan benteng keluarga pun mudah sekali runtuh dan rusak.

Padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan kepada seorang muslim untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari api neraka akan tetapi hari ini kehidupan dunia seperti neraka seperti dirasakan secara nyata.
Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."(QS. At Tahtim ayat 6)


Problem keluarga hari ini dimulai dari beban hidup yang semakin berat dari biaya pendidikan, kesehatan, ekonomi dan beragam macam kebutuhan dasar hidup manusia. Semua harus ditanggung sendiri oleh individu keluarga. Belum juga problem sosial yang muncul akibat adanya interaksi di antara sesama manusia. Rusaknya tatanan kehidupan di tengah masyarakat akibat negatif dari legalisasi keharaman, dari miras, pergaulan dan seks bebas, narkoba, perjudian,  dan beragam macam pengaturan hidup sosial yang justru mengadopsi kepada Barat selalu melahirkan beragam macam kerusakan.

Sebutlah angka hamil diluar nikah, aborsi dan pelaku seks bebas tiap tahun selalu berkembang. Dari sebuah riset menunjukkan remaja Indonesia 33 persen melakukan seks pra nikah. Dan angka ini terus mengalami peningkatan tiap tahun. (https://www.liputan6.com/health/read/4016841/riset-33-persen-remaja-indonesia-lakukan-hubungan-seks-penetrasi-sebelum-nikah#). Bahkan Cilacap pernah ada data 97 persen dari 400 pasangan calon pengantin pernah melakukan hubungan seks pra nikah. (https://www.gatra.com/detail/news/440426/health/seks-pranikah-lagi--marak-di-cilacap ) . Na'udzubillah.

 Beragam upaya preventif dan kuratif seakan tidak mampu untuk membendung dan menghentikan laju kerusakan pergaulan bebas. Belum lagi masalah kriminalitas dengan beragam macam bentuk kreativitas diluar akal sehat yang akhirnya semakin menambah ketakutan dan beban berat di dalam kehidupan masyarakat.

Liberalisme Akar Masalah Negeri Ini

Seperti yang kita tahu beragam macam permasalahan dalam lingkup keluarga hari ini ini berawal dari cara berpikir liberal yang semakin hari semakin parah diadopsi oleh kehidupan masyarakat kita dan juga dalam kehidupan bernegara adanya kebebasan atas nama hak asasi manusia. Bahkan hak dasar manusia seakan telah menjadikan manusia layak terbebas dari aturan sang pencipta. 

Sehingga Jika kita ingin memperbaiki kondisi keluarga saat  haruslah dilakukan upaya serius dan tersistematis. Dengan membentuk benteng pertahanan yang kokoh ada banyak hal yang harus dikondisikan :
1. Setiap muslim wajib beriman secara benar dan memahami konsekuensi dari memeluk Aqidah Islam adalah wajib taat dan menjadikan Allah sebagai pengatur kehidupan jadi tidak hanya sekedar mengamalkan ibadah ritual semata dan Syahadat saja akan tetapi juga wajib menjadikan dirinya terikat kepada seluruh hukum Allah secara Kaffah.

2. Membangun benteng yang kokoh dalam keluarga juga harus didasari kepada pemahaman syariat yang benar dan menyeluruh membentuk keluarga untuk terbiasa tholabul Ilmi dan menjadikannya kewajiban untuk terus mengupgrade pemahamannya terhadap Syariat Allah.

3. Bersegera untuk memohon ampunan kepada Allah dan bersegera untuk terikat kepada Allah ketika mengetahui hukum syariatnya dalam Islam "Sami'na wa atho'na" tanpa mempertimbangkan banyak hal karena baginya ketaatan itu mutlak dengan posisi  kita sebagai seorang hamba.

4. Memahami peran dirinya di masyarakat yaitu memiliki andil dalam memperbaiki kerusakan di tengah masyarakat. Karena imbas dari kerusakan masyarakat yang didiamkan akan merambah dan merusak tatanan keluarga yang kita bangun. Sehingga setiap anggota keluarga harus berusaha maksimal melakukan Amar ma'ruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Serta berkomitmen tinggi untuk ikut memperbaiki kerusakan di tengah masyarakat.

5. Berkomitmen tinggi dengan terus mengkaji Islam secara benar dan mengikuti perkembangan problem keumatan. Lalu mengetahui solusinya dalam Islam sehingga ketika dihadapkan dengan beragam macam problematika, dia memiliki sikap yang yang utuh solusinya menurut agama dan tidak keluar dari kerangka pemahaman aqidahnya.

6.  Harus senantiasa dibangun semangat ta'awun atau tolong menolong di antara sesama saudara Muslim. Sehingga merealisasikan hadis rasulullah bahwa kaum muslimin itu adalah satu tubuh. Sehingga dalam konsep mendidik generasi pun akan selalu terbangun ghiroh atau semangat untuk senantiasa membela hak-hak saudaranya sesama muslim.

7. Mengetahui hadharah dan madaniyah untuk bisa memilah mana yang sekiranya baik untuk pengembangan pemikiran dan sikap anggota keluarganya di mana hadharah merupakan sekumpulan pemahaman mengenai kehidupan dan madaniah merupakan benda yang biasa dijadikan sarana kehidupan. sehingga tidak muncul keraguan ketika mendalami agama akan berhadapan dengan realita kekinian yang cepat berubah.

8. Masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan andil di dalam upaya perjuangan perbaikan di tengah umat. Dengan cara orang tua memberikan arahan kepada anak dan anggota keluarga lainnya tentang sikap apa yang harus diambil dan cara apa yang harus ditempuh untuk memaksimalkan Amar ma'ruf nahi mungkar. Dengan cara membaca potensi dan kelebihan masing-masing.

9. Orientasi keluarga harus dibentuk untuk membangun Hakikat kehidupan yaitu terselamatkan anggota keluarga dari siksa api neraka. Sehingga masing-masing akan saling tolong menolong untuk menegakkan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran karena ada perasaan yang sama untuk menjadi Ahli Surga. Bukan justru terpengaruh dengan orientasi kapitalisme yang hanya sekedar memburu kesenangan di dunia saja. Artinya orang tua pun harus mengajarkan sikap zuhud terhadap dunia dan waro' terhadap akhirat.

10. Semua anggota keluarga memiliki cita-cita dan doa yang sama ketika bermunajat sehingga goal dari perjuangan di dunia membentuk keluarga sakinah juga  untuk meraih satu tujuan yang sama di tengah masyarakat.

11. Memahami peran negara sangat penting dalam menegakkan hukum untuk masyarakat. Sehingga keluarga muslim pun harus mengambil peran dalam upaya melakukan perbaikan negaranya dengan meminta penguasa menerapkan hukum Islam secara kaffah.

Demikianlah beberapa bangunan untuk menjaga keluarga dari kerusakan. Perlu kerja sama semua pihak, dari indibidu yang baik, masyarakat yang bertaqwa dan pengurus urusan rakyat yang berkomitmen menerapkan aturan Islam secara menyeluruh sehingga mampu terjaga kualitas generasi dan keluarga muslim.


Wallahu a'lam

Sabtu, 12 Oktober 2019

DARURAT SIPIL, SENJATA MELEGALKAN REPRESIFITAS

By Deu Ghoida

Pernyataan AM.Hendropriyono terkait penetapan Indonesia layak ditetapkan sebagai darurat sipil, karena terkait serangkaian demo dan juga upaya penusukan gagal terhadap Wiranto perlu dicermati. Darurat ini bagi siapa? Kenapa terkesan pemerintah sangat egois sekali terhadap diri mereka tapi jauh dari rasa peka terhadap kondisi rakyatnya?

Menuju pelantikan presiden  seakan negara ada yang menciptakan kondisi chaos, tiba-tiba opini publik menjurus pada pihak umat Islam yang kritis. Diciptakan aktor jahat jadi-jadian untuk bisa ditarik benang merah dengan radikalisme versi mereka. Tak cukup dengan menuding radikal, ekstrimis, bahkan opini sengaja digulirkan seakan-akan ada kekuatan besar akan menggulingkan kekuasaan, mengganti dasar negara dan lain-lain. Rakyat bisa apa to sebenarnya?

Perangkat lengkap justru hanya dimiliki penguasa. Militer, persenjataan, pasukan, media bahkan kaum kapital pun selalu setia pada barisan penguasa karena kepentingan mereka di negeri ini. Rakyat punya apa to, sampai diciptakan momok ketakutan luar biasa, difitnah, diadu domba, ga level sekali sebenarnya perjuangan kalian!

Status darurat sipil juga sebenarnya dinilai hanya merupakan status yang sengaja diciptakan, agar negara memiliki legalitas memainkan perangkat militer atau perangkat alat lainnya untuk memberangus pihak yang dinilai "over kritis" dan rajin membongkar konspirasi kejahatan di negeri ini.

Mengingat beragam kondisi darurat negeri ini sering luput dari penetapan kondisi darurat di negeri ini. Karhutla, Wamena, kematian ratusan petugas pemilu, kemiskinan, efek domino BPJS, hingga kekeringan dan beragam masalah lainnya seolah dicuekin oleh penguasa. Lambat menanggapi, cukup diselesaikan secara lokal, padahal nyawa rakyat taruhannya. Lalu darurat sipil ini untuk kepentingan siapa?

Padahal dalam UU No.23/Prp 1959 tentang Keadaan Bahaya, Keadaan bahaya ada empat tingkat, yaitu tertib sipil, darurat sipil, darurat militer dan darurat perang.Pasal 1 UU itu menyatakan, Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata menyatakan seluruh atau sebagian dari wilayah Negara Republik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau keadaan perang, apabila: 1. Keamanan atau ketertiban hukum di seluruh wilayah atau sebagian wilayah Negara Republik Indonesia terancam pemberontakan, kerusuhan-kerusuhan atau akibat bencana alam, sehingga dikuatirkan tidak dapat diatasi oleh alat-alat perlengkapan secara biasa. 2. Timbul perang atau bahaya perang atau dikuatirkan perkosaan wilayah Negara Republik Indonesia dengan cara apapun juga. 3. Hidup negara berada didalam keadaan bahaya atau dari keadaan-keadaan khusus ternyata ada atau dikhawatirkan ada gejala-gejala yang dapat membahayakan hidup negara.Pasal 4 menjelaskan, daerah-daerah penguasaan darurat sipil dilakukan oleh kepala daerah serendah-rendahnya dari daerah Tingkat II selaku Penguasa Darurat Sipil Daerah yang daerah hukumnya ditetapkan oleh Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang.

Penguasa Darurat Sipil dimaksud dibantu oleh suatu badan yang terdiri dari: bahwa gubernur otomatis menjadi penguasa darurat sipil daerah (PDSD). Penguasa Darurat Sipil Daerah dibantu oleh suatu badan yang terdiri dari:
1. seorang Komandan militer tertinggi dari daerah yang bersangkutan;
2. seorang kepala polisi dari daerah yang bersangkutan;
3. seorang pengawas/kepala kejaksaan dari daerah bersangkutan.

Pasal lainnya mengatur hak PDSD, yaitu:
1. mengeluarkan peraturan-peraturan polisi;
2. meminta keterangan-keterangan dari pegawai negeri;
3. mengadakan peraturan-peraturan tentang pembatasan pertunjukan-pertunjukan apapun juga serta semua percetakan, penerbitan dan pengumuman apapun juga;
4. menggeledah tiap-tiap tempat;
5. memeriksa dan mensita barang-barang yang disangka dipakai atau dipakai untuk merusak keamanan;
6. mengambil atau memakai barang-barang dinas umum;
7. mengetahui percakapan melalui radio, membatasi pemakaian kode-kode dan sebagainya;
8. membatasi rapat-rapat umum dan sebagainya dan membatasi atau melarang memasuki dan memakai gedung;
9. membatasi orang berada di luar rumah;
10. memeriksa badan dan pakaian;
11. memerintah dan mengatur badan-badan kepolisian, pemadam kebakaran dan badan-badan keamanan lainnya.

Lalu apakah penetapan darurat sipil akan ditetapkan sebagai bentuk legalitas atas tindakan represif penguasa, yang sebenarnya sebelum penetapan kondisi tersebutpun negara sudah sangat represif dan sering melakukan tindakan unprosedural? Apakah kurang otoriter lagi selama ini kekuasaan yang sudah dijalani? Kurang sabar apa lagi rakyat melihat kelakuan penguasanya yang kekanakan?

Menetapkan kondisi darurat sipil, di tengah ketidakpekaan penguasa justru makin menunjukkan ketidakberpihakan rakyat kepada penguasa. Rezim seakan bebas berlindung dibawah aturan yang mereka buat sendiri. Sementara bagi mereka mengorbankan rakyat adalah hal biasa dan wajar. Miris, jika penguasa tak berpihak pada rakyat justru malah mengorbankan rakyatnya demi kelanggengan kekuasaannya.

Negeri ini sebenarnya jauh lebih darurat jika dipandang dari sudut pandang Islam. Negeri ini darurat dari semua sisi. Darurat maksiat, zina, riba, kepemimpinan dll. Semua terjadi karena kesombongan manusia di negeri ini, negeri mayoritas muslim tapi enggan berIslam kaffah. Dengan alasan klise bahkan dengan congkak dan kuwalat mengkriminalkan ajaran Islam, merendahkan hukum Allah dan terus melanggengkan maksiat. Seakan mereka hebat tak takut adzab, mereka terus menerus menekan rakyat dan para ulama yang menebarkan dakwah kembali kepada Islam kaffah.

Wahai Penguasa Dzalim, kalian menantang Allah untuk minta didatangkan adzab kah?

Senin, 07 Oktober 2019

SALAHKAN DEMOKRASI, BIANG MASALAH DI NEGERI INI

By Deu Ghoida

Sejarah telah membuktikan bahwa negara penganut demokrasi tidak ada yang pernah berhasil meraih tujuannya, yaitu terbentuknya masyarakat yang sejahtera, berkeadilan dan tercapai tujuan dari terbentuknya suatu negara serta terjaminnya penyebaran ideologi.

Negara penganut demokrasi, justru merasakan beragam macam problem dan konflik hingga akibatnya berujung pada otoritarianisme kekuasaan. Pada awalnya kedaulatan adalah milik rakyat. Tapi kemudian berujung kepada kedaulatan pemilik uang. Mengingat penyelenggaraan demokrasi selalu membutuhkan modal besar. Demokrasi akhirnya dikuasai bandit berdasi yang ingun memperkaya diri sendiri.

Mulai dari bagaimana proses pencalonan, karena calon penguasa dalam sistem demokrasi bukan merupakan tokoh real di tengah umat tapi lebih kepada tokoh-tokoh yang memiliki dukungan dan basis materi atau modal untuk bisa membangun eksistensinya di tengah masyarakat, akhirnya memperkuat dukungannya dengan money politics.

Ditambah lagi dengan adanya basis 4 kebebasan yang melatarbelakangi demokrasi. Mulai dari kebebasan berpendapat, beragama, berperilaku dan berekonomi, menjadikan demokrasi sarat akan kepentingan pihak-pihak  yang hanya ingin menguntungkan dirinya sendiri. Korupsi, kolusi dan nepotisme sangat dekat dengan praktik berpolitik mereka.

Akhirnya segala macam cara pun dilakukan hanya demi meraih kedudukan dan jabatan. Serta berujung pada makin menguatnya eksistensi para pemilik modal untuk mempengaruhi kebijakan. Dan finalnya menjadi negara otoriter karena dominasi kaum kapitalis. Rakyat hanya jadi korban keganasan dan kerakusan kaum kapital.

Begitupun di Indonesia, para aktor politik demokrasi sebenarnya nampak jelas sutradara dan lakonnya. Meskipun para pengamat politik menyebutkan adanya pengaruh Jenderal merah dalam ragam peristiwa politik akhir-akhir ini, tapi kekuatan kapital tidak hanya pada satu atau dua kelompok saja. Hegemoni kapitalisme dalam negeri akhirnya beradu dan ada yang berkoalisi dengan kapitalis luar negeri yang mereka jauh memiliki strategi dan manuver politik. Negeri inu menjadi papan catur permainan kaum kapitalis.

Pada akhirnya rakyat lah yang akan tetap menjadi korban. Rakyatlah yang akan tetap ditekan dan dibebani beragam macam kebijakan yang jauh dari unsur memenuhi kemaslahatan rakyat. Mindset seharusnya rakyat dikelola urusannya dengan sebaik-baiknya, yang ada hari ini justru rakyat dijadikan sebagai potensi mendulang keuntungan.

Hal ini nampak dari beragam kebijakan yang jauh dari pro rakyat mulai dari BPJS yang akan dinaikkan hingga 100%. Dengan beragam ancaman yang dikeluarkan oleh pejabat negeri ini seolah mereka pun tidak memiliki empati terhadap masyarakat akan beban berat yang ditanggung oleh masyarakat akibat BPJS. Dalam masalah pendidikan yang di swastanisasi, masalah sosial yang liberal terjadi akibat penerapan sistem politik yang opportunis  yang menyebabkan beragam macam problem masyarakat,kriminalitas dan beragam masalah lain yang semua seakan sulit untuk diselesaikan.

Yang diherankan adalah sikap dari para pemikir dan politisi di negeri ini, atas beragam macam kekacauan politik yang terjadi. Dan problem akut mereka tidak pernah menunjuk kepada demokrasi sebagai biang masalah terjadinya problem kerusakan di negeri ini. Mereka hanya menyalahkan personal pemimpin dengan melupakan sistem yang menjadikan personal tersebut menjadi penjahat bagi rakyat. Demokrasi masih tak tersentuh kejahatannya.

Mereka lupa bahwa untuk menciptakan suatu kondisi politik yang baik di suatu negara tidak hanya butuh orang atau pemimpin yang baik saja. Tapi juga dibutuhkan sistem yang baik pula. Sistem ini lahir dari sebuah aqidah yang benar. Pada akhirnya aturan yang ditegakkan di dasar aqidah inilah yang akan dijadikan sebagai pengatur masyarakat meraih kemaslahatan mereka bukan justru mengorbankan masyarakat.

Realita demokrasi di dunia tak ada satu negara pun yang bisa dijadikan contoh penerap demokrasi yang mampu menyejahterakan bahkan kapitalisme ala Amerika baru beberapa tahun saja sudah mendulang kerusakan yang luar biasa. Problem akut yang kemudian banyak ditutup hanya dengan sekedar solusi parsial. Mereka, kaum kapital lah yang mendulang keuntungan berlipat.

Justru peradaban Islam sejak ditegakkan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam lalu Diteruskan dengan Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelah nya telah mampu membuktikan kekuatan tegaknya syariat Allah dimuka bumi. Berlangsung hingga hampir 1400 tahun lamanya dan mampu tersebar ke 2/3 dunia. Dengan menyisakan sejarah yang masih kental dalam benak kaum muslimin.

Dunia tidak hanya berhutang kepada Islam tapi dunia harus kembali melihat kepada Islam bagaimana imolementasi penerapan syariat Islam dalam kehidupan negara. Menyejahterakan masyarakat tidak hanya untuk umat Islam saja tapi seluruh manusia. Bahkan keberkahan pun dirasakan oleh makhluk hidup lain selain manusia dimuka bumi. Karena berkah penerapan syariah dalam institusi khilafah menjadi sebuah hasil yang bisa diraih dari hukum yang datang dari Allah untuk kehidupan manusia.

Sehingga ketika saat ini umat di dunia menghendaki adanya keberkahan dan kemuliaan di dunia, seharusnya umat Islam hanya memperjuangkan Syariah saja. Bukan berjuang dalam demokrasi apalagi sudah nyata nyata didepan mata, bahwa demokrasi ini adalah biang dari kerusakan yang terjadi di tengah masyarakat. Akan tetapi karena banyaknya pelanggaran syariah yang terjadi hari ini, telah menjadikan manusia seakan menutup mata, untuk tidak mengevaluasi kesalahan penerapan demokrasi di tengah kehidupan manusia. Dan belum muncul keinginan menggantinya dengan Islam karena beragam opini buruk mencintrakan islam terus terjadi. Masyarakat saat ini justru cenderung akan membiarkan dan acuh terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh demokrasi. Mereka berjuang masih secara parsial, sekedar semangat, tanpa adanya strategi dan berkeinginan mengembalikannya kepada hukum Allah.  Padahal Allah sajalah sebenarnya yang paling berhak membuat hukum atau aturan untuk manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 40 :

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ


Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Tidak ada hukum kecuali hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Kalimat ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ yang berarti Tidak ada hukum kecuali hanyalah kepunyaan Allah. Menandakan bahwa hanya Allah yang berhak membuat hukum untuk mengatur manusia, bukan manusia yang membuat hukum untuk mengatur hidupnya sendiri.

Lalu sampai kapan Demokrasi selalu selamat dari tuduhan penyebab kekacauan di muka bumi?

Sabtu, 05 Oktober 2019

Para Pendengung yang Bingung Mencari Untung

By. Deu Ghoida

Statement Moeldoko beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa para Buzzer Sudah saatnya dibubarkan menunjukkan beberapa fakta.

Adanya sebuah pembenaran bahwa kerja rezim beberapa waktu lalu sangat dipengaruhi oleh kerja buzzer yang memainkan opini.  Selain menunjukkan bahwa analisa dan argumentasi dari pihak oposisi menunjukkan adanya sebuah kebenaran meski pada saat itu dibantah oleh pihak rezim.

Fakta lainnya, kerja tim bayangan yang tugasnya menjaga berjalannya kebijakan pemerintah seakan-akan mendapatkan dukungan dari masyarakat dengan buta mata. Hal ini nampak dari komentar para buzzer di media sosial tanpa melihat fakta yang dihadapi masyarakat. Mereka mendukung setiap kebijakan pemerintah seakan mereka sendiri tidak merasakan dampak kebijakan zhalim tersebut.

Sisi lain menunjukkan pemerintah yang berkuasa sejatinya memegang seluruh komponen penting di negeri ini, tapi karena lemahnya kepercayaan dari rakyat kepada rezim menjadikan mereka lemah dan membutuhkan adanya kerja dari tim buzzer ini. Kekuasaan yang rawan karena mibim dukungan rakyat.

Kerja tim buzzer yang sering kalap dan gelap mata semakin hari semakin dirasakan menimbulkan kekacauan di negeri ini. Adanya persekusi terhadap para ulama, beragam macam fitnah yang ditujukan kepada para ustadz dan juga beragam opini menyerang ajaran Islam, merupakan kerja kasar dari tim buzzer . Karena bagaimanapun kerja bayaran mereka tidak semuanya disertai dengan kerja otak.

Pada akhirnya keinginan untuk mendapatkan kekuasaan dan menguatkan hegemoni mereka justru menimbulkan problem kompleks di negeri ini. Politik adu domba , money politik, politik suap hingga strategi intelijen menjadi sebuah fenomena yang dekat untuk menciptakan situasi politik di negeri ini.

Bukan fokus bagaimana mengelola masalah masyarakat, mensejahterakan rakyat sehingga mengurangi maksiat, negara justru seakan hanya makin menambah beban berat masyarakat. Terbukti dari beragam masalah di negeri ini, pemerintah melakukan tindakan yang kontra produktif dengan tugas yang seharusnya mereka lakukan. Sebagai contoh di tengah perihatinnya masalah kebakaran hutan presiden justru menunjukkan kebahagiannya ngevlog bersama cucunya . Di tengah duka Wamena dan adanya korban dari kalangan aksi mahasiswa dan STM, negara justru mengambil sikap akan mengadakan konser.  Dimana letak prihatinnya seorang pemimpin terhadap urusan rakyatnya?

Masalah tidak hanya akan sampai disitu saja. Kerja para Buzzer yang awalnya hanya mengandalkan menyebarkan opini, hingga hoax dan fitnah untuk mendulang keuntungan pribadi, dengan adanya statement Moeldoko menunjukkan akan semakin berat problem yang dihadapi negeri ini. Karena para buzzer pun akan menghalalkan banyak cara untuk bisa mendapatkan keuntungan kembali. Tidak sedikit dari mereka akhirnya justru akan menjadi tim Buzzer dari lawan pemerintah sendiri untuk melakukan serangan pukulan. Mengingat, bagaimanapun mereka hanya pasukan kelaparan yang mencari uang, bukan untuk kebaikan tapi untuk sekedar menimbulkan kerusakan di muka bumi Apakah anda siap menerima kenyataan ini, Tuan Besar ?

Dalam sudut pandang Islam, fenomena adanya buzzer sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari adanya konsep dakwah.  Upaya dakwah dan penyebaran opini di tengah masyarakat sejak zaman Rasulullah dalam mendakwahkan Islam, membangun opini Islam di tengah kehidupan masyarakat, akan sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap Islam. Akan tetapi tetap ada beberapa hal yang harus bisa diperhatikan ketika mendakwahkan dengan membangun opini di tengah masyarakat. 

Pertama, membangun opini tidak boleh didasarkan kepada kebohongan atau fitnah. Kedua, membangun kekuatan opini didasarkan atas Aqidah Islam yaitu karena dorongan dakwah islam bukan karena dorongan materi atau keuntungan duniawi. Ketiga, Islam memandang bahwa dakwah itu merupakan kewajiban personal setiap muslim sehingga dorongan seseorang menyebarkan dakwah dan membangun opini Islam di tengah masyarakat adalah dorongan keimanan tidak hanya sekedar dorongan untuk mendapatkan posisi atau kedudukan.

Keempat, dalam membangun opini tidak diperbolehkan keluar dari koridor Islam baik dari sisi konten, bahasa , maupun jenis opininya. Kelima, opini yang dibangun bukanlah opini pemecah belah persatuan umat Islam, kerukunan dan kemaslahatan umat Islam. Justru opini yang dibangun harus mampu menguatkan hal tersebut.

Oleh karena itu, jadilah muslim taat wahai buzzer, agar kalian menjadi pasukan pembela kebanaran bukan kebathilan. Jadikanlah potensi yang kalian miliki untuk memenangkan Islam. Jadilah mujahid di media sosial yang senantiasa memerangi setiap kemaksiatan dan kezhaliman.