Sabtu, 14 Desember 2019

LIBERALISME BIKIN PENISTA MERAJALELA

Munculnya beragam penghinaan terhadap Nabi dan ajaran syariat Islam beberapa waktu ini marak terjadi. Umat Islam dihadapkan dengan pilihan sikap untuk berjuang membela agamanya atau memilih toleran terhadap upaya penistaan tersebut. Lambatnya aparat dalam menangani kasus penistaan tersebut menjadi penyebab semakin marahnya umat Islam kepada ketidakadilan di negeri ini. 

Dengan dalih toleransi, dilakukanlah beragam argumentasi pembelaan untuk meyakinkan opini publik bahwa menjadi seorang muslim tidak boleh terlalu fanatik, harus siap dengan beragam perbedaan  hingga beragam cara memahami Islam yang sudah tidak benar pun harus ditoleransikan. Beberapa tahun sebelumnya pernah terjadi kasus penistaan agama mulai dari perusakan masjid, pelecehan Alquran, hingga memasukkan anjing ke dalam masjid.

Munculnya beragam penistaan dan penghinaan terhadap ajaran agama Islam tidak akan pernah terjadi ketika manusia hari ini mengetahui betul konsekuensi dari penistaan tersebut. Akan tetapi hari ini banyak muslim sendiri atau orang yang mengaku muslim justru melemahkan dan melecehkan ajaran Islam. Bahkan tak sungkan melecehkan Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

 Hal ini terjadi dikarenakan adanya liberalisme sebagai dasar aturan bermasyarakat kita hari ini. Paham kebebasan ini telah mencengkram masyarakat dengan sangat kuat, di mana kebebasan berbicara, kebebasan berekspresi, kebebasan berakidah dan kebebasan beragama menjadi orientasi yang dijamin keberadaannya Dengan undang-undang dan HAM. 

Umat Islam hari ini lemah ketika dikatakan syariat Islam menentang HAM. Seolah-olah posisi HAM tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Islam. Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

َاْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى.

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” HR. Ad-Daruquthni (III/ 181 no. 3564)

Lalu mengapa umat Islam hari ini justru malah menganggap ada yang jauh lebih tinggi dari Islam. Mereka merasa biasa-biasa saja ketika agama mereka dihina bahkan berani mati untuk melakukan pembelaan terhadap para penista tersebut. Justru orang hari ini akan marah ketika harga dirinya dihina dan ini digambarkan demikian oleh ulama:

أَبُنَيَّ إنَّ مِنْ الرِّجَالِ بَهِيمَةً،
فِي صُورَةِ الرَّجُلِ السَّمِيعِ الْمُبْصِرِفَطِنٌ بِكُلِّ مُصِيبَةٍ فِي مَالِهِ،
وَإِذَا يُصَابُ بِدِينِهِ لَمْ يَشْعُر.

"Wahai Anakku sesungguhnya dari jenis orang (ada yang bagaikan) binatang ternak. Ia berupa orang (yang bisa) mendengar (dan) melihat (serta) cerdik jika ada musibah pada hartanya. Dan apabila (ada) musibah menimpa Agamanya, ia tidak peduli."
(Imam al-Mawardi asy-Syafi'iy, Kitab Adabud-Dunya wad-Diin 1/126)

Menjadi penista agama, bahkan penista Rasulullah merupakan sebuah keburukan. Karena Allah telah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

*Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.* (QS. al-Ahzab: 57)

Allah juga berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (QS. al-Mujadilah: 20).

Syaikhul Mufassir (bapak ahli tafsir), at-Thabari mengatakan:

إن الله تعالى ذكره أخبره أن مبغض رسول الله صلّى الله عليه وسلم هو الأقل الأذل المنقطع عقبه، فذلك صفة كل من أبغضه من الناس، وإن كانت الآية نزلت في شخص معين

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengabarkan bahwa orang yang membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dialah orang yang lemah, hina, yang terputus keturunannya. Itu merupakan sifat bagi setiap manusia yang membenci beliau. Meskipun ayat ini turun berkenan dengan orang tertentu.” (Tafsir at-Thabari, 12:726)

Berikut beberapa bukti sejarah sebagai pengingat :
Pertama, semua orang yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan kafir Quraisy, mati dalam kondisi mengenaskan.

1. Abu Lahab mati dalam keadaan mengidap penyakit Adasah, badannya mengeluarkan bau yang sangat busuk. Sampai tidak ada satupun keluarganya yang mau mendekatinya. Dia dimandikan dengan disiram air dari jauh. Dan ketika dikuburkan, orang-orang melempari tanah dan batu ke lubang kuburnya dari jauh.

2. Utbah bin Abu Lahab pernah menarik baju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian meludahi wajah beliau yang mulia. Akhirnya di suatu perjalanan, kepalanya diterkam singa, padahal dia sudah berlindung di tengah kerumunan rombongannya.

3. Abu Jahal dipenggal kepalanya oleh Ibnu Masud di kerumunan bangkai orang kafir yang berserakan ketika perang badar, setelah dia dijatuhkan dengan serangan putra Afra dan Muadz bin Amr bin Jamuh.

Kisah-kisah lain semacam ini, banyak disebutkan di buku-buku sirah, mwnggambarkan kisah untuk pembelajaran kita hari ini. Masihkah kita akan diam jika agama dan Rasulullah tercinta kita dihina? Ayo umat Islam, bangkitlah untuk melakukan amar ma'ruf nahy munkar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar