Jumat, 06 Desember 2019

Be Millenial Muslim GenerationChange Your Habits!


 

By. Dewi Ummu Syahidah

Menjadi generasi milenial atau generasi Y atau dikenal dengan Generation Me atau Echo boomers, untuk menunjuk kepada mereka yang lahir di tahun 1980-1990 atau pada tahun 2000. Karena tedapat perbedaan dalam menilai asal lahir generasi ini. Tapi tidak menjadi masalah, mengingat ukuran generasi milenial ini kini menjadi sasaran empuk untuk pemanfaatan arus teknologi informasi dan ekonomi.

Menjadi generasi muslim milenial pun pada akhirnya harus berhadapan dengan beragam tantangan. Memang benar hari ini kecanggihan teknologi memudahkan kehidupan, akan tetapi teknlgi jika dihandle oleh pihak yang kurang tepat justru hanya akan melahirkan kesesatan dan permasalahan. Apalagi pengendali teknologi saat ini justru dihandle oleh kaum kapitalis yang menguasai pasar dan hanya berorientasi pada materi dan keuntungan semata.

Hingga tak sedikit remaja milenial pun menjadi korban keganasan kaum kapitalis. Rancangan kehidupan dialurkan oleh kaum kapitalis hingga berubahlah orientasi hidup seorang muslim. Seharusmya hidup untuk meeraih keuntungan akhirat, lalu berubah menjadi sekedar mencari kehidupan dunia. Miris.

 Realita masyarakat yang didominasi liberalisme kapitalisme, pada akhirnya menciptkan habits sesuai dengan cara pandangnya. Bahkan habits ini akhirnya mendominasi kehidupan masyarakat dan menjadikannya sebagai ‘urf atau sejenis kebiasaanumum di masyarakat. Sudut pandang melahirkan habits pada seseorang, lalu menciptakan terbentuknya masyarakat berupa ‘urf nya. Habits terbentuk darin adanya repetisi yang terus dilatih Dan dilakukan pengulangan ini dilakukan dengan sadar ataupun tidak akan menciptakan habits pada seseorang.

Realita kehidupan serba liberal telah menciptakan  habits khos pada diri seorang muslim. Tanpa disadari, perilaku generasi muslim hari ini jauh lebih condong kepada peradaban Barat. Beragam orientasi hidup untuk duniawi, standar kebahagiaan berupa materi, hingga kesenangan dan hiburan menjadi pemandangan keseharian.

Sebagai contoh, jelang akhir tahun beragam agenda telah disiapkan, bertepatan dengan momen liburan sekolah maka rentetan agenda hiburan dan planning hidup sudah direncanakan. Tanpa disadari moment liburan menjadi momen yang sangat dinanti, dengan alasan melepas penat butuh hiburan, liburan dan jajanan. Akhirnya dimanfaatkanlah hal.tersebut oleh pihak yang memiliki kepentingan ideologis untuk meraup untung sebesarnya. Tak peduli seberapa dampak kerusakannya, mereka akan menyiapkan konsep-konsep hiburan malin menyenangkan para milenial yang haus hiburan.

Pesta tahun baru, ko.ser dan beragam jenis hiburan disajikan tanpa disadari imbas kerusakan yang ditimbulkannya. Seks bebas merajalela, pergaulan ikhtilat dimana-mana, dan kerusakan generasi pun tidak mampu dicegah. Jika sudah menjadi tradisi turun temurun, seolah kebiasaan tersebut telah menjadi kelegalan. 

Artinya dari satu contoh saja, menunjukkan bahwa habits pada satu moment saja diantara generasi muda saat ini pun sangat ditentukan oleh peradaban Barat. Muslim jarang menanyakan detilnya dalam Islam bagaimana hukumnya, mereka menjalani sekedar hiburan, dan anggapan habits dimasyarakat akhirnya menjadi pelegalan.


Habits Menentukan Kualitas Hidup

Habits seseorang akan sangat menentukan kualitas hidup. Bagaimana sebenarnya tiap orang tua menghendaki kebaikan pada anaknya, hingga akhirnya orang tua menyiapkan kebiasaan baik sejak anaknya masih kecil. Dengan satu tujuan, agar anak bisa menjadi anak baik. Lalu peradaban dimana anak tumbuh ternyata dengan mudah menghancurkan bangunan habits orang tua untuk anaknya. Itulah mengapa, habits haruslah dibangun atas dasar kesadaran individu, untuk tetap membangun habits baik sehingga kualitas hidupnya pun baik.

Menjadi seorang muslim, sudah seharusnya hidupnya dipenuhi dengan habits Islam. Habits yang  sesuai dengan ajaran Islam. Hal itu dilakukan dengan cara terus mengulang aturan syariat dalam kehidupan keseharian.  Al-Qur’an telah memuat firman Allah yang membukakan kepada kita kunci daripada pengajaran, yaitu pengulangan (repetisi),

Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka (TQS Thahaa [20]: 113)


 Oleh karena itu untuk membentuk habits yang baik diperlukan pemahaman Islam yang komprehensif atau menyeluruh. Dengan mengetahui syariat Islam secara menyeluruh akan mempermudah seseorang untuk menjalankan kebiasaan baik.  Karena seluruh syariat Allah ketika dijalankan pasti akan menuai kebaikan atau ada maslahat yang dicapai.

Membentuk habits yang baik memang sulit pada awalnya, tapi dengan keistiqomahan pasti akan mudah menjadikannya konstan dalam amal. Habits buruk mudah dibentuk namun menyusahkan kita di sisa hidup kita.

Tantangan membentuk habits baik adalah diri kita sendiri.  Seringkali rasa seperti malas, enggan, futur menjadi penghalang keitiqomahan dalam melakukan habits baik.

Jadi hanya satu sebab ketika kita belum mampu membentuk habits baik yaitu : “Kita belum cukup banyak mengulang dan melatihnya, baik terpaksa ataupun sukarela”. Bukan masalah bakat, kurang motivasi atau apapun yang selama ini kita pikirkan.

Allah ciptakan akal pada manusia sebagai pembeda dengan makhluq lainnya. Sehingga disitulah tugas manusia memaksimalkan akalnya untuk bisa memikirkan hakikat penciptaan dan membiasakan habits sesuai dengan keinginan Sang Pencipta, yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala.

Penelitian mengatakan, bahwa 30 hari melatih suatu hal akan membuat kebiasaan baru terbentuk. Contohlah kita ingin membentuk habits membaca, maka bacalah buku setiap hari pada waktu yang sama, ba’da shubuh 1/2 jam, setiap hari. Maka setelah 30 hari habits baru itu akan muncul, walau masih lemah. Semakin lama kita melaksanakannya, semakin habits itu berakar.

Seperti ungkapan Imam Syafi’i “Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama pembimbing, serta waktu yang lama!

Menjadi remaja milenial saat ini pun mudah untuk mampu mengubah habits. Tantangan kedepan makin berat dan beragam ujian pun siap menanti. Akan tetapi ketika remaja milenial memiliki dan telah membiasakan habits positif sesuai dengan syariat Allah maka tantangan dan ujian tersebut akan dengan mudah terlewati.


Cara membangun habits positif

Untuk membiasakan Habib positif perlu diketahui gambaran Islam secara menyeluruh:

1. Hablumminallah : aqidah, ibadah

2. Hablum minan nafsi: akhlaq  pakaian, minuman, makanan.

3 Hablum minannaas: ekonomi, politik, sosial, pendidikan, kesehatan dll.

 Dari seluruh syariat tersebut haruslah diketahui rincian dan detailnya agar bisa memahami gambaran Islam secara menyeluruh. Sehingga dari situlah perlu adanya pengkajian dan penelaahan serta diskusi masalah kekinian dan aplikasinya dalam kehidupan.

Selain membangun ketaatan pada seluruh  aturan Allah dengan memahami Islam Kaffah, perlu juga dibangun upaya untuk tetap menjaga keistiqomahan dalam ketaatan yaitu dengan jalan dakwah atau menyampaikan dan menyeru pihak lain untuk senantiasa dalam ketaatan pula dan mencegahnya dari kemunkaran.

Menjadi generasi milenial memiliki tanggung jawab yang besar yaitu sebagai agen misi menyelamatkan generasi lainnya sehingga di bumi Allah tidak akan lagi ada maksiat yang dilakukan oleh makhlukNya. Dan hendaknya generasi muslim milenial memiliki sikap sebagai berikut :

1. Memahami Hakikat kehidupan dan tujuan kehidupan di dunia untuk apa

2. Senantiasa membangun Habits positif berdasarkan dalil atau hujjah syariat,  meneladani sunnah nabi, dan menjaga diri senantiasa berbuat baik.

3. Hidup berorientasi untuk kehidupan akhirat, mencari ridho Allah semata, menjadikan tiap waktunya untuk beramal sholih.

4. Senantiasa berbuat baik dan mengajak kebaikan dimanapun berada.

5. Mampu menjadikan media sosial sebagai wasilah kebaikan, bukan media  baper, dan menebar maksiat.

6. Mampu memprogram hidup dengan baik dan berorientasi pada amal akhirat.

7. Mampu merepetisi tiap kebaikan dari sosok yang diteladani atas dasar kesadaran dan keimanan.

Sehingga jangan sampai generasi milenial justru menjadi sasaran dari pihak.yang hendak merusak dan mencari keuntungan semata. Jangan mau jadi korban perusakan generasi, ingat masih ada masa depan yang bergantung pada kalian. Yaitu calon-calon pejuang  akhir jaman yang kelak akan menjadi saksi atas setiap kebaikan yang kalian tanamkan. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar