By. Dewi Ummu Syahidah
Tantangan keluarga muslim kian hari kian bertambah semakin berat. Beragam problematika keluarga mendominasi problem di tengah masyarakat. Padahal keluarga sebenarnya merupakan benteng terakhir penjagaan dan penyelamatan terhadap anggota keluarga. Karena keluarga merupakan tempat curahan cinta dan kasih sayang serta pendidikan bagi setiap anggotanya. Keluarga pun merupakan tempat dimana anggota keluarga menjaga setiap.kebaikan dan membentengi setiap anggotanya dari beragam bentuk kerusakan. Tapi apalah daya realita kehidupan secara sistemik hari ini telah menjadikan benteng keluarga pun mudah sekali runtuh dan rusak.
Padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan kepada seorang muslim untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari api neraka akan tetapi hari ini kehidupan dunia seperti neraka seperti dirasakan secara nyata.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."(QS. At Tahtim ayat 6)
Problem keluarga hari ini dimulai dari beban hidup yang semakin berat dari biaya pendidikan, kesehatan, ekonomi dan beragam macam kebutuhan dasar hidup manusia. Semua harus ditanggung sendiri oleh individu keluarga. Belum juga problem sosial yang muncul akibat adanya interaksi di antara sesama manusia. Rusaknya tatanan kehidupan di tengah masyarakat akibat negatif dari legalisasi keharaman, dari miras, pergaulan dan seks bebas, narkoba, perjudian, dan beragam macam pengaturan hidup sosial yang justru mengadopsi kepada Barat selalu melahirkan beragam macam kerusakan.
Sebutlah angka hamil diluar nikah, aborsi dan pelaku seks bebas tiap tahun selalu berkembang. Dari sebuah riset menunjukkan remaja Indonesia 33 persen melakukan seks pra nikah. Dan angka ini terus mengalami peningkatan tiap tahun. (https://www.liputan6.com/health/read/4016841/riset-33-persen-remaja-indonesia-lakukan-hubungan-seks-penetrasi-sebelum-nikah#). Bahkan Cilacap pernah ada data 97 persen dari 400 pasangan calon pengantin pernah melakukan hubungan seks pra nikah. (https://www.gatra.com/detail/news/440426/health/seks-pranikah-lagi--marak-di-cilacap ) . Na'udzubillah.
Beragam upaya preventif dan kuratif seakan tidak mampu untuk membendung dan menghentikan laju kerusakan pergaulan bebas. Belum lagi masalah kriminalitas dengan beragam macam bentuk kreativitas diluar akal sehat yang akhirnya semakin menambah ketakutan dan beban berat di dalam kehidupan masyarakat.
Liberalisme Akar Masalah Negeri Ini
Seperti yang kita tahu beragam macam permasalahan dalam lingkup keluarga hari ini ini berawal dari cara berpikir liberal yang semakin hari semakin parah diadopsi oleh kehidupan masyarakat kita dan juga dalam kehidupan bernegara adanya kebebasan atas nama hak asasi manusia. Bahkan hak dasar manusia seakan telah menjadikan manusia layak terbebas dari aturan sang pencipta.
Sehingga Jika kita ingin memperbaiki kondisi keluarga saat haruslah dilakukan upaya serius dan tersistematis. Dengan membentuk benteng pertahanan yang kokoh ada banyak hal yang harus dikondisikan :
1. Setiap muslim wajib beriman secara benar dan memahami konsekuensi dari memeluk Aqidah Islam adalah wajib taat dan menjadikan Allah sebagai pengatur kehidupan jadi tidak hanya sekedar mengamalkan ibadah ritual semata dan Syahadat saja akan tetapi juga wajib menjadikan dirinya terikat kepada seluruh hukum Allah secara Kaffah.
2. Membangun benteng yang kokoh dalam keluarga juga harus didasari kepada pemahaman syariat yang benar dan menyeluruh membentuk keluarga untuk terbiasa tholabul Ilmi dan menjadikannya kewajiban untuk terus mengupgrade pemahamannya terhadap Syariat Allah.
3. Bersegera untuk memohon ampunan kepada Allah dan bersegera untuk terikat kepada Allah ketika mengetahui hukum syariatnya dalam Islam "Sami'na wa atho'na" tanpa mempertimbangkan banyak hal karena baginya ketaatan itu mutlak dengan posisi kita sebagai seorang hamba.
4. Memahami peran dirinya di masyarakat yaitu memiliki andil dalam memperbaiki kerusakan di tengah masyarakat. Karena imbas dari kerusakan masyarakat yang didiamkan akan merambah dan merusak tatanan keluarga yang kita bangun. Sehingga setiap anggota keluarga harus berusaha maksimal melakukan Amar ma'ruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Serta berkomitmen tinggi untuk ikut memperbaiki kerusakan di tengah masyarakat.
5. Berkomitmen tinggi dengan terus mengkaji Islam secara benar dan mengikuti perkembangan problem keumatan. Lalu mengetahui solusinya dalam Islam sehingga ketika dihadapkan dengan beragam macam problematika, dia memiliki sikap yang yang utuh solusinya menurut agama dan tidak keluar dari kerangka pemahaman aqidahnya.
6. Harus senantiasa dibangun semangat ta'awun atau tolong menolong di antara sesama saudara Muslim. Sehingga merealisasikan hadis rasulullah bahwa kaum muslimin itu adalah satu tubuh. Sehingga dalam konsep mendidik generasi pun akan selalu terbangun ghiroh atau semangat untuk senantiasa membela hak-hak saudaranya sesama muslim.
7. Mengetahui hadharah dan madaniyah untuk bisa memilah mana yang sekiranya baik untuk pengembangan pemikiran dan sikap anggota keluarganya di mana hadharah merupakan sekumpulan pemahaman mengenai kehidupan dan madaniah merupakan benda yang biasa dijadikan sarana kehidupan. sehingga tidak muncul keraguan ketika mendalami agama akan berhadapan dengan realita kekinian yang cepat berubah.
8. Masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan andil di dalam upaya perjuangan perbaikan di tengah umat. Dengan cara orang tua memberikan arahan kepada anak dan anggota keluarga lainnya tentang sikap apa yang harus diambil dan cara apa yang harus ditempuh untuk memaksimalkan Amar ma'ruf nahi mungkar. Dengan cara membaca potensi dan kelebihan masing-masing.
9. Orientasi keluarga harus dibentuk untuk membangun Hakikat kehidupan yaitu terselamatkan anggota keluarga dari siksa api neraka. Sehingga masing-masing akan saling tolong menolong untuk menegakkan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran karena ada perasaan yang sama untuk menjadi Ahli Surga. Bukan justru terpengaruh dengan orientasi kapitalisme yang hanya sekedar memburu kesenangan di dunia saja. Artinya orang tua pun harus mengajarkan sikap zuhud terhadap dunia dan waro' terhadap akhirat.
10. Semua anggota keluarga memiliki cita-cita dan doa yang sama ketika bermunajat sehingga goal dari perjuangan di dunia membentuk keluarga sakinah juga untuk meraih satu tujuan yang sama di tengah masyarakat.
11. Memahami peran negara sangat penting dalam menegakkan hukum untuk masyarakat. Sehingga keluarga muslim pun harus mengambil peran dalam upaya melakukan perbaikan negaranya dengan meminta penguasa menerapkan hukum Islam secara kaffah.
Demikianlah beberapa bangunan untuk menjaga keluarga dari kerusakan. Perlu kerja sama semua pihak, dari indibidu yang baik, masyarakat yang bertaqwa dan pengurus urusan rakyat yang berkomitmen menerapkan aturan Islam secara menyeluruh sehingga mampu terjaga kualitas generasi dan keluarga muslim.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar