Sabtu, 05 Oktober 2019

Para Pendengung yang Bingung Mencari Untung

By. Deu Ghoida

Statement Moeldoko beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa para Buzzer Sudah saatnya dibubarkan menunjukkan beberapa fakta.

Adanya sebuah pembenaran bahwa kerja rezim beberapa waktu lalu sangat dipengaruhi oleh kerja buzzer yang memainkan opini.  Selain menunjukkan bahwa analisa dan argumentasi dari pihak oposisi menunjukkan adanya sebuah kebenaran meski pada saat itu dibantah oleh pihak rezim.

Fakta lainnya, kerja tim bayangan yang tugasnya menjaga berjalannya kebijakan pemerintah seakan-akan mendapatkan dukungan dari masyarakat dengan buta mata. Hal ini nampak dari komentar para buzzer di media sosial tanpa melihat fakta yang dihadapi masyarakat. Mereka mendukung setiap kebijakan pemerintah seakan mereka sendiri tidak merasakan dampak kebijakan zhalim tersebut.

Sisi lain menunjukkan pemerintah yang berkuasa sejatinya memegang seluruh komponen penting di negeri ini, tapi karena lemahnya kepercayaan dari rakyat kepada rezim menjadikan mereka lemah dan membutuhkan adanya kerja dari tim buzzer ini. Kekuasaan yang rawan karena mibim dukungan rakyat.

Kerja tim buzzer yang sering kalap dan gelap mata semakin hari semakin dirasakan menimbulkan kekacauan di negeri ini. Adanya persekusi terhadap para ulama, beragam macam fitnah yang ditujukan kepada para ustadz dan juga beragam opini menyerang ajaran Islam, merupakan kerja kasar dari tim buzzer . Karena bagaimanapun kerja bayaran mereka tidak semuanya disertai dengan kerja otak.

Pada akhirnya keinginan untuk mendapatkan kekuasaan dan menguatkan hegemoni mereka justru menimbulkan problem kompleks di negeri ini. Politik adu domba , money politik, politik suap hingga strategi intelijen menjadi sebuah fenomena yang dekat untuk menciptakan situasi politik di negeri ini.

Bukan fokus bagaimana mengelola masalah masyarakat, mensejahterakan rakyat sehingga mengurangi maksiat, negara justru seakan hanya makin menambah beban berat masyarakat. Terbukti dari beragam masalah di negeri ini, pemerintah melakukan tindakan yang kontra produktif dengan tugas yang seharusnya mereka lakukan. Sebagai contoh di tengah perihatinnya masalah kebakaran hutan presiden justru menunjukkan kebahagiannya ngevlog bersama cucunya . Di tengah duka Wamena dan adanya korban dari kalangan aksi mahasiswa dan STM, negara justru mengambil sikap akan mengadakan konser.  Dimana letak prihatinnya seorang pemimpin terhadap urusan rakyatnya?

Masalah tidak hanya akan sampai disitu saja. Kerja para Buzzer yang awalnya hanya mengandalkan menyebarkan opini, hingga hoax dan fitnah untuk mendulang keuntungan pribadi, dengan adanya statement Moeldoko menunjukkan akan semakin berat problem yang dihadapi negeri ini. Karena para buzzer pun akan menghalalkan banyak cara untuk bisa mendapatkan keuntungan kembali. Tidak sedikit dari mereka akhirnya justru akan menjadi tim Buzzer dari lawan pemerintah sendiri untuk melakukan serangan pukulan. Mengingat, bagaimanapun mereka hanya pasukan kelaparan yang mencari uang, bukan untuk kebaikan tapi untuk sekedar menimbulkan kerusakan di muka bumi Apakah anda siap menerima kenyataan ini, Tuan Besar ?

Dalam sudut pandang Islam, fenomena adanya buzzer sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari adanya konsep dakwah.  Upaya dakwah dan penyebaran opini di tengah masyarakat sejak zaman Rasulullah dalam mendakwahkan Islam, membangun opini Islam di tengah kehidupan masyarakat, akan sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap Islam. Akan tetapi tetap ada beberapa hal yang harus bisa diperhatikan ketika mendakwahkan dengan membangun opini di tengah masyarakat. 

Pertama, membangun opini tidak boleh didasarkan kepada kebohongan atau fitnah. Kedua, membangun kekuatan opini didasarkan atas Aqidah Islam yaitu karena dorongan dakwah islam bukan karena dorongan materi atau keuntungan duniawi. Ketiga, Islam memandang bahwa dakwah itu merupakan kewajiban personal setiap muslim sehingga dorongan seseorang menyebarkan dakwah dan membangun opini Islam di tengah masyarakat adalah dorongan keimanan tidak hanya sekedar dorongan untuk mendapatkan posisi atau kedudukan.

Keempat, dalam membangun opini tidak diperbolehkan keluar dari koridor Islam baik dari sisi konten, bahasa , maupun jenis opininya. Kelima, opini yang dibangun bukanlah opini pemecah belah persatuan umat Islam, kerukunan dan kemaslahatan umat Islam. Justru opini yang dibangun harus mampu menguatkan hal tersebut.

Oleh karena itu, jadilah muslim taat wahai buzzer, agar kalian menjadi pasukan pembela kebanaran bukan kebathilan. Jadikanlah potensi yang kalian miliki untuk memenangkan Islam. Jadilah mujahid di media sosial yang senantiasa memerangi setiap kemaksiatan dan kezhaliman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar