Minggu, 20 Oktober 2019

MEWASPADAI HIBURAN YANG MENYESATKAN

By. Dewi Ummu Syahidah

Adalah tabiat manusia, selalu merasa kurang. Begitu pula dalam memandang hiburan. Segala macam hiburan saat ini ada. Mulai usik, tarian, tontonan, bahkan beragam makanan pun saat ini dimana-mana mudah ditemui. Bahkan orientasi pariwisata pun kini makin digencarkan dengan alasan menjadi sumber pamasukan daerah bahkan hingga level negara.

Sisi lain ingin meraup keuntungan karena bertambahnya wisatawan, digelarlah beragam macam kegiatan untuk makin menarik minat pengunjung. Tak.sedikit menjadikan alasan menghidupkan budaya lokal untuk daya tarik. Bahkan tak sedikit dipenuhi kemusyrikan dan bumbu-bumbu maksiat. Semua menjadi legal atas nama budaya dan pariwisata hiburan. Dimana-mana pun selalu ada panggung-panggung hiburan yang kebanyakan mengundang syahwat dan bebas tanpa ada pemisahan laki-laki dan perempuan. Lagi-lagi semua dianggap halal tanpa melihat maksiat ada didalamnya.

Dunia Hanya Senda Gurau

Setiap manusia tabiatnya gemar berbuat kebaikan. Meski tak sedikit pula manusia mengedepankan kebahagiaan. Meski kebahagiaan itu hanya bersifat sementara kebanyakan manusia rela mengejarnya hingga terpenuhi pemuasan kebahagiaannya.

Jika kita mau merenungi dunia dan waktu kita di dunia ini, kita pasti akan sadar dan yakin bahwa dunia dan segala isinya ini hanya bersifat sementara, tidak kekal. Segala bentuk kebahagiaan dan kesedihan di dunia juga bersifat sementara. Berbanding terbalik dengan kebahagiaan atau kesedihan di akhirat yang semua bersifat abadi. Maka sangatlah merugi, orang yang hanya mengejar materi dan kesenangan semu di dunia, karena tidak lama lagi itu semua akan berakhir dengan kematian.

Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? [al-An’âm/6: 32]

Imam al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua perbuatan yang dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti main-main dan senda gurau, yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap (kekal). 

Beragam hiburan yang hari masih diminati dan diburu manusia sebenarnya hanyalah sesuatu yang tiada manfaatnya di akhirat. Sehingga semestinya manusia menyadari tak ada yang kekal di dunia. Termasuk kebahagiaan dan kesedihanpun tak ada yang kekal. Semua akan ada akhirnya. Tapi ketaatan manusia akan melahirkan amal sholih dan pahala yang akan tetap tercatat hingga akhirat kelak.

Seharusnya manusia berhati-hati menjadikan orientasi kehidupan dunianya. Amatlah merugi jika selama hidupnya menganggap dunia sebagai tujuan hidup, kesenangannya akan hiburan dunia menjadi obat kedukaan atau sumber bahagianya.

Bahkan untuk masalah anak hingga harta saja, Allâh Azza wa Jalla telah mengingatkan kaum Mukminin agar jangan sampai urusan itu membuatnya lupa beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [ al-Munâfiqûn/63: 9]

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hambaNya yang beriman untuk banyak mengingatNya dan melarang mereka sibuk dengan harta serta anak-anak sampai lupa dzikir. Allâh juga memberitakan kepada mereka bahwa barangsiapa terlalaikan oleh kesenangan kehidupan dunia dan segala perhiasannya dari tujuan utama penciptaannya yaitu mentaati Rabbnya dan selalu mengingatNya, maka dia termasuk orang-orang yang merugi. Yang merugikan diri mereka sendiri beserta keluarga mereka pada hari kiamat.” 

Dengan kehidupan hari ini dimana sistem hidup liberal telah menjadi pilihan sistemik kehidupan, menjadikan manusia bahkan seorang muslim tak sedikit yang hidup hanya sekedar berorientasi pada dunia: harta, kedudukan duniawi, jabatan, posisi, hingga hiburan dunia seakan menjadi perkara wajib setiap waktunya bahkan setiap ujian dan kejenuhan hidup mendera. Seakan, ayat-ayat Allah tak pernah mampu melunakkan kerasnya hati akan keinginan duniawi yang tanpa henti. Seakan peringatan-peringatan Allah pun tak mampu membuatnya menangis dan berhenti melakukan  kesia-siaan di muka bumi. Hidup hanya berorientasi dunia. Sungguh sangat merugi.

Padahal Allâh Azza wa Jalla memberitakan penyesalan orang-orang kafir dengan firmanNya:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka orang-orang yang zalim berkata : “Ya Rabb kami, berikanlah tangguh kepada kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasûl-rasûl”. (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa kamu sama sekali tidak akan binasa ? [Ibrâhîm/14: 44]

Juga dalam firmanNya:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila kematian mendatangi salah seorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat melakukan amal saleh pada segala yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. [al-Mukminûn/23: 99-100]

Maka saudaraku, jangan pernah menyia-nyiakan waktu kehidupan di dunia yang hanya sebentar ini dengan sekedar mencari kebahagiaan dunia. Senda gurau kita di dunia bisa jadi hanya menjadikan kita manusia merugi karena melakukan kemubahan yang tak menjadikan àmal sholih sebagai orientasinya.

Apalagi alam meraih kesia-siaan tadi disertai dengan kemusyrikan, menghalalkan keharaman hingga bermaksiat terang-terangan kepada Allah. Yakin, bisa selamat kelak dari siksa Allah dan yakin bisa selamat kelak di hari pembalasan?

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar