Oleh: Deu Ghoida
Seakan menjadi lelucon, pengumuman kabinet Indonesia Maju banyak menuai perbincangan di tengah masyarakat. Bahkan tak sedikit yang menjadikannya lelucon politik. Semua sebenarnya terjadi karena masyarakat malas berhubungan dengan hukum yang diterapkan oleh penguasa akibat kritikan untuk penguasa. Jeratan pasal dan sikap represif aparat menyebabkan rakyat lebih menyukai menggunakan bahasa satire atau lelucon.
Pengangkatan kabinet Indonesia Maju tidak bisa dikatakan sebagai sebuah lelucon. Karena beberapa pihak yang terpilih menunjukkan adanya fakta yang sudah lama terjadi di lapangan. Banyak sarjana menjadi sopir ojek online, guru bekerja tidak berdasarkan bidangnya, bahkan pejabat dan presiden pun boleh diangkat dari lulusan SMA.
Memilih penguasa di dalam sistem kapitalisme hanya menciptakan lingkaran oligarki. Pihak yang memiliki kepentingan tersendiri berkumpul dan berkuasa untuk mengatur kepentingan mayoritas rakyat. Akhirnya bukan pengeloaan urusan rakyat yang terjadi dengan pengaturan sebaik-baiknya tapi justru penjajahan , penjarahan , hingga pemanfaatan terhadap masyarakat.
Tak heran jika wajah kapitalisme yang sadis makin nampak dengan beragam kebijakan yang terus menyiksa rakyat. Mulai dari pengaturan pendidikan, kesehatan, hingga kebutuhan makan keseharian dan keamanan semua ditanggung sendiri oleh masyarakat. Negara hanya menarik pajak, iuran dan memberikan tekanan tekanan kepada rakyat untuk mengikuti semua kebijakan yang mereka buat.
Wajah bengis kaum kapitalis ditutupi dengan beragam pendekatan Humanis. Mengatasnamakan budaya, mereka merusak tatanan norma agama di tengah masyarakat . Atas nama kearifan lokal, mereka menghidupkan kemusyrikan dan mengkriminalkan para pendakwah Islam. Mengatasnamakan cinta tanah air dan negara, mereka menutupi kejahatan persekongkolan mereka dengan kaum penjajah imperialis yang mengeruk kekayaan negeri ini.
Rakyat mudah tertipu dengan kesan manis kaum kapitalis ini ketika mereka menampakan kesan memperhatikannya mereka terhadap kepentingan rakyat. Rakyat disuap dengan pembangunan jalan, betonisasi, bahkan pembangunan infrastruktur, seakan semua dilakukan untuk kemajuan masyarakat. Meski pada akhirnya kaum kapital lah yang menjadi alasan pembangunan itu dilakukan.
Rakyat seakan dibuat puas, pada pengelolaan beragam kartu dan pembangunan fadilitas pendidikan dan kesehatan. Padahal ujungnya semua dikomersilkan. Wajah kapitalis hanya nampak manis untuk menutupi sikap bengis dan sadisnya mereka dalam menjarah negeri ini. Tak ada yang manis dari wajah imperialis.
Padahal dalam Islam, tugas utama pemimpin adalah menegakkan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah SWT. Baik dalam lingkup pribadi, lebih-lebih bernegara. Hal ini sebagaimana firman Allah swt:
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(Qs. Al-Hajj: 41)
Lalu penguasa kapitalis peduli apa dengan hukum Allah? Mereka justru memusuhinya.
Peduli apa mereka pada terjaganya aqidah rakyat? Kaum murtadin justru marak di negeri ini. Peduli apa mereka pada amar ma'ruf nahiy munkar? Mereka justru menjadikan pendakwah amar ma'ruf nahiy munkar sebagai musuh bersama yang dialienasi di masyarakat.
Itulah mereka, kaum kapitalis imperialis berwajah palsu dibalik nasionalis. Bersandiwara mengurus urusan rakyat padahal sejatinya mereka hanya mencari kedudukan dan keuntungan. Tak peduli hukum Allah, maksiat saja berani dilegalkan demi keuntungan duniawi. Tak sadar bahwa setiap langkah mereka sebenarnya akan dimintai pertanggungjawaban.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه
“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun alaihi)
Ingatlah wahai kaum kapitalis bengis, semua perbuatan, sikap dan ketetapan yang kalian buat akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Tak ada yang bebas nilai disisi Allah. Hukum manusia kalian tegakkan, hukum Allah diabaikan bahkan dimusuhi. Ingatlah, sesungguhnya siksa akhirat itu amat pedih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar