Sabtu, 26 Oktober 2019

Mencetak Generasi Tangguh di Fase Akhir Jaman

Oleh: Dewi Ummu Syahidah

Memasuki usia bumi yang semakin menua, makin ada saja polah tingkah laku manusia. Khususnya generasi muda saat ini. Seakan baru memulai tahap menjalani kehidupan dewasanya, melepaskan diri dari kungkungan pengawasan orang tua di masa kecil, tak sedikit generasi muda yang justru kehilangan arah.

Food, fun, fashion, freesex and football seakan lekat dengan kehidupan anak muda masa kini. Tidak sedikit orang tua hilang kendali bahkan ada yang lepas kendali menangani kehidupan anak-anak mereka. Realita kehidupan yang berubah dan semakin cepat berganti, menjadikan orang tua seakan tertinggal jauh darinfase teknologi informasi. Jadilah anak sekedar meminta tanggungjawab nafkah dari orang tuanya. Sementara pendidikan, akhlaq dan tanggungjawab mentalnya diserahkan kepada pihak lain.

Adanya pola penerapan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) hari ini, telah menjadikan agama hanya pada lingkup ritual semata. Dalam pengaturan hidup, manusia seakan bebas menentukan sendiri. Inilah kemudian saat ini yang menyeimbangi kelahiran kecepatan teknologi dan informasi yang banyak melahirkan kerusakan di masyarakat. 

Food. Dibarengi dengan sekulerisme, melahirkan beragam jenis gaya hidup yang berbeda dengan agama mengaturnya. Remaja gemar nongkrong di cafe, restaurant, mall bahkan tempat hiburanpun tak luput dari makanan dan bisnis yang berputar diatasnya. Jadilah kehidupan yang hanya berorientasi pada gaya hidup bukan kebutuhan. Mementingkan trend kekinian dari kepedulian sosial, hingga akhirnya mematikan saraf kepekaan terhadap lingkungan dimana dia tinggal.

Fun. Kesenangan remaja kekinian sangat identik dengan kebebasan. Sebutlah musik, game, traveling, tontonan hingga hobi pun tak sedikit yang merusak tatanan masyarakat. Atas dasar hiburan, barang haram menjadi legal, yak dicegah karena banyak peminat dan menguntungkan. Sebutlah konser-konser musik dari dalam dan luar negeri, menyedot dana miliaran dan merusak tatanan keislaman masyarakat. Ikhtilat, kholwat, aurat bahkan miras pun sangat dekat dengan gaya hidup bebas ini. Game dan beragam permainan lainnya pun demikian. Banyak diminati tapi efek jangka panjangnya tak bisa diragukan lagi. Serta beragam fun/kesenangan lainnya tak sedikit menuai keresahan orang tua akan anak-anak mereka.

Fashion. Trend yang dibawan negara Barat dan Timur membawa pengaruh besar pada industri pakaian dan mode di negeri ini. Tak sungkan bahkan generasi muda memamerkan oitfit mereka bernilai pulihan hingga ratusan juta. Dilakukan semata-mata demi stylish, trendi dan kekinian. Termasuk pengaruhnya kepada generasi muda muslim, mengikuti trend kekinian tanpa mengkaitkannya dengan standar syariat. Asal ikut tren, dengan tetap berkiblat pada peradaban di luar Islam. Akhirnya melahirkan muslimah 'canggung', berhijab karena mode, berkhimar gaya punuk unta, tabarruj bahkan perilaku jauh dari rasa malu.

Freeseks. Mengerikan gaya pergaulan bebas remaja hari ini. Pacaran menjadi tren kekinian, bahkan dianggap tak laku jika tak mengikuti. Padahal data perilaku kehidupan bebas dikalangan remaja negeri ini sudah bisa dikatakan membahayakan. Sebutlah data di daerah Cilacap, dari data 400 pasangan pra nikah 97%diantaranya sudah melakukan hubungan seksual. Mengerikan. (https://www.gatra.com/detail/news/440426/health/seks-pranikah-lagi--marak-di-cilacap)
Hal ini pun pastinya dialami daerah-daerah lainnya di negeri ini. Belum dengan data pelaku penyuka sesama jenis, jauh lebih mengerikan.

Football. Sepak bola, perempuan dan miras dekat sekali dengan perilaku remaja. Bahkan menjadi ajang perjudian bukan sekedar hobi tapi dari permainan ini dilahirkan banyak upaya mendulang keuntungan kaum kapitalis.

Lalu bagaimana Islam akan memiliki generasi berkualitas untuk kedepannya, jika generasi saat ini hanya disibukkan dengan 5F dan sejenisnya ini?


Menyiapkan Generasi Tangguh

Generasi tangguh tidak akan lahir dari sebuah peradaban yang generasinya membebek pada peradaban Barat. Untuk melahirkan generasi sekuat generasi shahabat, yang diusia belia mampu mengemban risalah dakwah dan agama, harus dibentuk dalam suasana hang kondusif. Lemahnya peran keluarga, berlepas tangannya penguasa dan hilangnya kontrol masyarakat akan pentingnya generasi baik untuk.masa depan tidak akan mampu mencetak generasi tangguh.

Realita hidup kita hari ini, dalam jeratan kapitalisme-sekuler-liberal, telah mencetak generasi hanya materi oriented, muslim tapi tidak mau diatur agamanya, bahkan kejidupannya berkiblat kepada peradaban diluar Islam. 

Dalam kirin waktu 10 tahun kedepan, jika kerusakan peradaban Barat dijadikan kiblat peradaban generasi negeri ini, hanya akan ada Lost Generation di tengah kehidupan umat Islam. Kita akan kehilangan generasi muslim untuk masa depan. Lalu siapa yang akan memimpin umat untuk masa depan? Bagaimana generasi saat ini akan menjadi orang tua untuk anak-anak mereka?

Fase kehidupan umat Islam saat ini, sudah dikatakan pada fase akhir, berdasarkan fakta dan penunjukkan dalilnya. Perlu diingat akan datangnya tanda-tanda kiamat. Tanda besar Kiamat yang pertama setelah kemunculan al-Mahdi adalah keluarnya Dajjal, kemudian turunnya ‘Isa Alaihissallam untuk membunuhnya, selanjutnya datangnya Ya’-juj Ma’-juj, dan do’a Nabi ‘Isa Alaihissallam untuk kebinasaan mereka, akhirnya Allah membinasakan mereka, selanjutnya Nabi ‘Isa Alaihissallam berkata:

فَفِيْمَا عَهِدَ إِلَيَّ رَبِّـيْ أَنَّ ذَلِكَ إِذَا كَانَ كَذَلِكَ؛ فَإِنَّ السَّاعَةَ كَالْحَامِلِ الْمُتِمِّ الَّتِـيْ لاَ يَدْرِيْ أَهْلُهَا مَتَـى تَفْجَؤُهُمْ بِوَلاَدِهَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا.

“Maka di antara yang diwahyukan oleh Rabb-ku kepadaku, bahwa hal itu (Kiamat) terjadi jika demikian. Maka sesungguhnya Kiamat itu bagaikan wanita hamil yang telah sempurna (kehamilannya) sementara keluarganya tidak mengetahui kapan mereka dikagetkan oleh kelahirannya, malam harikah atau siang hari?" (Musnad Imam Ahmad dari hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu (V/189-190, no. 3556))

Meski diantara para ulama ada perbedaan dalam pengurutan yang terlebih dahulu terjadi dari tanda kiamat. Akan tetapi tugas kita saat ini adalah meyakini bahwa kemenangan umat Islam, dan akan dipimpinnya umat Islam oleh 1 orang pemimpin adalah sebuah keniscayaan.

Untuk menyiapkan generasi tangguh yang siap menjadi pengikut kebenaran membutuhkan proses dan keistiqomahan yang luar biasa. Surga itu mahal, jadi tidak akan pernah diisi oleh generasi pemalas.

 Pertama, adalah dengan ilmu pengetahuan, dan sumber dari ilmu pengetahuan adalah membaca. Juga hadiri majlis-majlis dzikir/majlis ilmu. Makanya mengapa wahyu yang pertama turun ke Nabi Muhammad SAW adalah tentang perintah membaca atau Iqra’. “Bacalah atas nama Tuhanmu (Allah SWT) Yang menciptakan.” (QS. Al-Alaq:1)

Kedua, senantiasa memurnikan tauhid, memastikan syahadatnya benar dan lisan perilaku selalu menjauhkan dari kesyirikan.

Ketiga, Memiliki semangat mengkaji Islam, karena dorongan keimanan dan perasaan sebagai hamba.

Keempat, selalu menjadi gambaran Ialam yang berjalan, menunjukkan ketaatan dan selalu mengendalikan diri dalam suasana ketaatan.

Kelima, Memiliki kepekaan tinggi terhadap agama, saudaranya dan berbagai peristiwa disekitarnya sehingga mampu menghukuminua dengan Islam dan mengaplikasikan sikapnya dengan tegas.

Keenam, senantiasa menegakkan amar ma'ruf nahiy munkar dimanapun dan kapanpun karena tegaknya Islam karena adanya amar ma'ruf nahiy munkar.

Ketujuh, mengemban visi kejayaan Islam. Tidak menjadi muslim individualis, hanya menyelamatkan disi sendiri tapi mampu memiliki kualitas selevel shahabat nabi.

Kedelapan, selektif dalam berkawan dan mampu menjadi ikon perubahan dimanapun dan kapanpun. Lisannya selalu bicara kebaikan, selalu mengajak bersama ke surga dan mampu menentramkan hati jiwa-jiwa yang rapuh karena lisannya basah oleh dzikir dan perilakunya jauh dari maksiat.

Kesembilan, selalu memiliki rasa takut dan menangisi rasa takutnya kepada RabbNya. Roja dan wara' ditempatkan sesuai maqomnya.


Semoga poin singkat diatas mampu memberikan gambaran sikap untuk mencetak generasi tangguh di zaman ini. Fastabiqul khairat, kejarlah surga meski jika kau tak mampu berlari, lalu engkau berjalan merangkak.

Jumat, 25 Oktober 2019

WAJAH KAPITALIS ITU BENGIS TIDAK MANIS, PENJAHAT BUKAN PELAWAK

Oleh: Deu Ghoida

Seakan menjadi lelucon, pengumuman kabinet Indonesia Maju banyak menuai perbincangan di tengah masyarakat. Bahkan tak sedikit yang menjadikannya lelucon politik. Semua sebenarnya terjadi karena masyarakat malas berhubungan dengan hukum yang diterapkan oleh penguasa akibat kritikan untuk penguasa. Jeratan pasal dan sikap represif aparat menyebabkan rakyat lebih menyukai menggunakan bahasa satire atau lelucon.

Pengangkatan kabinet Indonesia Maju tidak bisa dikatakan sebagai sebuah lelucon. Karena beberapa pihak yang terpilih menunjukkan adanya fakta yang sudah lama terjadi di lapangan. Banyak sarjana menjadi sopir ojek online, guru bekerja tidak berdasarkan bidangnya, bahkan pejabat dan presiden pun boleh diangkat dari lulusan SMA.

Memilih penguasa di dalam sistem kapitalisme hanya menciptakan lingkaran oligarki.  Pihak yang memiliki kepentingan tersendiri berkumpul dan berkuasa untuk mengatur kepentingan mayoritas rakyat. Akhirnya bukan pengeloaan urusan rakyat yang terjadi dengan pengaturan sebaik-baiknya tapi justru penjajahan , penjarahan , hingga pemanfaatan terhadap masyarakat.

Tak heran jika wajah kapitalisme yang sadis makin nampak dengan beragam kebijakan yang terus menyiksa rakyat. Mulai dari pengaturan pendidikan, kesehatan, hingga kebutuhan makan keseharian dan keamanan  semua ditanggung sendiri oleh masyarakat. Negara hanya menarik pajak, iuran dan memberikan tekanan tekanan kepada rakyat untuk mengikuti semua kebijakan yang mereka buat.

Wajah bengis kaum kapitalis ditutupi dengan beragam pendekatan Humanis. Mengatasnamakan budaya, mereka merusak tatanan norma agama di tengah masyarakat . Atas nama kearifan lokal, mereka menghidupkan kemusyrikan dan mengkriminalkan para pendakwah Islam. Mengatasnamakan cinta tanah air dan negara, mereka menutupi kejahatan persekongkolan mereka dengan kaum penjajah imperialis yang mengeruk kekayaan negeri ini.

Rakyat mudah tertipu dengan kesan manis kaum kapitalis ini ketika mereka menampakan kesan memperhatikannya mereka terhadap kepentingan rakyat. Rakyat disuap dengan pembangunan jalan, betonisasi, bahkan pembangunan infrastruktur, seakan semua dilakukan untuk kemajuan masyarakat. Meski pada akhirnya kaum kapital lah yang menjadi alasan pembangunan itu dilakukan.

Rakyat seakan dibuat puas, pada pengelolaan beragam kartu dan pembangunan fadilitas pendidikan dan kesehatan. Padahal ujungnya semua dikomersilkan. Wajah kapitalis hanya nampak manis untuk menutupi sikap bengis dan sadisnya mereka dalam menjarah negeri ini. Tak ada yang manis dari wajah imperialis.

Padahal dalam Islam, tugas utama pemimpin adalah menegakkan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah SWT. Baik dalam lingkup pribadi, lebih-lebih bernegara. Hal ini sebagaimana firman Allah swt:

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(Qs. Al-Hajj: 41) 

Lalu penguasa kapitalis peduli apa dengan hukum Allah? Mereka justru memusuhinya.
Peduli apa mereka pada terjaganya aqidah rakyat? Kaum murtadin justru marak di negeri ini. Peduli apa mereka pada amar ma'ruf nahiy munkar? Mereka justru menjadikan pendakwah amar ma'ruf nahiy munkar sebagai musuh bersama yang dialienasi di masyarakat.

Itulah mereka, kaum kapitalis imperialis berwajah palsu dibalik nasionalis. Bersandiwara mengurus urusan rakyat padahal sejatinya mereka hanya mencari kedudukan dan keuntungan. Tak peduli hukum Allah, maksiat saja berani dilegalkan demi keuntungan duniawi. Tak sadar bahwa setiap langkah mereka sebenarnya akan dimintai pertanggungjawaban. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه

“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun alaihi)

Ingatlah wahai kaum kapitalis bengis, semua perbuatan, sikap dan ketetapan yang kalian buat akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Tak ada yang bebas nilai disisi Allah. Hukum manusia kalian tegakkan, hukum Allah diabaikan bahkan dimusuhi. Ingatlah, sesungguhnya siksa akhirat itu amat pedih.




Minggu, 20 Oktober 2019

MEWASPADAI HIBURAN YANG MENYESATKAN

By. Dewi Ummu Syahidah

Adalah tabiat manusia, selalu merasa kurang. Begitu pula dalam memandang hiburan. Segala macam hiburan saat ini ada. Mulai usik, tarian, tontonan, bahkan beragam makanan pun saat ini dimana-mana mudah ditemui. Bahkan orientasi pariwisata pun kini makin digencarkan dengan alasan menjadi sumber pamasukan daerah bahkan hingga level negara.

Sisi lain ingin meraup keuntungan karena bertambahnya wisatawan, digelarlah beragam macam kegiatan untuk makin menarik minat pengunjung. Tak.sedikit menjadikan alasan menghidupkan budaya lokal untuk daya tarik. Bahkan tak sedikit dipenuhi kemusyrikan dan bumbu-bumbu maksiat. Semua menjadi legal atas nama budaya dan pariwisata hiburan. Dimana-mana pun selalu ada panggung-panggung hiburan yang kebanyakan mengundang syahwat dan bebas tanpa ada pemisahan laki-laki dan perempuan. Lagi-lagi semua dianggap halal tanpa melihat maksiat ada didalamnya.

Dunia Hanya Senda Gurau

Setiap manusia tabiatnya gemar berbuat kebaikan. Meski tak sedikit pula manusia mengedepankan kebahagiaan. Meski kebahagiaan itu hanya bersifat sementara kebanyakan manusia rela mengejarnya hingga terpenuhi pemuasan kebahagiaannya.

Jika kita mau merenungi dunia dan waktu kita di dunia ini, kita pasti akan sadar dan yakin bahwa dunia dan segala isinya ini hanya bersifat sementara, tidak kekal. Segala bentuk kebahagiaan dan kesedihan di dunia juga bersifat sementara. Berbanding terbalik dengan kebahagiaan atau kesedihan di akhirat yang semua bersifat abadi. Maka sangatlah merugi, orang yang hanya mengejar materi dan kesenangan semu di dunia, karena tidak lama lagi itu semua akan berakhir dengan kematian.

Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? [al-An’âm/6: 32]

Imam al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua perbuatan yang dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti main-main dan senda gurau, yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap (kekal). 

Beragam hiburan yang hari masih diminati dan diburu manusia sebenarnya hanyalah sesuatu yang tiada manfaatnya di akhirat. Sehingga semestinya manusia menyadari tak ada yang kekal di dunia. Termasuk kebahagiaan dan kesedihanpun tak ada yang kekal. Semua akan ada akhirnya. Tapi ketaatan manusia akan melahirkan amal sholih dan pahala yang akan tetap tercatat hingga akhirat kelak.

Seharusnya manusia berhati-hati menjadikan orientasi kehidupan dunianya. Amatlah merugi jika selama hidupnya menganggap dunia sebagai tujuan hidup, kesenangannya akan hiburan dunia menjadi obat kedukaan atau sumber bahagianya.

Bahkan untuk masalah anak hingga harta saja, Allâh Azza wa Jalla telah mengingatkan kaum Mukminin agar jangan sampai urusan itu membuatnya lupa beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [ al-Munâfiqûn/63: 9]

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hambaNya yang beriman untuk banyak mengingatNya dan melarang mereka sibuk dengan harta serta anak-anak sampai lupa dzikir. Allâh juga memberitakan kepada mereka bahwa barangsiapa terlalaikan oleh kesenangan kehidupan dunia dan segala perhiasannya dari tujuan utama penciptaannya yaitu mentaati Rabbnya dan selalu mengingatNya, maka dia termasuk orang-orang yang merugi. Yang merugikan diri mereka sendiri beserta keluarga mereka pada hari kiamat.” 

Dengan kehidupan hari ini dimana sistem hidup liberal telah menjadi pilihan sistemik kehidupan, menjadikan manusia bahkan seorang muslim tak sedikit yang hidup hanya sekedar berorientasi pada dunia: harta, kedudukan duniawi, jabatan, posisi, hingga hiburan dunia seakan menjadi perkara wajib setiap waktunya bahkan setiap ujian dan kejenuhan hidup mendera. Seakan, ayat-ayat Allah tak pernah mampu melunakkan kerasnya hati akan keinginan duniawi yang tanpa henti. Seakan peringatan-peringatan Allah pun tak mampu membuatnya menangis dan berhenti melakukan  kesia-siaan di muka bumi. Hidup hanya berorientasi dunia. Sungguh sangat merugi.

Padahal Allâh Azza wa Jalla memberitakan penyesalan orang-orang kafir dengan firmanNya:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka orang-orang yang zalim berkata : “Ya Rabb kami, berikanlah tangguh kepada kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasûl-rasûl”. (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa kamu sama sekali tidak akan binasa ? [Ibrâhîm/14: 44]

Juga dalam firmanNya:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila kematian mendatangi salah seorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat melakukan amal saleh pada segala yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. [al-Mukminûn/23: 99-100]

Maka saudaraku, jangan pernah menyia-nyiakan waktu kehidupan di dunia yang hanya sebentar ini dengan sekedar mencari kebahagiaan dunia. Senda gurau kita di dunia bisa jadi hanya menjadikan kita manusia merugi karena melakukan kemubahan yang tak menjadikan àmal sholih sebagai orientasinya.

Apalagi alam meraih kesia-siaan tadi disertai dengan kemusyrikan, menghalalkan keharaman hingga bermaksiat terang-terangan kepada Allah. Yakin, bisa selamat kelak dari siksa Allah dan yakin bisa selamat kelak di hari pembalasan?

Wallahu a'lam

Sabtu, 19 Oktober 2019

MEMBANGUN BENTENG KUAT KELUARGA MUSLIM

By. Dewi Ummu Syahidah


Tantangan keluarga muslim kian hari kian bertambah semakin berat. Beragam problematika keluarga mendominasi problem di tengah masyarakat. Padahal keluarga sebenarnya merupakan benteng terakhir penjagaan dan penyelamatan terhadap anggota keluarga. Karena keluarga merupakan tempat curahan cinta dan kasih sayang serta pendidikan bagi setiap anggotanya. Keluarga pun merupakan tempat dimana anggota keluarga menjaga setiap.kebaikan dan membentengi setiap anggotanya dari beragam bentuk kerusakan. Tapi apalah daya realita kehidupan secara sistemik hari ini telah menjadikan benteng keluarga pun mudah sekali runtuh dan rusak.

Padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan kepada seorang muslim untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari api neraka akan tetapi hari ini kehidupan dunia seperti neraka seperti dirasakan secara nyata.
Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."(QS. At Tahtim ayat 6)


Problem keluarga hari ini dimulai dari beban hidup yang semakin berat dari biaya pendidikan, kesehatan, ekonomi dan beragam macam kebutuhan dasar hidup manusia. Semua harus ditanggung sendiri oleh individu keluarga. Belum juga problem sosial yang muncul akibat adanya interaksi di antara sesama manusia. Rusaknya tatanan kehidupan di tengah masyarakat akibat negatif dari legalisasi keharaman, dari miras, pergaulan dan seks bebas, narkoba, perjudian,  dan beragam macam pengaturan hidup sosial yang justru mengadopsi kepada Barat selalu melahirkan beragam macam kerusakan.

Sebutlah angka hamil diluar nikah, aborsi dan pelaku seks bebas tiap tahun selalu berkembang. Dari sebuah riset menunjukkan remaja Indonesia 33 persen melakukan seks pra nikah. Dan angka ini terus mengalami peningkatan tiap tahun. (https://www.liputan6.com/health/read/4016841/riset-33-persen-remaja-indonesia-lakukan-hubungan-seks-penetrasi-sebelum-nikah#). Bahkan Cilacap pernah ada data 97 persen dari 400 pasangan calon pengantin pernah melakukan hubungan seks pra nikah. (https://www.gatra.com/detail/news/440426/health/seks-pranikah-lagi--marak-di-cilacap ) . Na'udzubillah.

 Beragam upaya preventif dan kuratif seakan tidak mampu untuk membendung dan menghentikan laju kerusakan pergaulan bebas. Belum lagi masalah kriminalitas dengan beragam macam bentuk kreativitas diluar akal sehat yang akhirnya semakin menambah ketakutan dan beban berat di dalam kehidupan masyarakat.

Liberalisme Akar Masalah Negeri Ini

Seperti yang kita tahu beragam macam permasalahan dalam lingkup keluarga hari ini ini berawal dari cara berpikir liberal yang semakin hari semakin parah diadopsi oleh kehidupan masyarakat kita dan juga dalam kehidupan bernegara adanya kebebasan atas nama hak asasi manusia. Bahkan hak dasar manusia seakan telah menjadikan manusia layak terbebas dari aturan sang pencipta. 

Sehingga Jika kita ingin memperbaiki kondisi keluarga saat  haruslah dilakukan upaya serius dan tersistematis. Dengan membentuk benteng pertahanan yang kokoh ada banyak hal yang harus dikondisikan :
1. Setiap muslim wajib beriman secara benar dan memahami konsekuensi dari memeluk Aqidah Islam adalah wajib taat dan menjadikan Allah sebagai pengatur kehidupan jadi tidak hanya sekedar mengamalkan ibadah ritual semata dan Syahadat saja akan tetapi juga wajib menjadikan dirinya terikat kepada seluruh hukum Allah secara Kaffah.

2. Membangun benteng yang kokoh dalam keluarga juga harus didasari kepada pemahaman syariat yang benar dan menyeluruh membentuk keluarga untuk terbiasa tholabul Ilmi dan menjadikannya kewajiban untuk terus mengupgrade pemahamannya terhadap Syariat Allah.

3. Bersegera untuk memohon ampunan kepada Allah dan bersegera untuk terikat kepada Allah ketika mengetahui hukum syariatnya dalam Islam "Sami'na wa atho'na" tanpa mempertimbangkan banyak hal karena baginya ketaatan itu mutlak dengan posisi  kita sebagai seorang hamba.

4. Memahami peran dirinya di masyarakat yaitu memiliki andil dalam memperbaiki kerusakan di tengah masyarakat. Karena imbas dari kerusakan masyarakat yang didiamkan akan merambah dan merusak tatanan keluarga yang kita bangun. Sehingga setiap anggota keluarga harus berusaha maksimal melakukan Amar ma'ruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Serta berkomitmen tinggi untuk ikut memperbaiki kerusakan di tengah masyarakat.

5. Berkomitmen tinggi dengan terus mengkaji Islam secara benar dan mengikuti perkembangan problem keumatan. Lalu mengetahui solusinya dalam Islam sehingga ketika dihadapkan dengan beragam macam problematika, dia memiliki sikap yang yang utuh solusinya menurut agama dan tidak keluar dari kerangka pemahaman aqidahnya.

6.  Harus senantiasa dibangun semangat ta'awun atau tolong menolong di antara sesama saudara Muslim. Sehingga merealisasikan hadis rasulullah bahwa kaum muslimin itu adalah satu tubuh. Sehingga dalam konsep mendidik generasi pun akan selalu terbangun ghiroh atau semangat untuk senantiasa membela hak-hak saudaranya sesama muslim.

7. Mengetahui hadharah dan madaniyah untuk bisa memilah mana yang sekiranya baik untuk pengembangan pemikiran dan sikap anggota keluarganya di mana hadharah merupakan sekumpulan pemahaman mengenai kehidupan dan madaniah merupakan benda yang biasa dijadikan sarana kehidupan. sehingga tidak muncul keraguan ketika mendalami agama akan berhadapan dengan realita kekinian yang cepat berubah.

8. Masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan andil di dalam upaya perjuangan perbaikan di tengah umat. Dengan cara orang tua memberikan arahan kepada anak dan anggota keluarga lainnya tentang sikap apa yang harus diambil dan cara apa yang harus ditempuh untuk memaksimalkan Amar ma'ruf nahi mungkar. Dengan cara membaca potensi dan kelebihan masing-masing.

9. Orientasi keluarga harus dibentuk untuk membangun Hakikat kehidupan yaitu terselamatkan anggota keluarga dari siksa api neraka. Sehingga masing-masing akan saling tolong menolong untuk menegakkan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran karena ada perasaan yang sama untuk menjadi Ahli Surga. Bukan justru terpengaruh dengan orientasi kapitalisme yang hanya sekedar memburu kesenangan di dunia saja. Artinya orang tua pun harus mengajarkan sikap zuhud terhadap dunia dan waro' terhadap akhirat.

10. Semua anggota keluarga memiliki cita-cita dan doa yang sama ketika bermunajat sehingga goal dari perjuangan di dunia membentuk keluarga sakinah juga  untuk meraih satu tujuan yang sama di tengah masyarakat.

11. Memahami peran negara sangat penting dalam menegakkan hukum untuk masyarakat. Sehingga keluarga muslim pun harus mengambil peran dalam upaya melakukan perbaikan negaranya dengan meminta penguasa menerapkan hukum Islam secara kaffah.

Demikianlah beberapa bangunan untuk menjaga keluarga dari kerusakan. Perlu kerja sama semua pihak, dari indibidu yang baik, masyarakat yang bertaqwa dan pengurus urusan rakyat yang berkomitmen menerapkan aturan Islam secara menyeluruh sehingga mampu terjaga kualitas generasi dan keluarga muslim.


Wallahu a'lam

Sabtu, 12 Oktober 2019

DARURAT SIPIL, SENJATA MELEGALKAN REPRESIFITAS

By Deu Ghoida

Pernyataan AM.Hendropriyono terkait penetapan Indonesia layak ditetapkan sebagai darurat sipil, karena terkait serangkaian demo dan juga upaya penusukan gagal terhadap Wiranto perlu dicermati. Darurat ini bagi siapa? Kenapa terkesan pemerintah sangat egois sekali terhadap diri mereka tapi jauh dari rasa peka terhadap kondisi rakyatnya?

Menuju pelantikan presiden  seakan negara ada yang menciptakan kondisi chaos, tiba-tiba opini publik menjurus pada pihak umat Islam yang kritis. Diciptakan aktor jahat jadi-jadian untuk bisa ditarik benang merah dengan radikalisme versi mereka. Tak cukup dengan menuding radikal, ekstrimis, bahkan opini sengaja digulirkan seakan-akan ada kekuatan besar akan menggulingkan kekuasaan, mengganti dasar negara dan lain-lain. Rakyat bisa apa to sebenarnya?

Perangkat lengkap justru hanya dimiliki penguasa. Militer, persenjataan, pasukan, media bahkan kaum kapital pun selalu setia pada barisan penguasa karena kepentingan mereka di negeri ini. Rakyat punya apa to, sampai diciptakan momok ketakutan luar biasa, difitnah, diadu domba, ga level sekali sebenarnya perjuangan kalian!

Status darurat sipil juga sebenarnya dinilai hanya merupakan status yang sengaja diciptakan, agar negara memiliki legalitas memainkan perangkat militer atau perangkat alat lainnya untuk memberangus pihak yang dinilai "over kritis" dan rajin membongkar konspirasi kejahatan di negeri ini.

Mengingat beragam kondisi darurat negeri ini sering luput dari penetapan kondisi darurat di negeri ini. Karhutla, Wamena, kematian ratusan petugas pemilu, kemiskinan, efek domino BPJS, hingga kekeringan dan beragam masalah lainnya seolah dicuekin oleh penguasa. Lambat menanggapi, cukup diselesaikan secara lokal, padahal nyawa rakyat taruhannya. Lalu darurat sipil ini untuk kepentingan siapa?

Padahal dalam UU No.23/Prp 1959 tentang Keadaan Bahaya, Keadaan bahaya ada empat tingkat, yaitu tertib sipil, darurat sipil, darurat militer dan darurat perang.Pasal 1 UU itu menyatakan, Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata menyatakan seluruh atau sebagian dari wilayah Negara Republik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau keadaan perang, apabila: 1. Keamanan atau ketertiban hukum di seluruh wilayah atau sebagian wilayah Negara Republik Indonesia terancam pemberontakan, kerusuhan-kerusuhan atau akibat bencana alam, sehingga dikuatirkan tidak dapat diatasi oleh alat-alat perlengkapan secara biasa. 2. Timbul perang atau bahaya perang atau dikuatirkan perkosaan wilayah Negara Republik Indonesia dengan cara apapun juga. 3. Hidup negara berada didalam keadaan bahaya atau dari keadaan-keadaan khusus ternyata ada atau dikhawatirkan ada gejala-gejala yang dapat membahayakan hidup negara.Pasal 4 menjelaskan, daerah-daerah penguasaan darurat sipil dilakukan oleh kepala daerah serendah-rendahnya dari daerah Tingkat II selaku Penguasa Darurat Sipil Daerah yang daerah hukumnya ditetapkan oleh Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang.

Penguasa Darurat Sipil dimaksud dibantu oleh suatu badan yang terdiri dari: bahwa gubernur otomatis menjadi penguasa darurat sipil daerah (PDSD). Penguasa Darurat Sipil Daerah dibantu oleh suatu badan yang terdiri dari:
1. seorang Komandan militer tertinggi dari daerah yang bersangkutan;
2. seorang kepala polisi dari daerah yang bersangkutan;
3. seorang pengawas/kepala kejaksaan dari daerah bersangkutan.

Pasal lainnya mengatur hak PDSD, yaitu:
1. mengeluarkan peraturan-peraturan polisi;
2. meminta keterangan-keterangan dari pegawai negeri;
3. mengadakan peraturan-peraturan tentang pembatasan pertunjukan-pertunjukan apapun juga serta semua percetakan, penerbitan dan pengumuman apapun juga;
4. menggeledah tiap-tiap tempat;
5. memeriksa dan mensita barang-barang yang disangka dipakai atau dipakai untuk merusak keamanan;
6. mengambil atau memakai barang-barang dinas umum;
7. mengetahui percakapan melalui radio, membatasi pemakaian kode-kode dan sebagainya;
8. membatasi rapat-rapat umum dan sebagainya dan membatasi atau melarang memasuki dan memakai gedung;
9. membatasi orang berada di luar rumah;
10. memeriksa badan dan pakaian;
11. memerintah dan mengatur badan-badan kepolisian, pemadam kebakaran dan badan-badan keamanan lainnya.

Lalu apakah penetapan darurat sipil akan ditetapkan sebagai bentuk legalitas atas tindakan represif penguasa, yang sebenarnya sebelum penetapan kondisi tersebutpun negara sudah sangat represif dan sering melakukan tindakan unprosedural? Apakah kurang otoriter lagi selama ini kekuasaan yang sudah dijalani? Kurang sabar apa lagi rakyat melihat kelakuan penguasanya yang kekanakan?

Menetapkan kondisi darurat sipil, di tengah ketidakpekaan penguasa justru makin menunjukkan ketidakberpihakan rakyat kepada penguasa. Rezim seakan bebas berlindung dibawah aturan yang mereka buat sendiri. Sementara bagi mereka mengorbankan rakyat adalah hal biasa dan wajar. Miris, jika penguasa tak berpihak pada rakyat justru malah mengorbankan rakyatnya demi kelanggengan kekuasaannya.

Negeri ini sebenarnya jauh lebih darurat jika dipandang dari sudut pandang Islam. Negeri ini darurat dari semua sisi. Darurat maksiat, zina, riba, kepemimpinan dll. Semua terjadi karena kesombongan manusia di negeri ini, negeri mayoritas muslim tapi enggan berIslam kaffah. Dengan alasan klise bahkan dengan congkak dan kuwalat mengkriminalkan ajaran Islam, merendahkan hukum Allah dan terus melanggengkan maksiat. Seakan mereka hebat tak takut adzab, mereka terus menerus menekan rakyat dan para ulama yang menebarkan dakwah kembali kepada Islam kaffah.

Wahai Penguasa Dzalim, kalian menantang Allah untuk minta didatangkan adzab kah?

Senin, 07 Oktober 2019

SALAHKAN DEMOKRASI, BIANG MASALAH DI NEGERI INI

By Deu Ghoida

Sejarah telah membuktikan bahwa negara penganut demokrasi tidak ada yang pernah berhasil meraih tujuannya, yaitu terbentuknya masyarakat yang sejahtera, berkeadilan dan tercapai tujuan dari terbentuknya suatu negara serta terjaminnya penyebaran ideologi.

Negara penganut demokrasi, justru merasakan beragam macam problem dan konflik hingga akibatnya berujung pada otoritarianisme kekuasaan. Pada awalnya kedaulatan adalah milik rakyat. Tapi kemudian berujung kepada kedaulatan pemilik uang. Mengingat penyelenggaraan demokrasi selalu membutuhkan modal besar. Demokrasi akhirnya dikuasai bandit berdasi yang ingun memperkaya diri sendiri.

Mulai dari bagaimana proses pencalonan, karena calon penguasa dalam sistem demokrasi bukan merupakan tokoh real di tengah umat tapi lebih kepada tokoh-tokoh yang memiliki dukungan dan basis materi atau modal untuk bisa membangun eksistensinya di tengah masyarakat, akhirnya memperkuat dukungannya dengan money politics.

Ditambah lagi dengan adanya basis 4 kebebasan yang melatarbelakangi demokrasi. Mulai dari kebebasan berpendapat, beragama, berperilaku dan berekonomi, menjadikan demokrasi sarat akan kepentingan pihak-pihak  yang hanya ingin menguntungkan dirinya sendiri. Korupsi, kolusi dan nepotisme sangat dekat dengan praktik berpolitik mereka.

Akhirnya segala macam cara pun dilakukan hanya demi meraih kedudukan dan jabatan. Serta berujung pada makin menguatnya eksistensi para pemilik modal untuk mempengaruhi kebijakan. Dan finalnya menjadi negara otoriter karena dominasi kaum kapitalis. Rakyat hanya jadi korban keganasan dan kerakusan kaum kapital.

Begitupun di Indonesia, para aktor politik demokrasi sebenarnya nampak jelas sutradara dan lakonnya. Meskipun para pengamat politik menyebutkan adanya pengaruh Jenderal merah dalam ragam peristiwa politik akhir-akhir ini, tapi kekuatan kapital tidak hanya pada satu atau dua kelompok saja. Hegemoni kapitalisme dalam negeri akhirnya beradu dan ada yang berkoalisi dengan kapitalis luar negeri yang mereka jauh memiliki strategi dan manuver politik. Negeri inu menjadi papan catur permainan kaum kapitalis.

Pada akhirnya rakyat lah yang akan tetap menjadi korban. Rakyatlah yang akan tetap ditekan dan dibebani beragam macam kebijakan yang jauh dari unsur memenuhi kemaslahatan rakyat. Mindset seharusnya rakyat dikelola urusannya dengan sebaik-baiknya, yang ada hari ini justru rakyat dijadikan sebagai potensi mendulang keuntungan.

Hal ini nampak dari beragam kebijakan yang jauh dari pro rakyat mulai dari BPJS yang akan dinaikkan hingga 100%. Dengan beragam ancaman yang dikeluarkan oleh pejabat negeri ini seolah mereka pun tidak memiliki empati terhadap masyarakat akan beban berat yang ditanggung oleh masyarakat akibat BPJS. Dalam masalah pendidikan yang di swastanisasi, masalah sosial yang liberal terjadi akibat penerapan sistem politik yang opportunis  yang menyebabkan beragam macam problem masyarakat,kriminalitas dan beragam masalah lain yang semua seakan sulit untuk diselesaikan.

Yang diherankan adalah sikap dari para pemikir dan politisi di negeri ini, atas beragam macam kekacauan politik yang terjadi. Dan problem akut mereka tidak pernah menunjuk kepada demokrasi sebagai biang masalah terjadinya problem kerusakan di negeri ini. Mereka hanya menyalahkan personal pemimpin dengan melupakan sistem yang menjadikan personal tersebut menjadi penjahat bagi rakyat. Demokrasi masih tak tersentuh kejahatannya.

Mereka lupa bahwa untuk menciptakan suatu kondisi politik yang baik di suatu negara tidak hanya butuh orang atau pemimpin yang baik saja. Tapi juga dibutuhkan sistem yang baik pula. Sistem ini lahir dari sebuah aqidah yang benar. Pada akhirnya aturan yang ditegakkan di dasar aqidah inilah yang akan dijadikan sebagai pengatur masyarakat meraih kemaslahatan mereka bukan justru mengorbankan masyarakat.

Realita demokrasi di dunia tak ada satu negara pun yang bisa dijadikan contoh penerap demokrasi yang mampu menyejahterakan bahkan kapitalisme ala Amerika baru beberapa tahun saja sudah mendulang kerusakan yang luar biasa. Problem akut yang kemudian banyak ditutup hanya dengan sekedar solusi parsial. Mereka, kaum kapital lah yang mendulang keuntungan berlipat.

Justru peradaban Islam sejak ditegakkan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam lalu Diteruskan dengan Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelah nya telah mampu membuktikan kekuatan tegaknya syariat Allah dimuka bumi. Berlangsung hingga hampir 1400 tahun lamanya dan mampu tersebar ke 2/3 dunia. Dengan menyisakan sejarah yang masih kental dalam benak kaum muslimin.

Dunia tidak hanya berhutang kepada Islam tapi dunia harus kembali melihat kepada Islam bagaimana imolementasi penerapan syariat Islam dalam kehidupan negara. Menyejahterakan masyarakat tidak hanya untuk umat Islam saja tapi seluruh manusia. Bahkan keberkahan pun dirasakan oleh makhluk hidup lain selain manusia dimuka bumi. Karena berkah penerapan syariah dalam institusi khilafah menjadi sebuah hasil yang bisa diraih dari hukum yang datang dari Allah untuk kehidupan manusia.

Sehingga ketika saat ini umat di dunia menghendaki adanya keberkahan dan kemuliaan di dunia, seharusnya umat Islam hanya memperjuangkan Syariah saja. Bukan berjuang dalam demokrasi apalagi sudah nyata nyata didepan mata, bahwa demokrasi ini adalah biang dari kerusakan yang terjadi di tengah masyarakat. Akan tetapi karena banyaknya pelanggaran syariah yang terjadi hari ini, telah menjadikan manusia seakan menutup mata, untuk tidak mengevaluasi kesalahan penerapan demokrasi di tengah kehidupan manusia. Dan belum muncul keinginan menggantinya dengan Islam karena beragam opini buruk mencintrakan islam terus terjadi. Masyarakat saat ini justru cenderung akan membiarkan dan acuh terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh demokrasi. Mereka berjuang masih secara parsial, sekedar semangat, tanpa adanya strategi dan berkeinginan mengembalikannya kepada hukum Allah.  Padahal Allah sajalah sebenarnya yang paling berhak membuat hukum atau aturan untuk manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 40 :

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ


Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Tidak ada hukum kecuali hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Kalimat ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ yang berarti Tidak ada hukum kecuali hanyalah kepunyaan Allah. Menandakan bahwa hanya Allah yang berhak membuat hukum untuk mengatur manusia, bukan manusia yang membuat hukum untuk mengatur hidupnya sendiri.

Lalu sampai kapan Demokrasi selalu selamat dari tuduhan penyebab kekacauan di muka bumi?

Sabtu, 05 Oktober 2019

Para Pendengung yang Bingung Mencari Untung

By. Deu Ghoida

Statement Moeldoko beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa para Buzzer Sudah saatnya dibubarkan menunjukkan beberapa fakta.

Adanya sebuah pembenaran bahwa kerja rezim beberapa waktu lalu sangat dipengaruhi oleh kerja buzzer yang memainkan opini.  Selain menunjukkan bahwa analisa dan argumentasi dari pihak oposisi menunjukkan adanya sebuah kebenaran meski pada saat itu dibantah oleh pihak rezim.

Fakta lainnya, kerja tim bayangan yang tugasnya menjaga berjalannya kebijakan pemerintah seakan-akan mendapatkan dukungan dari masyarakat dengan buta mata. Hal ini nampak dari komentar para buzzer di media sosial tanpa melihat fakta yang dihadapi masyarakat. Mereka mendukung setiap kebijakan pemerintah seakan mereka sendiri tidak merasakan dampak kebijakan zhalim tersebut.

Sisi lain menunjukkan pemerintah yang berkuasa sejatinya memegang seluruh komponen penting di negeri ini, tapi karena lemahnya kepercayaan dari rakyat kepada rezim menjadikan mereka lemah dan membutuhkan adanya kerja dari tim buzzer ini. Kekuasaan yang rawan karena mibim dukungan rakyat.

Kerja tim buzzer yang sering kalap dan gelap mata semakin hari semakin dirasakan menimbulkan kekacauan di negeri ini. Adanya persekusi terhadap para ulama, beragam macam fitnah yang ditujukan kepada para ustadz dan juga beragam opini menyerang ajaran Islam, merupakan kerja kasar dari tim buzzer . Karena bagaimanapun kerja bayaran mereka tidak semuanya disertai dengan kerja otak.

Pada akhirnya keinginan untuk mendapatkan kekuasaan dan menguatkan hegemoni mereka justru menimbulkan problem kompleks di negeri ini. Politik adu domba , money politik, politik suap hingga strategi intelijen menjadi sebuah fenomena yang dekat untuk menciptakan situasi politik di negeri ini.

Bukan fokus bagaimana mengelola masalah masyarakat, mensejahterakan rakyat sehingga mengurangi maksiat, negara justru seakan hanya makin menambah beban berat masyarakat. Terbukti dari beragam masalah di negeri ini, pemerintah melakukan tindakan yang kontra produktif dengan tugas yang seharusnya mereka lakukan. Sebagai contoh di tengah perihatinnya masalah kebakaran hutan presiden justru menunjukkan kebahagiannya ngevlog bersama cucunya . Di tengah duka Wamena dan adanya korban dari kalangan aksi mahasiswa dan STM, negara justru mengambil sikap akan mengadakan konser.  Dimana letak prihatinnya seorang pemimpin terhadap urusan rakyatnya?

Masalah tidak hanya akan sampai disitu saja. Kerja para Buzzer yang awalnya hanya mengandalkan menyebarkan opini, hingga hoax dan fitnah untuk mendulang keuntungan pribadi, dengan adanya statement Moeldoko menunjukkan akan semakin berat problem yang dihadapi negeri ini. Karena para buzzer pun akan menghalalkan banyak cara untuk bisa mendapatkan keuntungan kembali. Tidak sedikit dari mereka akhirnya justru akan menjadi tim Buzzer dari lawan pemerintah sendiri untuk melakukan serangan pukulan. Mengingat, bagaimanapun mereka hanya pasukan kelaparan yang mencari uang, bukan untuk kebaikan tapi untuk sekedar menimbulkan kerusakan di muka bumi Apakah anda siap menerima kenyataan ini, Tuan Besar ?

Dalam sudut pandang Islam, fenomena adanya buzzer sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari adanya konsep dakwah.  Upaya dakwah dan penyebaran opini di tengah masyarakat sejak zaman Rasulullah dalam mendakwahkan Islam, membangun opini Islam di tengah kehidupan masyarakat, akan sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap Islam. Akan tetapi tetap ada beberapa hal yang harus bisa diperhatikan ketika mendakwahkan dengan membangun opini di tengah masyarakat. 

Pertama, membangun opini tidak boleh didasarkan kepada kebohongan atau fitnah. Kedua, membangun kekuatan opini didasarkan atas Aqidah Islam yaitu karena dorongan dakwah islam bukan karena dorongan materi atau keuntungan duniawi. Ketiga, Islam memandang bahwa dakwah itu merupakan kewajiban personal setiap muslim sehingga dorongan seseorang menyebarkan dakwah dan membangun opini Islam di tengah masyarakat adalah dorongan keimanan tidak hanya sekedar dorongan untuk mendapatkan posisi atau kedudukan.

Keempat, dalam membangun opini tidak diperbolehkan keluar dari koridor Islam baik dari sisi konten, bahasa , maupun jenis opininya. Kelima, opini yang dibangun bukanlah opini pemecah belah persatuan umat Islam, kerukunan dan kemaslahatan umat Islam. Justru opini yang dibangun harus mampu menguatkan hal tersebut.

Oleh karena itu, jadilah muslim taat wahai buzzer, agar kalian menjadi pasukan pembela kebanaran bukan kebathilan. Jadikanlah potensi yang kalian miliki untuk memenangkan Islam. Jadilah mujahid di media sosial yang senantiasa memerangi setiap kemaksiatan dan kezhaliman.