Sabtu, 14 Maret 2020

Kampanye Sesat Feminisme Tak Layak Dirayakan


Kehidupan dunia saat ini yang serba materialistik telah banyak mengubah cara pandang  manusia  terhadap problematika yang terjadi. Beragam  masalah kehidupan  mulai dari masalah ekonomi politik  sosial  budaya dan keamanan  telah menjadi problem keseharian masyarakat di dunia. Hal inilah yang kemudian mendorong sebagiah pihak melihat sisi lain dalam memandang masalah.

Obama, dalam Forum on Women and the Economy, 2012 lalu mengatakan bahwa perempuan bukanlah sejumlah blok monolitik atau "kelompok kepentingan". Ia menandaskan bahwa tantangan yang dihadapi perempuan mampu mempengaruhi semua orang dan semua golongan. Senada dengan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton semakin menajamkan pandangannya tentang vitalnya peran perempuan, ia bahkan menandaskan sekarang ini adalah abad partisipasi penuh (full participation age) bagi kaum perempuan. Peran perempuan sangat besar dalam menyelesaikan problem dunia.


Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim beberapa tahun lalu bahkan menginginkan agar negara-negara di dunia semakin banyak menginvestasikan anggaran mereka untuk memberdayakan kaum perempuan yang dinilai juga akan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat seluruhnya, ia mengatakan persamaan gender merupakan hal yang sangat vital yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di suatu negara. 

Kondisi dunia saat ini sedang dilanda krisis Multi dimensi. Menjadikan peran perempuan semakin meningkat. Akan tetapi, kapitalisme hanya melihat potensi perempuan untuk memperbaiki krisis ekonomi dunia dengan diperankan sebagai pekerja sekaligus penjaga stabilitas sosial. Menurut Kapitalisme, perempuan harus terlibat aktif dalam agenda global setidaknya karena dua alasan; yaitu :
1.     Alasan pertama adalah agenda ekonomi global untuk mengurangi angka kemiskinan sehingga masyarakat tetap punya daya beli, demi misinya ini Kapitalisme sejak lama menggandeng ide kesetaraan gender untuk memoles kepentingannya seakan menjadi perjuangan pembebasan perempuan. 

2.   Masalah kedua, negara Barat telah menjadikan kaum perempuan sebagai senjata untuk melawan ideologi Islam yang sudah dirasakan kebangkitannya. Dalam dokumen RAND Building Moderate Muslim Network juga disebutkan bahwa isu kesetaraan gender adalah salah satu medan pertempuran utama dalam perang pemikiran melawan Islam, promosi kesetaraan gender adalah komponen penting dari setiap proyek untuk memberdayakan muslim moderat. 

Beragam kegagalan kapitalisme menjadikan nereka makin bernafsu menjadikan perempuan sebagai mesin uang yang akan menyelesaikan krisis yang mereka ciptakan. Negara Barat berkeinginan menjadikan perempuan sebagai pemain penting dalam perekonomian dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Intinya menjadikan perempuan sebagai  pemain dalam ekonomi, mulai dari mesin uang, pekerja, hingga sebagai konsumen atas produk yang Barat ciptakan. Mereka berasumsi bahwa kesejahteraan manusia akan bisa diraih jika memenuhi 50:50 pekerja permpuan dan laki-laki.

Menurut asumsi mereka secara matematika ekonomi, ketika suatu negara menghargai kaum perempuan sama dengan mereka menghargai kaum laki-laki dengan cara memberikan kesempatan bagi wanita untuk berpartisipasi lebih besar dalam bidang perekonomian, maka manfaatnya tidak hanya bagi kaum perempuan tetapi juga bagi masyarakat luas.

Pendanaanmo cukup besar dilakukan demi kampanye ini. Bank Dunia bahkan telah terjun langsung dengan memberikan pinjaman dan dana hibah  lebih dari 28 miliar dolar AS, dialokasikan untuk proyek terkait gender.  Semua dilakukan sebagai bentuk dukungan pada persamaan gender melalui pengetahuan dan analisis yang digunakan dengan menciptakan gagasan dan pendekatan baru, serta mengevaluasi secara sistematis intervensi apa yang berhasil.(antaranews, 22/7).

Dari beragam pernyataan dan pendanaan diatas maka nampak jelas bahwa Barat lah yang berambisi penuh pada pemikiran gender dan feminis. Mereka berambisi besar menjadikan kaum perempuan sebagai solusi atas kemiskinan yang mereka ciptakan. Ekonom Bank Dunia, Ashley Taylor, bahkan menyebutkan bahwa Indonesia merupakan pemain besar dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Indonesia memiliki pasar domestik yang besar, bahkan terbesar di ASEAN. Tak heran jika saat ini konsumtifisme kaum perempuan di negeri ini meningkat tajam.


Posisi Wanita dalam Islam

Secara umum, Islam memandang laki-laki dan wanita dalam posisi yang sama. Masing-masing adalah ciptaan Allah yang dibebani dengan tanggungjawab melaksanakan ibadah kepada-Nya, yaitu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hampir semua syariat Islam dan hukum-hukumnya berlaku untuk laki-laki dan perempuan secara seimbang. Demikian pula janji pahala dan ancaman siksaan bagi yang melanggarnya. Masing-masing memiliki kewajiban dan hak yang sama dihadapan Allah sebagai hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah:

 مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik  dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”  (QS. An-Nahl [16]: 97)

 

Perbedaan Kodrat

Kesetaraan laki-laki dan wanita, bukan berarti kaum laki-laki dan wanita menjadi sama dan setara dalam segala hal. Karena, kenyataannya laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang mendasar. Secara biologis dan kemampuan fisik, laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Begitu pun dari sisi sifat, pemikiran-akal, kecenderungan, emosi dan potensi masing-masing juga berbeda. Wanita tabiatnya melakukan proses reproduksi, mengandung, melahirkan, menyusui, menstruasi dan sebagainya. Menjadi tidak adil jika kemudian memaksakan persamaan peran yang tidak sesuai dengan kecenderungan yang mendasar tersebut.

Dari perbedaan mendasar ini, sejumlah hukum-hukum syariat ditetapkan oleh Allah yang Maha adil dengan perbedaan-perbedaan pula. Sebagian hukum, kewajiban, hak dan peran yang disyariatkan oleh Allah dibedakan sesuai dengan kemampuan masing-masing dari keduanya tadi. Tujuannya adalah, agar keduanya saling melengkapi satu sama lain dan dengannya hidup ini dapat berjalan sempurna, harmonis dan seimbang.

Hubungan antara laki-laki dan wanita adalah hubungan yang saling melengkapi, bukan hubungan persaingan sebagaimana yang diinginkan oleh konsep liberal. Islam memandang keadilan antara laki-laki dan wanita, bukan kesetaraan. Konsep kesetaraan bertolak belakang dengan prinsip keadilan. Karena adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Wallahu a'lam.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar