Sabtu, 12 September 2020

Narasi Radikalisme Menghantui Keluarga Muslim


_Dewi Ummu Syahidah_



Radikalisme dalam dua dekade ini telah banyak digaungkan dan dilekatkan sekali pada agama, Islam khususnya. Beragam narasi dilontarkan dan dibenturkan dengan beragam tuduhan  ingin mengubah dasar negara, mengemban ide transnasional, intoleran dan lainnya yang sejenis. Lontaran itu selalu diucapkan oleh pejabat negeri ini hingga berujung panas karena dinilai tidak pas dengan beragam definisi yang dibuat.

Seperti yang kita tahu, bahwa opini war on radicalism merupakan kelanjutan war on terrorism sejak Peristiwa WTC 2001 lalu. Hingga akhirnya AS memposisikan diri sebagai polisi dunia, seakan hendak memberangus segala bentuk teror atas nama agama. Hal senada tidak berlaku terhadap kebrutalan Zionis. Justru seakan mereka menutup mata akan kebengisan Israel berpuluh tahun lamanya. Adanya pergeseran dari WOT menjadi radikalisme ini seiring dengan kekalahan narasi terorisme yang disematkan kepada Islam, karena faktanya Islam sangat jauh dari kekerasan dan aktivitas teror dalam dakwahnya. Akhirnya narasi terorisme pun bergeser pada radikalisme, sebuah narasi yang sangat subyektif sesuai kepentingan pembuatnya. 

Radikalisme kini dianggap menjadi common enemy di dunia,diopinikan seolah jauh lebih berbahaya dari pandemi Covid. Padahal yang dihadapi dari perang melawan radikalisme sejatinya adalah selalu ditujukan kepada dakwah Islam kaffah. Dakwah yang menginginkan tegaknya hukum Allah secara sempurna di muka bumi. Akhirnya perang narasi ini butuh pemain, dan negara kafir memanfaatkan posisi umat Islam sendiri untuk diadu domba dengan perang anti radikalisme ini. Mereka kucurkan dana, mereka kuatkan posisi pihak yang berkuasa, mereka beri janji akan hutang, investasi bahkan dana hibah untuk memuluskan perang anti radikalismenya.

Begitu gencarnya narasi dan opini Perang malewan radikalisme akhirnya tidak sedikit umat Islam yang terpengaruh, menuding radikal saudaranta hanya karena perbedaan dalam memahami konsep solusi bangsa. Wajar sebenarnya dalam kondisi jauh dari kesejahteraan, keamanan manusia berpikir kritis atas kehidupan. Apalagi sampai menemukan solusi untuk kembali kepada Islam kaffah dengan menerapkan khilafah, karena sisi lain ada tuntutan syariat padanya juga karena kelemahan kapitalisme saat ini yang makin terindra bobroknya, wajar jika wacana penerapan Islam kaffah ini menjadi pilihan dan perbincangan. Tapi kafir Barat tak menghendakinya, lalu muncullah narasi radikalisme ini sebagai pembendungnya. 

Isu radikalisme dilontarkan seiring dengan pemikiran toleran, moderat sebagai wacana tandingan yang dianggap bisa dijadikan sebagai penangkal radikalisme.Barat ciptakan profile Islam ramah versi mereka yabg sangat terbuka sekali pada kekufuran, dan budaya Barat. Mereka pilih agen-agennya dari. Kalangan muslim moderat, kuasai kelompok umat Islam tertentu lalu memberi posisi kekuasaan sebagai kompensasi loyalitasnya. Inilah strategi lama ala kompeni di masa lalu. Menggunakan tangan-tangan umat Islam sendiri untuk menghunuskan pedang menghancurkan sodatanya sendiri. Devide et impera.

Narasi Radikal Masuk Kepada Keluarga Muslim
Keluarga muslim pun pada akhirnya terpengaruh akan narasi radikalisme ini. Tak sedikit orang tua mencurigai anaknya akan perubahan hijrah sang anak. Suami mencurigai istrinya karena telah berubah penampilan dan pola pikirnya. Dll. Saling curiga, ada rasa takut dan beragam respon akhirnya mulai bermunculan seiring dengan makin menguatnya gelombang hijrah dan dakwah.

Derasnya opini khilafah pun menjadi ukuran rezim berkuasa makin represif pada dakwah Islam. Persekusi ulama dan tudingan negatif pada dakwah pun kerap dilontarkan berulang kali di media. Kegaduhan justru kerap muncul akibat opini yang dipaksakan. Tapi bangsa ini kini menganggap  korupsi, kriminalitas, kegagalan dalam mensejahterakan bangsa seakan bukan lagi masalah besar yang butih diseriusi untuk dipecahkan. Narasi radikal jauh lebih empuk untuk terus digoreng oleh apartur negara yang sedang berkuasa. Miris.


Pandangan Islam pada Narasi Radikalisme

Bagaimanapun wacana radikal ini muncul dari negara Barat kafir. Krtakutan mereka akan keyakinan umat Islam akan tegaknya khilafah Islamiyah sebagai fase akhir umat Islam di dunia telah melahirkan kevencian, ketakutan dan sikap arogan Barat. Kebencian kepada dakwah khilafah akhirnya meluas dan dibentengi manusia di dunia dengan pemikiran sekuer liberal.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha’ kepadamu hingga kamu mengikuti millah mereka” (QS. al-Baqarah: 120).

Kebencian mereja akan terus ada terutama kepada dakwah Islam kaffah
 Sehingga dari sinilah umat Islam harus tus menyadari bahwa afa yang memainkan opini untuk menakuti-nakuti umat Islam, mencegahnya dari Kebangkitan. 

Dari sini seharusnya umat Islam bersikap bijak dan berpikir mendalam akan perang opini tersebut. 

1. Jangan mudah termakan pada opini yang menyesatkan hingga akhirnya melemahkan kepercayaan dan  keyakinan.
  
2. Tetap berpositif thinking kepada saudara muslim apalagi kepada mereka yang mendakwahkan Islam. 
Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)

3. Kuasai politik global dengan terus mengikuti perkembangan politiknya. Maka akan mengetahui siapa yang memainkan perang global tersebut. 

4. Mengambil posisi pada bagian penyeru kebaikan, mendukung kebenaran dan selalu memberikan pembelaan kepada kebenaran. Menentsng kebathilan meski nampak resikonya. 

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

  Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."(al Imron 110)

5. Saling membangun kekuatan diantara sesama saudara muslim menguatkan ukhuwah dan berpegang teguh pada diin Islam. 
Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَ نْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah seraya dengan berjama’ah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).

Semoga Allah jauhkan umat Islam dari fitnah dan perpecahan. Tetaplah yakin bahwa janji Allah pasti akan tiba jika memang sudah waktunya. Ending fase umat Islam akan berujung pada kemenangan dan muncul fase baru kekhilafahan. Tinggal hari ini, dimana posisi kita dalam menerima kebenaran janji Allah tersebut. 
WalLahu a’lam bi shawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar