By. Deu Ghoida
Mereka katakan saat ini sudah masuk revolusi 4.0, makin maju teknologinya, makin efektif kehidupan bisa dioptimalkan. Tapi ternyata kerusakan manusia sulit diatasi. Teknologi makin tinggi tapi tidak dibarengi dengan perilaku yang benar dalam beragama. Hingga lahirlah generasi bermental "tempe". Melek teknologi tapi buta pada agama. Berwajah manusia tapi perilaku seperti binatang.
Hal ini nampak dengan meningkatnya perilaku seks bebas yang diyakini berkorelasi positif dengan penyebaran atau penularan HIV-AIDS. Di Cilacap misalnya, salah satu kelompok penderita HIV-AIDS tertinggi adalah ibu rumah tangga. Dimana para suamilah yang memiliki potensi kuat menularkan kepada istrinya akibat perilaku diluar yang bebas. Bahkan pada 2019 ini, temuan kasus baru HIV-AIDS ada di kelompok homoseksual atau laki suka laki (LSL). Angkanya mencapai 40 persen.
Seks bebas seperti sudah menjadi perilaku yang makin meluas. Adsnya lokalisasi, makin maraknya tempat hiburan, legalisasi miras bahkan makin berkembangnya komunitas penyuka sesama jenis pun sulit ditanggulangi.
Dari angka akumulasi sejak 2016, VCT Cilacap menyebut ada sebanyak 59 calon pengantin terdeteksi positif HIV-AIDS. Angka ini sebenarnya tak mengejutkan. Sebabnya, menilik kecenderungan seks bebas yang semakin marak di Cilacap. Lagi-lagi, seks bebas berkorelasi dengan tingginya penularan HIV-AIDS.
Data lain disebutkan cukup mengejutkan diperoleh dari VCT RSUD Cilacap. Diperoleh fakta, sebanyak 97 persen pasangan calon pengantin pernah berhubungan intim di luar pernikahan.
Miris melihat realita kerusakan yang semakin parah. Beragam upaya dari kelompok umat Islam sudah pernah dilakukan mulai dari mengkritisi maraknya tempat-tempat hiburan di Cilacap, legalisasi miras dan beragam kampanye anti gaul bebas pun pernah dilakukan. Akan tetapi karena lemahnya penanganan dan lambatnya upaya antisipasi, tidak pernah mampu membendung kerusakan yang semakin parah.
Cilacap akhirnya menjadi surga bagi perilaku kemaksiatan. Bahkan adanya sebuah tempat maksiat bersebelahan dengan masjid dan sekolah pun bertahun-tahun tidak pernah ditindak oleh penguasa. Lalu keberkahan seperti apa yang ingin diraih?
Kondisi ini seakan akan menghalalkan masyarakat dari datangnya azab Allah. Karena maksiat yang tidak bisa dicegah. Dan perilaku bebas ini terjadi sebagai sebuah bukti bahwa negeri ini menerapkan sekulerisme, menjauhkan agama dari kehidupan, menjadikan agama hanya sekedar ruang lingkup kecil dalam kehidupan manusia.
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِيْ قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).
Negeri muslim akan tetapi menerapkan sekulerisme liberal, justru menjauhkan keberkahan datang dari langit dan bumi. Hal ini semakin hari semakin nampak di dalam realitas kehidupan. Rusaknya pergaulan remaja, makin meningkatnya komunitas penyuka sesama jenis, dan diamnya penguasa terhadap kerusakan-kerusakan ini, meskipun melakukan tindakan bukan solusi mendasar yang akan menyelesaikan hingga ke akarnya.
Lalu apa ada solusi lain selain Islam? Islam memiliki aturan yang lengkap baik untuk mencegah maupun menyelesaikan masalah manusia secara komprehensif. Aturan Allah tidak akan mungkin membawa mudharat kepada manusia, justru sebaliknya akan membawa kemaslahatan bagi alam semesta. Sejatinya jika manusia memahami hakikat pentingnya penerapan syariat Islam secara Kaffah , maka dari situlah sebenarnya keberkahan dari langit dan bumi pasti akan didapat. Selama manusia taat kepada syariatNya.
Mari selamatkan Cilacap dan bumi Allah dengan oenerapan Islam kaffah. Tak pantas manusia sombong, mengatur dirinya yang lemah sendiri dan membuang hukum Allah. Saatnya manusia bertobat,kembalilah taat pada Sang pemberi kehidupan.
Link berita:
https://m.liputan6.com/regional/read/4054132/vct-rsud-cilacap-97-persen-calon-pengantin-pernah-berhubungan-intim
https://m.liputan6.com/regional/read/4047625/duh-59-calon-pengantin-di-cilacap-terjangkit-hiv-aids
Tidak ada komentar:
Posting Komentar