Sabtu, 21 September 2019

SAKRAL ITU SYARIAT BUKAN BUDAYA

By. Deu Ghoida

Mau dipoles seperti apapun, kemusyrikan kebathilan kemaksiatan tetap nampak jelas di hadapan Allah. Bathil takkan mampu menipu dengan beragam pemikiran melahirkan sejuta cara. Di hadapan Allah semua akan nampak dan haq akan dimenangkan pada akhirnya.

Demikian pun realitas kemusyrikan yang kini dikemas dengan aneka tampilan eksotis, agamis hingga mistis. Tampil dalam ruang berdimensi kekinian, berbalut budaya seakan sakral karena nenek moyang sang penciptanya.

Pensakralan pada perilaku budaya nampak dalam rangkaian paten upacara yang atas nama nenek moyang. Seolah pembaharu hanya menjadikannya kafir pada kepercayaan nenek moyang. Memaknai sakral akhirnya kembali kepada terjemah sejarah yang terkadang tak diketahui bagaimana sesuatu itu bermula.

Memahami ruang dimensi aqidah dan cara dakwah akhirnya tak mampu dibedakan. Mensakralkan cara dakwah dan merusak aqidah akhirnya tak bisa dihindari. Memahami perilaku berganti karena cara mengikuti kebiasaan masyarakat dimaknai sebagai hal sakral baku dan tak boleh diubah. Memahami aqidah sebagai dasar justru bisa diubah sesuai kepentingan dan bentukan.

Meluruskan sejarah pada akhirnya distigmatisasi hoax radikalisme. Melanggengkan cara lama akhirnya menjadi hal paten yang tidak boleh diubah atas nama pluralisme. Berlindung pada budaya sebagai akar dari masyarakat yang tak boleh diubah. Menciutkan nyali para pengemban kebenaran akibat stigmatisasi dan teror opini radikal.

Sampai kapan hoax radikal akan jadi senjata mematikan membungkam kebenaran? Sementara racun pluralisme, liberalisme, sinkretisme dibalut budaya dibiarkan menjadi alat pukul mematikan dakwah?
Siapa yang dianggap tidak toleran jika selama ini para ulama banyak menjaga sikap kontra karena kerasnya kekuasaan menekan kebenaran? Tapi kaum sinkretis justru tak tahan gerah pada dakwah dan memainkan kekuasaan untuk pelindung mereka.

Sadarlah wahai Saudaraku, Selamatkan bumi Allah dengan kembali kepada ketaatan. Luruskan aqidah yang bengkok, jauhi syirik, tinggalkan budaya kafir yang dipermak agamis, jauhi ikatan rusak karena hanya ikatan aqidahlah yang akan menyelamatkan. Kembali pada syariah, berIslamlah kaffah, berbudayalah sesuai syariat Allah, cintai saudaramu, hormatilah ulama yang benar, surga menanti para pejuang di jalan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar