Senin, 09 November 2015

Tulisan SP di IslamPos

Ajaran Islam Damai dalam Kurikulum Pendidikan

Sabtu 14 Zulkaedah 1436 / 29 Agustus 2015 17:20

Oleh: Dewi Ummu Syahidah, Aktivis Dakwah Muslimah di Cilacap

MENTERI Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin secara resmi meluncurkan modul Pembelajaran Agama Islam dengan tema Islam Damai. Dipilihnya tema itu menurut Lukman, karena Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki peran yang fundamental dalam membentuk karakter anak bangsa.

Dikatakan Lukman, pemerintah ingin menanggulangi potensi radikalisme atau penyebaran ajaran kekerasan, yang bisa muncul di institusi pendidikan. “47 juta anak Indonesia yang belajar Agama Islam di sekolah. Makanya perlu modul ini untuk mengajarkan mereka menghargai perbedaan, dan menerapkan Islam yang damai dan toleran,” kata Lukman di Asrama Haji, Bekasi, Jawa Barat, Selasa 11 Agustus 2015 (www.satuislam.org).

Tidak merasa aneh ketika hal ini diungkapkan oleh Lukman Hakim Saifuddin, mengingat siapa dan dari mana latar belakang pendidikannya. Hanya saja hal ini terasa aneh ketika diungkapkan oleh seorang Menteri Agama yang notabene beragama Islam.

Konsep Islam Damai ini diadopsi dari modul yang diadaptasi dari salah satu universitas tertua dan terbaik di dunia, yaitu Oxford University, Inggris. “Modul ini dibuat oleh guru-guru agama terbaik di Indonesia, yang sebelumnya dikirim ke Oxford University,” ungkapnya.

Jadi sudah jelas diakui sumbernya dan sangatlah wajar jika ajaran Islam Damai di dalamnya memang sangat pro dengan sekulerisme dan liberalisme.

Apalah Arti Islam bagi Mereka

Konsep ini memang esensinya ingin menunjukkan seberapa tolerannya Islam terhadap agama lain, termasuk di dalamnya nilai yang moral yang menjunjung tinggi semua perbedaan meski hal itu ada yang bertentangan dengan nilai Islam sendiri. Sisi lainnya, pandangan Islam ketika dipahami sebagaimana yang sudah-sudah dianggap hanya memicu radikalisme dan fundamentalisme. Sehingga kaum liberal memang mengagendakan liberalisasi ini sebagai jalan masuk mereka untuk melanggengkan kehidupan ala barat yang mereka dakwahkan selama ini.

Munculnya konsep Islam Damai memang diamini sebagian pihak yang memang pro dengan liberalisasi dan neoliberalisasi. Betapa tidak, neoliberal tidak akan bisa diterima di negeri ini, jika mayoritas rakyat berpegang teguh pada ajaran islam yang lurus. Karena mereka tidak akan pernah rela negeri yang mereka tempati ‘terjual’ dengan masuknya UU dan investasi asing besar-besaran di negeri ini. karena sejatinya Islam mengajarkan bahwa kepemilikan umat tidak layak dan tidak berhak untuk dinikmati dan diserahkan kepada asing.

Islam Damai pun jelas merupakan konsepsi gagal paham dalam memahami Islam dan ajaran-ajarannya. Dasar pemahaman Islam muncul adalah bersumber dari al quran dan as Sunnah, sehingga dengan mengambil esensi Islam saja tanpa memperhatikan dalil syariat jelas hal ini merupakan sebuah kekeliruan.

Dan hal ini juga  merupakan perkara yang keliru dipahami ketika yang menjadi acuan adalah negara Amerika dan Eropa. Di Amerika, negara yang melegalisasi LGBT, lalu diakui sebagai negara yang bermoral baik dalam bergaul dengan sesama warga. Apakah ini hal yang tepat untuk dijadikan argumentasi?

Begitu juga dengan Eropa, dimana perzinaan dan kerusakan moral pun terjadi, kemudian dijadikan sebagai contoh bangsa yang berbudaya? Apalah arti Islam pada diri mereka, sang penguasa yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban? Dimana Rasulullah ditempatkan dalam hati mereka?
Islam Tetap Rahmatan Lil ‘alamin Meski Mereka Membencinya

Allah Ta’ala, berfirman: وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Ini adalah konsep yang jelas untuk dijadikan pemahaman. Kehadiran Islam sebagai sebuah Diin tidak hanya mengatur aspek individual semata, bahkan salah kaprah memposisikan islam sebagai agama ritual belaka.

Sekulerisasi yang semakin deras arusnya saat ini di tengah negeri Islam termasuk di Indonesia memang sebuah ajaran yang dimasukkan kaum kafir untuk membuat kaum muslimin dijauhkan dari agamanya. Karena hal itulah yang kemudian akan memudahkan mereka untuk menguasai umat islam, kekayaannya dan juga otaknya.

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah (2) : 120)

Waspadalah bahwa ajaran Islam Damai sejatinya hanya akan makin menjauhkan bangsa mayoritas muslim ini dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Ajaran ini memang disengaja didakwahkan di negeri ini sebagai jalan masuk upaya liberalisasi dan neoliberalisasi aset kekayaan negeri ini. []

https://www.islampos.com/ajaran-islam-damai-dalam-kurikulum-pendidikan-207410/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar