Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat beberapa hari lalu telah membawa dampak investasi, termasuk pada sektor energi. Berdasarkan informasi yang dihimpun Jurnal Maritim dari Sekretaris Militer Presiden (Sekmilpres) diperoleh keterangan mengenai jumlah investasi yang akan dikucurkan Negeri Paman Sam ke Indonesia, yaitu senilai kurang lebih 15 miliar USD.
Perincian investasi tersebut adalah, perjanjian jual beli gas alam cair (LNG) antara Pertamina dan Corpus Christie Liquefaction senilai 13 miliar USD. Pertamina akan mengimpor LNG untuk memasok FSRU Lampung bagi mendistribukan gas di wilayah barat Indonesia, dan LNG Terminal untuk Indonesia Timur.
Kemudian ada ekspansi Phillip Morris sebesar 1,9 miliar USD dengan rincian 500 juta USD untuk belanja modal dan 1,4 miliar USD berupa penerbitan saham baru Sampoerna. Belanja modal tersebut untuk perluasan pabrik dan perkantoran serta investasi yang akan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2016-2020.
Rencananya, Coca Cola juga akan investasi sebesar 500 juta USD untuk perluasan dan penambahan produksi, pergudangan, distribusi, dan infrastruktur minuman ringan selama 2015-2018.
Tidak ketinggalan dalam pengembangan lahan “shale gas” Eagle Ford, Fasken milik Swift Energy yang akan dilakukan oleh Saka Energi dengan Swift Energy di Webb County, Texas dengan nilai sebesar 175 juta USD.
Negara beribukota Washington DC ini melalui General Electric juga membangun kesepakatan bisnis dengan PT PLN (Persero). Kesepakatan itu dalam bentuk kerjasama antara PLN Gorontalo dengan General Electric senilai 100 juta USD untuk pembangunan 100 MW gas turbin dan cydepower di Gorontalo.
Di pengembangan SDM melalui penelitian bersama, ada kerjasama Universitas Udayana dan Skychaser Energy untuk konservasi air dan reduce power consumption senilai 30 juta USD.
Selain itu, tela ditandatangani kesepakatan bisnis senilai kurang lebih 4 miliar USD yang memprioritaskan pada pemenuhan pasokan listrik nasional yang terbagi dalam tiga grup, antara lain: 1) Kerja sama PT PLN (Persero) dengan UPC Renewables senilai sebesar 850 juta USD untuk pembangunan 350 MW Pembangkit Listrik Tenaga Bayu dalam waktu tiga tahun (2015-2018); 2) Antara Cikarang Listrindo dengan General Electric nilai investasi sebesar 600 juta USD untuk perluasan pembangunan pembangkit listrik (IPP); 3) Antara PT Indonesia Power dengan General Electric untuk pembangunan pembangkit di Jawa Tengah sebesar 700 MW senilai 400 juta USD; dan 4) Antara PT PLN Batam (Persero) dengan General Electric senilai sebesar 525 juta USD untuk pembangunan pembangkit bergerak (mobile) 500 MW di Mataram, Bangka, Tanjung Jabung, Pontianak, Lampung dan Sei Rotan.
Kemudian kerjasama antara PT Kereta Api Indonesia dengan General Electric senilai 60 juta USD untuk perawatan 50 lokomotif selama 8 tahun. Dan antara PT PLN (Persero) dengan Caterpillar senilai sebesar 500 juta USD untuk proyek 2 GW pembangkit tenaga hibrid dan Proyek Solar PV+ energy storageuntuk microgrid di daerah-daerah terpencil (500 pulau) dengan solusi pembiayaan initial capital investment melalui power purchase agreement dengan PLN.
Masih di sektor energi, guna memenuhi pasokan listrik nasional. telah terjalin kerjasama antara Kilat Wahana Jenggala dengan Hubbell Power Systems dalam ekspansi existing plant yang memproduksi atau merakit insulator transmisi polymer untuk distribusi listrik dan menambah lokalisasi transmisi sebesar 5-10 juta USD.
Sisanya di sektor perbankan, industri kertas, dan industri minyak dengan total investasi senilai kurang lebih 1,5 miliar USD. Hasil lawatan Jokowi itu diharapkan dapat memenuhi janji pemerintah untuk mengaliri listrik di seluruh NKRI. [AS]
jurnalmaritim.com/2015/10/hasil-kunjungan-jokowi-ke-as-sektor-energi-jadi-prioritas-investasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar