Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah (kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran) [HR. Ahmad]
Indahnya jika dikagumi manusia, karena atas kelebihan yang ada pada diri kita. Tapi semua tak sebanding jika yang mengagum adalah Allah. Allah kagum pada pemuda yang dalam dirinya tidak memiliki kecenderungan dan kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran yaitu menyimpang dari syariat Allah.
Ujian dan kenyataan hari ini yang dirasakan remaja, generasi muda saat ini cukup berat. Tantangan dan bentuk kehidupan dari masa ke masa memang berbeda, tapi esensi maksiat dan taat tetaplah sama. Pelanggaran tetap akan mendapatkan sanksi dari Allah. Sementara ketaatan tetap akan mendapat balasan kebaikan berupa surga.
Remaja kini dihadapkan dengan beragam masalah dan bentuk kehidupan yang kian kompleks. Mulai dari kesenangan, gaya hidup, pergaulan, kepekaan dan prestasi materialistik seakan menjadikan kehidupan remaja kian berubah.
Remaja kini harus menghadapi kehidupan sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) sebagai asas berpikir mereka. Sehingga banyak yang terjebak menjadi remaja muslim jauh dari Islam, hidup seenaknya seolah tak perlu agama mengatur, berpakaian mengikuti trend seolah dirinya jauh lebih berhak atas dirinya, lupa bahwa dia hanya makhluq lemah yang seharusnya hanya taat saja.
Remaja muslim pun kini menghadapi serangan liberalisme (paham kebebasan), sehingga remaja doyan pacaran, seks bebas, fun, fashion, food dan beragam hobi dan gaya hidup menjadi perkara wajib melekat pada remaja.
Kehidupan yang materialis (segala sesuatu diukur hanya dari sisi materi) juga telah menghilangkan kepekaan dan sensitifitas remaja pada nasib saudara muslim mereka. Mereka bingung mau bersikap apa melihat penindasan terhadap umat Islam terjadi dimana-mana, di Suriah, Palestine, Rohinya, bahkan India dll. Tak berani bersikap, bahkan mengambil jalan cuek dan masa bodoh akan nasib saudaranya. Lalu dimana sensitifitas keislaman mereka letakkan?
Egoisme, semau gue dan beragam.pemikiran individualis juga kerap dimiliki oleh remaja kekinian. Akibat pemikiran individualis inilah kemudian dirasakan kepekaan memudar, bahkan sensitifitas perasaan ukhuwah islamiyah, umat Islam satu tubuh seakan sulit didapati lagi pada generasi muda. Peduli amat dengan urusan orang, mikir diri sendiri saja pusing, baper, kurang bahagia dll. Mungkin itunyang dirasakan. Akhirnya pemuda jauh dari politik (pengaturan urusan umat berdasarkan Islam). Banyak pemuda tak peduli dengan agamanya, sesama umat Islam bahkan nasib saudaranya.
Lalu apakah generasi pemuda Islam seperti ini yang akan diandalkan sebagai generasi terbaik? Layak berada di garis depan sebagai tameng penjaga umat Islam dari kerusakan untuk kedepannya?
Menjadi Remaja Andalan Agama
Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang ada dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada-Nya-lah mereka dikembalikan ?” [Ali ‘Imran: 83]
Jika Allah sudah menyentuh kita dengan ayat diatas, mengapa masih saja ada manusia yang menyembah selain Allah? Mencari tuhan baru, pola hidup baru jauh dari Islam, hidup bahagia dengan sekulerisme, liberalisme, hingga individualis yqng menjauhkan dari Islam.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
َاْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى.
“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” HR. Ad-Daruquthni (III/ 181 no. 3564)
Jika remaja muslim ingin mendapatkan kemuliaan maka tak ada kemuliaan selain dengan Islam. Menjadi remaja muslim yang diandalkan diawali dengan beberapa sikap:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar