Realitas pemimpin memanggul bahan makanan untuk warganya yang miskin dalam era kekhalifahan Umar bin Khathab dengan era kapitalis saat ini jelas tidak bisa dibandingkan.
Penerapan aturan negara khilafah yang berdasarkan hukum Allah, menerapkan syariatNya dalam berbagai aspek, memberikan pelayanan kepada rakyat, tidak menggunakan sistem pengelolaan kekayaan yang memperkaya diri penguasa. Karena kekuasaan sejatinya adalah amanah bukan jalan mencari kekayaan dan keuntungan pribadi atau pihak tertentu.
Umar menangis tatkala amanah kepemimpinan dibebankan di pundaknga karena ketakutannya jika lalai maka siksa baginya amatlah pedih.
Umar memanggul gandum dan daging untuk kelalaian petugas negara dalam masalah distribusi kekayaan, dimana negara memberikan hak kebutuhan rakyat dari kas keuangan negara. Bukan mengambil pajak dari kekayaan rakyatnya apalagi dari kemiskinan rakyatnya.
Umat khawatir kelalaiannya akan membawanya pada siksa neraka, bukan sebagai pencitraan karena sistem yang ada saat itu sangatlah dipenuhi keadilan.
Tapi bagaimana jika dalam sistem kapitalis, seorang pemimpin memberi sekantung beras karena ada rakyatnya yang miskin?
Hal ini justru makin menunjukkan tidak POLITISnya pemimpin.
Realita kapitalisme memiskinkan rakyat, tidak hanya 1%, 2% tapi memiskinkan secara sistematis dan dominasi kapital nampak makin terbuka. Tirani minoritas atas kekayaan rakyat.
Jangan bandingkan implementasi syariat dalam kekhilafahan dengan implementasi hukum sekuler dalam demokrasi.
Karena hal ini hanya makin menunjukkan ketidakpahaman akan realita pemimpin, kekuasaan dan islam.
#CatatanMalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar