Sabtu, 25 Juli 2015

Trust Me It Works!

Trust Me It Works! 😁

Jadi ikutan iklan deh.
Tiba-tiba aja, pagi ini menghitung berapa akun di media sosial yang saya kelola. 18!! Hehe
Dan semua dikelola di satu perangkat. Dan dikelola tiap hari. Yah, meski belum semua tulisan sendiri tapi انشا الله  semua bermanfaat untuk dibaca.
Dan memang semua usaha diawali dari sebuah keyakinan bahwa yang dilakukan membawa manfaat terutama dalam perjuangan Islam, maka hasil akhirnya akan membawa keberkahan.
Tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk update status disemua akun. Tidak perlu juga duduk berlama-lama menghadap handphone untuk menghasilkan suatu karya. Dan tidak perlu pula banyak gadget berkualitas tinggi. Semua diawali dari kemampuan dan kemauan. Jika dijalani dan ikhlas semata demi perjuangan. Trust me, it works!

Semua ternyata berjalan lancar da الله juga yang memperlancar setiap usaha kita.
Memang sih, tiap waktu jadi dirasa lebih produktif karena harus selalu memikirkan inspirasi apa yang bisa dituangkan dalam tulisan.

Dan saya  sebenarnya orang yang dominan bicara, dan tantangan terbesar saya adalah menulis. Sehingga medsos bagi saya adalah sebuah tantangan terbesar dalam hidup. Dan saya bercita-cita harus mampu menundukkan dunia jurnalistik. Semoga berhasil.

Dan pasti di suatu masa, ketika waktu telah berlalu, saya akan membaca ulang tulisan-tulisan ini dengan senyum sumringah. Betapa waktu mampu mengubah semuanya. Dan pastinya ada usaha yang tak terhenti dengan sedikit dan bertahapnya ujian.

Yakin, pasti mampu dan percaya pada diri adalah kunci untuk berusaha. Dan berusaha dan berdoa adalah kunci sebuah keberhasilan dari tujuan.
Trust me it works!

Let's try and pray
Do the best!

26 Juli 2015
9.00
🍁Dewi Ummu Syahidah

PRIHATIN UNTUK CILACAPKU

PRIHATIN UNTUK CILACAPKU

Mendengar cerita seorang teman tentang perkembangan migrasi warga Tionghoa ke Indonesia membuat hati miris.
Dia menceritakan, di salah satu kecamatan di Cilacap sudah mulai dirasakan adanya geliat warga asing disana.
Dimana kecamatan ini memang menjadi tempat PLTU yang sedang dalam proses penggarapan.
Beberapa waktu lalu, ketika pemberitaan di medsos ramai tentang masuknya puluhan ribu TKC (Tenaga Kerja Cina) *istilah saya sendiri, secara fakta di kecamatan teman saya malah sudah benar dirasakan kehadiran 'warga baru'.
Dan yang menjadi sorotan saya adalah dengan cerita teman saya ini, bahwa sejak datangnya TKC , warga diiming-imingi untuk membangun kost atau rumah sewaan yang TKC ini siap membayar dengan 3-10kali lipat harga sewa biasanya. Bahkan ada toko kelontong pun juga disarankan untuk diperbaiki bahkan di pasang AC. Demi pelayanan yang memuaskan 'warga asing ini'.
Fasilitas hiburan pun di Cilacap kian hari kian marak. Pembangunan tempat karaoke, diskotik, lokalisasi pelacuran,cafe seolah sesuatu yang juga disiapkan sebagai fasilitas seiring masuknya TKC. Bahkan proyek pembangunan tempat hiburan malam dengan fasilitas 1 kamar 1 jam dengan harga lebih dari satu juta pun di promosikan dengan baliho besar di pusat kota.
Siapa yang sanggup membayar harga itu? apa warga asli Cilacap yang gajinya hanya 1,2jt sebulannya bahkan banyak yang dibawah UMK pendapatannya?atau para nelayan yang untuk mencari ikan tiap harinya juga harus bingung memikirkan mahalnya biaya BBM yang naik terus?
Belum lagi risihnya mata melihat salah satu tempat hiburan malam yang berjajar dengan TK IT dan masjid di pusat kota. Bahkan hingga hari ini juga dengan nama yang sama, tempat hiburan malam ini sedang berjuang dalam pembebasan lahan baru di dekat terminal Cilacap yang nantinya pembangunannya akan membelakangi Ma'had satu-satunya di Cilacap. Miris!
Belum lagi dengan cerita tentang gaji bulanan mereka berkali lipat lebih besar dari warga kita yang bekerja di perusahaan yang sama, hal ini benar adanya.
Katakanlah warga kita diberi gaji 3 juta sebulan saja sudah lumayan, ternyata gaji TKC ini bisa mencapai 18-30juta sebulan.
Ada yang membenarkan hal ini, dengan alasan mereka kesini dengan keterampilan dan juga ongkos transport yang mahal.
Ok lah bisa diterima alasannya. Tapi jangan lupa, warga kita bahkan Cilacap sendiri masih banyak pengangguran disini, ekonomi masyarakat lemah. Dan ujung semua ini akhirnya menimbulkan kesenjangan yang makin lebar antara warga asli dengan pendatang.
Hal ini hanya sebagian cerita yang pastinya secara realita di lapangan masalah yang muncul lebih besar lagi.
Kebijakan pemerintah menerima pinjaman hutang infrastruktur dan kebijakan memperluas masuknya investasi tanpa pertimbangan maslahat ummat telah merugikan negeri ini.
Bagaimana tidak?
Saat ini proyek betonisasi jalan masih berlangsung di Cilacap. Dan juga inslfrastruktur lainnya juga dalam proses penggarapan. Tapi sejatinya pembangunan disiapkan hanya untuk memberi fasilitas pada para investor sebagai syarat yang harus dipenuhi.
Bagaimana hal ini jika dikaitkan dengan pengaturan urusan rakyat?
Saya jadi ingat beberapa tahun lalu,ketika Cilacap mash sedikit dilirik para investor asing, korban akibat jalan rusak jumlahnya ratusan. Bahkan perbaikan pun minim dilakukan.
Bandingkan dengan sekarang. Semua pembangunan infrastruktur sangat cepat dengan alasan sebagai penunjang masuknya investasi.
Ini hal yang sulit diterima.
Jalan,fasilitas lainnya sebenarnya adalah hak rakyat,hak warga kenapa hal ini bukan jadi alasannya?
Rakyat diminta bersorak dan bertepuk tangan dengan kebijakan ini, kita diminta ramah dengan 'warga asing' meski sejatinya kita terancam. Memungkinkan kedepan tanah kita dibeli mereka, rumah kita digusur dengan alasan pelebaran infrastruktur dll.
Padahal hal ini sangatlah merugikan.
Kenapa kita masih menerapkan kebijakan kapitalis ini, padahal kita sebenarnya sudah merasakan himpitan yang sangat menyiksa ini.
Apa untungnya untuk rakyat?
Jika pun ada untung, jangan tutup mata karena sejatinya kerugian kita jauh lebih besar.
‪#‎CatatanPagi‬
‪#‎IslamIsSolution‬


tulisan d FB tanggal 12 Juni 22015
Ummu Syahidah

Sekilas tentang Perang Asimetris

Sekilas Tentang Perang Asimetris

Sebenarnya munculnya wacana perang asimetris/ Asymetric warfare kurang tepat jika penempatannya hanya untuk menganalisa dominasi Cina saat ini di Indonesia.
Beranjak dari definisi bahwa perang asimetris adalah model perang yang dikembangkan dengan berpikir yang tidak lazim dan diluar aturan peperangan yang berlaku dengan spektrum perang yang lebih luas dan mencakup berbagai aspek. (Definisi Dewan Riset Nasional)
Sebuah konflik dari 2 pihak yang bertikai berbeda sumber daya inti dan perjuangannya,cara berinteraksinya dan upaya untuk saling eksploitasi karakteriatik kelemahan lawannya.(Definisi US Army War College)
Maka poin penting dari perang asimetris ini adalah adanya kontrol ekonomi negara lawan dan penguasaan SDA dsb.
Dan memang banyak pihak mengatakan Cina telah mengalami transformasi dari sebuah negara yang dulunya cenderung pada sosialis, saat ini Cina menjadi sebuah negara dengan 2 sistem (one country and two system):kapitalis dan sosialis. Bahkan dominasi Cina telah merajai ekonomi dunianya dengan kebijakan luar negerinya. Tak terkecuali di Indonesia.
Dominasi ekonomi Cina sejak 2012 memang sudah dirasa sangat kuat. Bahkan di pasar lokal pun, barang produksi Cina sudah sangat dekat dengan telinga kita. Bahkan barang produksi Cina seolah mampu mengerti apa yang menjadi kebutuhan rakyat negeri ini.
Hal yang sangat berbeda dengan produksi dalam negeri, yang justrilu malah banyak menyajikan barang industri 'kreatif' yang jarang dibutuhkan masyarakat.
Akan tetapi, satu hal seharusnya bangsa kita tidak lupa. Bahwa dominasi asing di negeri ini bukan hanya dari Cina. Sejak kemerdekaan, bangsa kita seolah tergadai dengan kebijakan pembebanan hutang akibat bangsa kita harus menanggung biaya perang Belanda yang menjajah negeri ini. Kita diperangi, tapi demi kata 'Merdeka', bangsa ini harus membayarnya dengan kebijakan 'aneh' ala kapitalis saat itu. Hasilnya, negeri ini akhirnya hingga hari ini tidak pernah terbebas dari hutang.
Bahkan penguasaan kapitalisme Barat sejatinya sudah berpuluh tahun lamanya, hingga akhirnya berbagai perjanjian diperbaharui karena ternyata kekayaan negeri ini belumlah habis untuk dieksploitasi. Katakanlah PT.Freeport Indonesia, yang dengan santainya bisa terus menjarah kekayaan negeri ini bahkan dengan tunggakan deviden yang menahun. Malahan mereka memperpanjang kontrak hingga 2035. Astaghfirullah!
Dan parahnya bukan hanya Freeport saja yang menguasai kekayaan alam negeri ini.
Dengan dukungan pendanaan asing dalam meng'goal'kan regulasi undang-undang pro investasi dari Barat, negeri ini makin mudah dijarah tanpa batas. Pada akhirnya efeknya dirasakan rakyat kita hari. Kita seakan terlahir sebagai konsumen, buruh bahkan tak sedikit yang mati di lumbung padi.
Negeri yang bangsanya tidak perlu bersusah payah membeli barang impor, karena semua produk datang menghampiri. Kita tinggal kerja,kerja, kerja cari uang agar mampu memenuhi kebutuhan hidup kita.
Inilah sebenarnya yang seharusnya membuka mata kita, dominasi asing di negeri kaya ini sudah melampaui batas. Dominasi neoliberalisme neoimperialisme telah makin memposisikan penguasa jauh dari rakyatnya. Kebijakan pro investasi bukan rakyat, rakyat terbebani dengan kemiskinan,kriminalitas, kekacauan dan beragam masalah kompleks lainnya.
Kapitalisme ala Amerika sejatinya pula sudah lebih lama mengawali perang asimetris di negeri ini. Seperti statement Henry Kisinger, "Kuasai minyak maka anda mengendalikan negara, kendalikan pangan maka anda mengontrol rakyat". Mereka memang merealisasikannya di negeri ini.
Dan ibarat "Keluar dari lubang buaya malah masuk ke sarang harimau" itulah gambaran negeri ini.
Kebijakan demi kebijakan seolah seperti skenario yang mudah ditebak pada akhirnya. "Sad ending".
Seharusnya rakyat makin berpikir dengan kondisi yang menimpa negeri ini. Jangan cuek, jangan malas untuk mencari solusi terbaik. Karena bangsa kita yang mayoritas muslim sejatinya memiliki potensi luar biasa untuk menjadi negara nomer satu.
Bukan hanya ganti penguasanya, tapi ganti juga sistemnya dengan sistem Islam.
Dan apa sebenarnya yang menjadi alasan untuk menolak Khilafah tegak di negeri ini?
Sebenarnya sudah tidak ada alasan lagi yang bisa menjadi solusi, kecuali tegaknya khilafah di negeri ini.
*Catatan pagi
tulisan fb 14 Juni 2015
Dewi Ummu Syahidah


Jumat, 24 Juli 2015

H-1 Hari Raya

Telah Terbiasa
Sejak kecil, yang namanya hari raya, secara umum, kita terbiasa hanya dengan satu patokan: "kalender". Bahkan setahun sebelum, hari raya terbiasa dijadikan sebagai agenda tersendiri yang direncanakan, mengingat ketetapan itu dikenal secara nasional.
Hari raya umat Islam, yang seharusnya berpatokan pada kalender hijriyah yang menggunakan standar peredaran bulan, justru sudah banyak
ditinggalkan. Tapi terkadang banyak dilupakan bahwa penetapan kalender hijriyah semestinya dilihat dari peredaran bulan. Sekalipun dengan teknologi yang ada saat ini bisa diprediksi. Tapi hal in semestinya hanya prediksi saja.
Apalagi jika kita menilik pada landasan dalil yang dipakai.
Ibnu Hajar menyebutkan hadits dalam Bulughul Marom, yaitu hadits no. 652 dan 653. Haditsnya adalah sebagai berikut:
وَعَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا [ قَالَ ]: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: – إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
وَلِمُسْلِمٍ: – فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا [ لَهُ ] . ثَلَاثِينَ  .
وَلِلْبُخَارِيِّ: – فَأَكْمِلُوا اَلْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ.
وَلَهُ فِي حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – – فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, makaberhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan Sya’ban menjadi 30 hari).” (Muttafaqun ‘alaih).
Dalil ini menjelaskan bagaimana seharusnya waktu mulainya seseorang berpuasa dan berhari raya. Hanya saja secara umum banyak yang belum terbiasa dengan patokan melihat bulan yang dinanti di akhir bulan Ramadhan. Kebanyakan belum terbiasa di akhir malam hari ke 29 Ramadhan menanti kabar dari saudara muslim kita yang melihat hilal secara langsung, baik dari daerah kita maupun wilayah lainnya.
Tapi kebanyakan dari kita malah memilih sibuk menyiapkan pakaian baru untuk hari raya, makanan dan kue-kue, bahkan sibuk dengan ceremonial tahunan karena jadwal kalender sudah ditentukan.
Kebanyakan kita telah terbiasa untuk menghabiskan waktu di pasar-pasar untuk menyiapkan ketupat lebaran ketimbang memasang telinga untuk informasi awal bulan baru.
Kebanyakan kita telah terbiasa menyibukkan diri dengan rutinitas semata, tanpa mendahulukan dalil dan metodologi mana dalam penetapan Syawal yang akan diikuti.
Karena telah terbiasa, seharusnya tidaklah sulit merubahnya. Karena merubah kebiasaan hanya perlu mengubahnya saja.
Biasakan bicara dalil dan ikuti dalil syariat bila beribadah, pasti selamat.
Biasakan mencintai ilmu, karena ilmu akan menjadi penuntun dalam kebutaan.
Biasakan berdiskusi bukan hanya taqlid buta, karena diskusi akan menajamkan pemahaman.
Dan yang terpenting, jangan jadikan kebiasaan menjadi dalil kemalasan untuk menjadi lebih baik.
Yuk nanti malam hingga esok pagi kita berburu informasi kabar hilal. (⌒▽⌒)
*Catatan pagi akhir Ramadhan 1436 H
@Dewi Ummu Syahidah

Sebuah Pembuka


Mengawali tulisan di blog ini, seakan jutaan kata keluar dari kepala dan sulit untuk dikendalikan. Kalimat meski kurang rapi tersusun, tapi berharap pesan akan selalu sampai.
Berharap sempurna dalam belajar mungkin akan lama. Dana tidak tahu kapan batas waktu itu tercapai. Kadang lisan, pikiran dan tangan paling sulit untuk kerja sama membangun tulisan yang enak dibaca. Karena pembiasaan lisan dan pikiran lebih dominan selama bertahun-tahun.
Dan dari sinilah, Saya akan memulai.