Banyak yang bicara persatuan, sementara tangan dan kaki mereka memecahkan pemahaman umat islam dengan masalah cabang.
Banyak yang bicara 'guyup rukun', tapi mata mereka buta bahwa tetangga mereka ada yang kelaparan.
Banyak yang mengaku nasionalis, patriotis tapi negeri mereka di'jarah' asing mereka diam.
Banyak yang bicara cukup menyelamatkan diri dan keluarga mereka saja, tapi mereka tidak sadar sikapnya itu telah melanggengkan penjajahan sistemik oleh musuh Allah.
Banyak mencela orang yang hidupnya tak mampu terbeli dengan materi karena semata berjuang tanpa pamrih membela agama Allah, sementara mereka para pencela itu tak mampu hidup tanpa belas kasihan 'uang penjajah'.
Ini masalah kita, sadari bahwa hidup "enak" hari ini tak berarti apa-apa jika kita tidak memahami bahwa dunia hanya medan perjuangan, bukan surga kenikmatan.
Beban umat ini, terbebankan pula di pundak kita.
Apakah kita mampu memperjuangkan dan menangisi kondisi umat ini, sementara kehidupan dunia yang menipu ini masih menjadi orientasi hidup kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar