Senin, 13 September 2021

Percepatan Kawasan Industri, Solusikah?

Pemerintah berupaya melakukan berbagai program untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negeri ini. Upaya PEN(Pemulihan Ekonomi Nasional) salah satunya dilakukan dengan Investasi di kawasan industri yang diproyeksi akan terus tumbuh pada tahun ini. Ditandai dengan naiknya penjualan lahan, bisnis di kawasan industri ditaksir bisa meningkat 12%.

Menurut Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah realisasi investasi pada semester I/2021 mencapai Rp 25,3 triliun. Hal ini dianggap menunjukan tren yang positif di tengah pandemi yang terjadi di Indonesia.

Sedangkan data yang dirilis oleh Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), bahwa pada triwulan II tahun 2021, capaian dari realisasi investasi di Jawa Tengah sebesar Rp 13,02 triliun. Untuk penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 5,26 triliun, dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 7,76 triliun.

Keberadaan kawasan industri di Jawa Tengah, dapat menjadi solusi bagi investor yang ingin membangun pabrik atau perusahaan. Berikut ini 7 kawasan industri yang berada di Jawa Tengah :
1. Kawasan Industri Wijayakusuma di Kota Semarang
2. Jatengland Industrial Park Sayung di Kabupaten Demak
3. Aviarna Industrial Estate di Kota Semarang.
4. BSB Industrial Park di Kota Semarang.
5. Kawasan Industri Terpadu Batang di Kabupaten Batang.
6. Tanjung Emas Export Processing Zone di Kota Semarang.
7. Kawasan Industri Kendal yang juga merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal di Kabupaten Kendal.

Tak heran jika pemerintah enggan melakukan lockdown untuk mengatasi Pandemi, karena keberadaan investasi sebagai salah satu yang utama dalam pemulihan ekonomi tidak memungkinkan Indonesia bahkan Jawa Tengah menutup diri dari masuknya tenaga asing.


Adanya Kawasan Industri di Tengah Masyarakat Miskin

Jawa Tengah dengan segala pesonanya telah menarik para investor menanamkan modalnya. Tapi kita tak boleh lupa bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat ketiga secara nasional dalam pertambahan jumlah penduduk miskin per Maret 2020, di bawah Jawa Barat dan Jawa Timur. Pertambahannya, hingga Maret 2020 tercatat 301.500 orang atau naik 0,83 persen di banding data September 2019. Jumlah penduduk miskin Jawa Tengah pada Maret 2020 mencapai 3,98 juta jiwa, naik di banding September 2019 yang mencapai 3,68 juta jiwa.

Sehingga kita tidak bisa menutup mata akan kemiskinan dan masalah sosial lain di daerah kita. Bahkan Angka pengangguran di Jawa Tengah atau Jateng mengalami peningkatan pada masa pandemi Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Jateng saat ini mencapai 1.214.342 orang, atau sekitar 6,48% dari jumlah angkatan kerja di Jateng pada 2020 yang mencapai 18.751.277 orang.

Memang seakan adanya kawasa industri akan membuka peluang kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat, tapi jangan lupa bahwa dampak negatif akan jauh lebih besar. Karena negara membuka peluang sebesar-besarnya untuk kapitalis memainkan perannya dan menguatkan cengkeraman hegemoni asing di negeri ini.

Strategi Kapitalisme Mencengkeram Negeri

Berdasarkan Laporan Global Investment Trends Monitor yang dirilis Badan PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (The United Nations Conference on Trade and Development/ UNCTAD), Indonesia termasuk dalam jajaran 10 besar negara yang menjadi tujuan investasi yakni peringkat 9 pada survei 2016.

Laporan ini juga menyebutkan sebanyak 8 persen, koresponden UNCTAD menjadikan Indonesia sebagai lokasi investasi paling prospektif. Sebelumnya, Indonesia menempati posisi peringkat 14 pada survei 2014.

Jadi adanya kawasan industri yang digenjot dan digadang-gadang mampu membantu pemulihan ekonomi bangsa ini, sebenarnya atas rekomendasi dari lembaga dunia yang secara tidak langsung "memaksa" dengan tidak sadar dan dirancang untuk memasukkan investasi mereka ke negeri ini. 

Padahal hegemoni negara kapitalisme akan menguat ketika negara berkembang seperti Indonesia mengikuti jebakan strategi yang dirancang mereka.Kapitalisme memfasilitasi ketamakan kaum kapitalis untuk terus mengembangkan kekayaannya demi adanya pertumbuhan ekonomi. Ketamakan dalam pengembangan kekayaan ini selalu mendorong para kapitalis untuk terus memperluas penguasaan bahan baku, tenaga kerja dan pasar ke berbagai negara dalam bentuk penjajahan ekonomi.

Besarnya sebuah negara kapitalis, mengharuskan adanya negara lain yang menderita karena dihisap kekayaannya oleh negara kapitalis tersebut.

Saat ini Indonesia sedang menjadi "sapi perah" negara-negara adidaya. Kekayaan Indonesia berlimpah tetapi rakyatnya banyak yang hidup miskin.

"Tidak selayaknya kita mempertahankan dominasi ideologi kapitalisme di Indonesia. Bisa jadi Indonesia menjadi besar dengan kapitalisme, namun itu berarti kita memilih sesuatu yang tidak layak pula: menjadi besar sebagai penjajah penghisap kekayaan negara lain. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar