Berkata Al-Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah:
ㅤ
ﺇﺫا اﺑﺘﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﺒﺪﻩ ﺑﺸﻲء ﻣﻦ ﺃﻧﻮاﻉ اﻟﺒﻼﻳﺎ ﻭاﻟﻤﺤﻦ ﻓﺈﻥ ﺭﺩﻩ ﺫﻟﻚ اﻻﺑﺘﻼء ﻭاﻟﻤﺤﻦ ﺇﻟﻰ ﺭﺑﻪ ﻭﺟﻤﻌﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻃﺮﺣﻪ ﺑﺒﺎﺑﻪ ﻓﻬﻮ ﻋﻼﻣﺔ ﺳﻌﺎﺩﺗﻪ ﻭﺇﺭاﺩﺓ اﻟﺨﻴﺮ ﺑﻪ.
ㅤ
"Jika Allah menguji hamba-Nya dengan berbagai macam bencana dan cobaan; jika ia kembalikan bencana dan cobaan tersebut kepada Rabbnya, bertekad kuat (untuk kembali pada-Nya), dan mengetuk pintu-Nya, maka itu adalah tanda kebahagiaannya dan tanda (Allah) menginginkan kebaikan kepadanya."
📚Thariq Al-Hijratain : 163
Rabu, 31 Juli 2019
MERAIH KEBAHAGIAAN KETIKA DILANDA MUSIBAH
BERPIKIR SEBELUM BERUCAP DAN BERAMAL
Allah subhanahu wata’ala. Allah berfirman,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."
📚QS. Al-Isra’: 36
Imam Ibnu Daqiq al-‘Id rahimahullah, ia pernah mengatakan,
مَا تَكَلَّمْتُ بِكَلِمَةٍ, وَلَا فَعَلْتُ فِعْلًا, إِلَّا أَعْدَدْتُ لِذَلِكَ جَوَابًا بَيْنَ يَدَيْ اللهِ تَعَالى
"Tidaklah aku mengucapkan suatu kata dan tidaklah aku melakukan suatu perbuatan melainkan aku persiapkan untuk hal itu jawabannya untuk nanti dihadapan Allah ta’ala."
📚Fathul Mughits: 1/167
BENTUK PENGABULAN DOA
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا
“Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan sebuah do’a yang tidak dosa dan tidak pula do’a memutus silaturahmi melainkan akan diberikan satu dari tiga bentuk: bisa jadi disegerakan do’a tersebut di dunia, atau Allah simpan baginya untuk di akhirat, atau Allah hindarkan dirinya dari keburukan yang setara dengan do’anya itu.”
📚HR. Ahmad: 17/213
NIKMAT RASA AMAN DIJAGA DALAM ISLAM
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ، مُعَافَى فِيْ جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ، فَكَأنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
"Barangsiapa yang hidup secara aman perjalanannya, sehat badannya, memiliki makanan setiap harinya, maka seakan-akan terkumpul padanya nikmat dunia".
📚HR. Timidzi 2346, Ibnu Majah 4141. Lihat Shohihul Jami' 6042
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
"Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakuti saudara muslim lainnya".
📚HR. Abu Dawud 5004 dan Ahmad 23064 dengan sanad shohih
مَنْ أَشَارَ إِلَى أَخِيهِ بِحَدِيدَةٍ فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَلْعَنُهُ حَتَّى وَإِنْ كَانَ أَخَاهُ لأَبِيهِ وَأُمِّه
"Barangsiapa yang mengisyaratkan kepada saudaranya dengan besi maka Malaikat akan melaknatnya sehingga dia meninggalkannya, sekalipun saudara satu bapak dan ibunya."
📚HR. Muslim: 2616
KEWAJIBAN SEORANG MUKMIN KEPADA SAUDARANYA
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْمُؤْمِنِ عَلَى الْمُؤْمِنِ سِتُّ خِصَالٍ يَعُودُهُ إِذَا مَرِضَ وَيَشْهَدُهُ إِذَا مَاتَ وَيُجِيبُهُ إِذَا دَعَاهُ وَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِذَا لَقِيَهُ وَيُشَمِّتُهُ إِذَا عَطَسَ وَيَنْصَحُ لَهُ إِذَا غَابَ أَوْ شَهِدَ
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada enam kewajiban seorang muslim kepada mukmin yang lain. Apabila saudaranya sakit hendaknya dia jenguk. Apabila dia akan meninggal hendaknya dia ikut menyaksikannya. Apabila bertemu maka hendaknya dia ucapkan salam kepadanya. Apabila dia bersin hendaknya mendoakannya. Dan apabila dia pergi/tidak ada atau sedang hadir -ada di hadapannya- maka hendaknya dia bersikap nasehat kepadanya.”
📚HR. Tirmidzi
al-Mubarakfuri rahimahullah berkata:
وَحَاصِلُهُ أَنَّهُ يُرِيدُ خَيْرَهُ فِي حُضُورِهِ وَغَيْبَتِهِ ، فَلَا يَتَمَلَّقُ فِي حُضُورِهِ وَيَغْتَابُ فِي غَيْبَتِهِ فَإِنَّ هَذَا صِفَةُ الْمُنَافِقِينَ
“Kesimpulannya adalah hendaknya seorang muslim senantiasa menginginkan kebaikan bagi saudaranya, baik ketika dia ada ataupun tidak ada, dan janganlah dia hanya senang mencari muka ketika berada di hadapannya dan menggunjingnya apabila saudaranya itu tidak ada di hadapannya, karena sesungguhnyahal ini termasuk ciri orang-orang munafik.”
📚Tuhfat al-Ahwadzi [7/44] asy-Syamilah
WAKIL-WAKIL IBLIS
al-Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rohimahullah berkata :
نُواب إبليس في الأرض وهم الذين يُثبِّطون الناس عن طلب العلم والتفقه في الدين، فهؤلاء أضرّ عليهم من شياطين الجن.
"Wakil-wakil Iblis di muka bumi, yaitu orang-orang yang menggembosi manusia dari menuntut 'ilmu dan mempelajari agama, mereka ini lebih membahayakan Manusia dibandingkan Para Syaithon dari golongan Jin."
📚Miftah Daaris Sa'adah, jilid 1 hlm. 160
TANDA ALLAH MENGHENDAKI KEBAIKAN PADA SEORANG MUSLIM
1. Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkannya dalam urusan agama (Islam).”
📚HR. Bukhari nomor 71 dan Muslim nomor 1037
2. Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ bersabda:
إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله قيل : ما يستعمله ؟ قال : يفتح له عملا صالحا بين يدي موته حتى يرضي عليه من حوله
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah jadikan ia beramal.” Lalu para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dijadikan dia beramal?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dibukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridha kepadanya".
📚HR. Ahmad dan selainnya
3.
عن محمد ابن كعـب القرظي رحمه الله تعالى ، قال :
إذا أراد الله تعالى بعبدٍ خيراً
جعــــل فيـه ثـلاث خـــلالٍ :
★ فقه في الدين .
★ وزهادة في الدنيا .
★ وبصيرة بعيوبه .
Muhammad bin Ka'ab Al-Qurzhi (seorang ulama generasi Tabi'in) _rahimahullah_ berkata: "Apabila Allah Ta'ala menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, niscaya Dia akan memberikan padanya 3 perkara, yaitu:
1. Pemahaman (yang benar) tentang agamanya.
2. Kezuhudan (baca: tidak rakus) terhadap (harta benda) dunia.
3. Pengetahuan tentang kekurangan dirinya."
📚Hilyatul Auliya' karya Abu Nu'aim Al-Ashfahani, juz III/213 Dan Syarhus Sunnah, karya Imam Al-Baghawi juz VII/294
Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda :
اللَّهمَّ باركْ لأُمَّتِيْ فِيْ بُكُوْرِهَا
“Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku dalam aktivitas pagi mereka”.
📚HR Abu Dawud : 2606, Tirmidzi : 1212, Sunan Abi Dawud, no 2270
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka ia akan dipahamkan dalam agama”.
📚HR Bukhari : 71, Muslim : 1037
إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله قيل : ما يستعمله ؟ قال : يفتح له عملا صالحا بين يدي موته حتى يرضي عليه من حوله
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah jadikan ia beramal.”
📚HR. Ahmad
إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا و إذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, Allah akan segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hamba-Nya, Allah akan menahan adzab baginya akibat dosanya (di dunia), sampai Allah membalasnya (dengan sempurna) pada hari Kiamat.”
📚HR. At-Tirmidzi dan Al Hakim dari Anas bin Malik
من يرد الله به خيرا يصب منه
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.”
📚HR. Al-Bukhari
لَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ أَوْ الْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَفِي مَالِهِ وَفِي وَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ
“Senantiasa ujian itu menerpa mukmin atau mukminah pada jasadnya, harta dan anaknya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”
📚HR. Ahmad dan At-Tirmidzi
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).”
📚HR. Al-Bukhari dan Muslim
و ما أعطي أحد عطاء خيرا و أوسع من الصبر
“Tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.”
📚HR Al-Bukhari dan Muslim
ISTIGHFAR
Al Qurthubi rahimahullah mengatakan:
قال علماؤنا: الاستغفار المطلوب، هو الذي يحل عقد الإصرار، ويثبت معناه في الجنان، لا التلفظ باللسان. فأما من قال بلسانه: "أستغفر الله"، وقلبه مُصر على معصيته، فاستغفاره ذلك يحتاج إلى استغفار، وصغيرته لاحقة بالكبائر.
وروي عن الحسن البصري أنه قال: استغفارنا يحتاج إلى استغفار.
"Para ulama kita mengatakan, istighfar yang dituntut adalah istighfar yang memutus tali ishrar (maksiat yang terus-menerus), dan mengokohkan makna dari istighfar dalam hati. Tidak sekedar istighfar dalam di lisan."
"Adapun sekedar mengucapkan 'astaghfirullah' di lisan, sedangkan hatinya masih cenderung untuk melakukan maksiat, maka istighfarnya itu butuh untuk di-istighfar-i. Dan dosa kecil ketika itu menjadi dosa besar."
Diriwayatkan dari Al Hasan Al Bashri bahwa beliau mengatakan, 'Istighfar kita butuh di-istighfar-i'"
📚Tafsir Al Qurthubi, 4/110
TAMAN SURGA ITU HALAQOH DZIKIR
Nabi bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
“Jika kalian melewati taman syurga maka berhentilah. Mereka bertanya,”Apakah taman syurga itu?” Beliau menjawab,”Halaqoh dzikir (majelis Ilmu).”
📚Hadits Riwayat At-Tirmidzi
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya. Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya.”
📚Hadits Riwayat Muslim
مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالىَ فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ: قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَبُـدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
“Tidaklah duduk suatu kaum, kemudian mereka berzikir kepada Allah تَعَالىَ dalam duduknya hingga mereka berdiri, melainkan dikatakan (oleh malaikat) kepada mereka: Berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan-keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan.”
📚HR.Ath-Thabrani
Minggu, 07 Juli 2019
WALI SONGO utusan KHILAFAH USTMANI untuk menyebarkan Islam di Pulau Jawa
Nama Wali Songo sebagai Penyebar Islam di Pulau Jawa sangat dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama yang beragama Islam. Istilah Songo yang berarti mulia (bukan dalam arti angka 9) itu berasal dari bahasa arab yaitu dengan kata Sanga (mulia). Para da’i ditugaskan oleh Khilafah Turki Ustmani pada waktu itu dengan membagi Wilayah Jawa menjadi tiga, dengan masing-masing bagian diisi oleh 3 (tiga) da’i. Mereka berasal dari berbagai wilayah ke-Khilafahan Daulah Islamiyah, sedangkan Pucuk Pimpinan dipegang oleh Sunan Ampel karena beliau lebih dekat kekerabatannya dengan Pemegang Kekuasaan Mojopahit.
Pada tahun 1404 Masehi, Sultan Muhammad I, Sultan Kesultanan Turki Ustmani mengutus Maulana Malik Ibrahim untuk berdakwah di Nusantara ( Indonesia ), beliau ( Maulana Malik Ibrahim ) adalah pakar pertanian dan akhirnya menetap dan wafat di Gresik, Jawa Timur. Begitu juga dengan Sunan Kudus, beliau asli berasal dari Al Quds, Palestine. Beliau adalah pakar perang dan strategi Islam di masa Kesultanan Turki Ustmani, begitu pula dengan Sunan Gunung Djati juga berasal dari Palestine. Ketiganya diutus oleh Sultan Muhammad I. Sunan Kudus dikawal oleh 2 org dari China sebagai pembantu perang dan arsitektur antaranya Ti Lin Tsing ( Pakar Wushu ), dan Sung Kin Ang ( Pakar Ukir ). Pengiriman ulama Islam yg lebih dikenal Wali Songo dari luar nusantara berlanjut sampai datangnya Portugis ke Sunda Kelapa. Untuk membantu perjuangan Islam di tanah air. para wali diyakini bukanlah sebutan utk 9 individu tapi status jabatan yg dibentuk untuk membantu kelangsungan pemerintahan Islam di Tanah air.
Kesultanan di Nusantara telah lahir untuk menjadi alat dalam menerapkan Hukum / Aturan ALLAH SWT. Setelah perjalanan panjang da’wah selama 80 tahun. Setelah itu secara serentak dan paripurna wilayah-wilayah yang ada di pulau Jawa dan daerah lainnya di Nusantara serta daerah sekitarnya berdiri / lahir Kesultanan-kesultanan. Seluruh wilayah Nusantara dan sekitarnya diterapkan SYARIAH ISLAM, Mutlak dan Wajib menggabungkan diri didalam naungan Daulah Khilafah Turki Ustmani pada waktu itu.
Pada masa itu Kemuliaan Peradapan Umat berada pada masa ke-Emasan, dengan julukan bagi Wilayah Nusantara dengan julukan “GEMA RIPAH LOH JINAWI, TOTO TENTREM KERTO RAHARJO” dan “SRI BUYA ISLAM. Juga pada Abad sebelumnya sudah disebut oleh Marcopolo setelah bersandar di perairan pulau Sumatera yaitu dengan sebutan “THE LAW OF MUHAMMAD” atau “UNDANG – UNDANG MUHAMMAD”.
Jumat, 05 Juli 2019
Dua Nikmat yang Jarang Disyukuri
Abu Tamimah Thorif ibn Mujalid al-Hujaimy rohimahullah berkata :
أصبحت بين نعمتين: ذنوب سترها الله فلا يستطيع أن يعيرني بها أحد، ومودة قذفها في قلوب العباد لا يبلغها عملي.
"Aku berada diantara dua kenikmatan; yang pertama adalah dosa-dosa yang Allah tutupi, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa mencelaku dengannya, yang kedua adalah kecintaan yang Allah letakkan di hati hamba-hamba-Nya yang tidak mungkin bisa kuraih dengan amalku."
📚Uddatush-Shobirin, hlm. 126