Sabtu, 03 April 2021

Ramadhan Pemersatu Umat

Ramadhan tahun ini jelas masih dirasa berbeda dari tahun tahun sebelumnya. Pandemi masih menyelimuti kehidupan kita, mempengaruhi kondisi ekonomi dan politik negeri, ditambah maraknya aksi penangkapan yang dilakukan Densus 88 beberapa waktu ini memberi nuansa berbeda jelang Ramadhan. Dimulai dari bom Makasar lalu berlanjut pada penyisiran Densus 88 ke beberapa daerah. Jelas ini menciptakan psikologis tersendiri pada diri umat. 

Fakta dari peristiwa teror terjadi, tapi beragam framing pada Islam radikal, garis keras, wahabi menjadi momok yang menakutkan karena media memberitakannya sedemikian rupa. Pandemi belum usai, ulama masih saja ada yang dikriminalisasi, bahkan skandal BLBI dianggap lolos pun menjadi pemandangan pahit bagi rakyat di negeri ini. Kita masih saja berduka dengan kebijakan impor, ekonomi meroket dengan kenaikan harga dimana-mana, kriminalitas, kerusakan generasi dan beragam peristiwa masih terus menghiasi pemberitaan harian negeri ini. Kita masih berduka jelang Ramadhan kali ini.

Kesedihan umat seakan dipaksa ditumpuk dengan aksi korupsi yang merajai jagat politik negeri ini. Kita tak lupa korupsi Bansos, Asabri dan BPJS serta rangkaian megakorupsi lainnya yang mangkrak, tak ada kabar kelanjutannya. Solusi praktis menutup kekurangan dana APBN adalah dengan hutang dan menderaskan arus investasi dari swasta untuk alasan membangun negeri. Kita terjebak dengan hutang yang seakan sulit untuk terbayarkan. Miris negeri kaya tapi rakyatnya miskin.

Apalagi bulan Ramadhan selalu menjadi bulan kapitalis mendulang keuntungan berlimpah. Dari bisnis makanan, sandang hingga tontonan dan hiburan. Apalagi dalam situasi pandemi seperti ini, penyedia bisnis provider, Alat komunikasi jarak jauh jelas akan makin bergelimang keuntungan. Karena kapitalis menjadi pemain mereka akan terus mendulang keuntungan. 


Ramadhan Kali Ini Harus Berbeda

Jangan menyamakan Ramadhan kali ini dengan sebelumnya dimana kita baru awal memasuki pandemi. Umat masih diliputi kekhawatiran pada awalnya, tapi Ramadhan tahun ini masyarakat dianggap lebih mampu mengantisipasi dan berpikir lebih kritis sehingga jelas dari sisi ibadah harus jauh lebih ditingkatkan. Ramadhan kali ini harus mampu dijadikan momentum untuk mengubah tatanan rusak liberalisme menuju step kemenangan Islam. Tak ada masalah jika musuh Allah terus menstigma negatif para kekasih Allah, mencap teroris pada sebagian umat Islam yang dituduhkan, mengkriminalkan dan memberi tudingan radikal pada para pendakwah. Karena sejatinya kebenaran itu akan tetap dimenangkan. 

Ramadhan akan menjadi madrasah dalam membina umat untuk lebih dalam lagi mengaji Islam Kaffah, tak manjauhi politik dan bersinergi untuk melawan kezhaliman karena nyata-nyata kerusakan saat ini ada didepan mata semua orang. Dan semua tergantung pada kekuatan para pendakwah dalam menjelaskan berbagai pandangan Islam. Meski prediksi lahirnya kekuatan  baru umat Islam yang dilakukan Barat berhasil mereka gagalkan dengan adanya Pandemi di dunia. Ada yang diuntungkan dengan pandemi ini, dunia ada dalam gemggaman mereka yang berideologi dalam melihat problem dunia. Tapi yakinlah semua tidak akan lama bertahan. Sepanjang umat Islam yang tersadarkan pun terus melayakkan diri dan memperbaiki keadaan dengan berdakwah.


Ramadhan Momen Pemersatu Umat

Ramadhan diawali dengan penentuan 1 Ramadhan dan diakhiri dengan ru'yatul Hilal 1 Syawal. Hal ini merupakan momentum yang sangat baik untuk menciptakan persatuan di tengah umat. Meski pada realitanya di negeri ini kadang masih kita temui adanya perbedaan awal-akhir Ramadhan. Adanya persamaan dalam pelaksanaan shoum Ramadhan, shalat berjamaah dan Tarawih erta Amaliah lainnya pada bulan Ramadhan bisa dikatakan sama seluruh umat Islam di dunia. 

Menyikapi perbedaan awal akhir Ramadhan, semestinya umat Islam merujuk kepada dalil yang lebih kuat dalam penentuannya. Meski penentuan awal dan akhir Ramadhan merupakan masalah khilafiyah, peran pemimpin dalam Islam inilah yang nantinya akan mengadopsi hukum dalam masalah ini. Tentu pendapat yang diadopsi adalah pendapat yang kuat (rajih) yang sejalan dengan persatuan umat dan kesatuan negara. Yaitu pendapat jumhur ulama yang mewajibkan penggunaan rukyatul hilal (bukan hisab) yang diberlakukan seluruh dunia. Hal ini ditegaskan oleh Imam Al-Maziri ketika mensyarah hadis-hadis Shahih Muslim tentang rukyatul hilal. “Jika hilal telah terbukti oleh Khalifah maka seluruh negeri-negeri Islam wajib merujuk hasil rukyat itu…sebab rukyat Khalifah berbeda dengan rukyat dari selain Khalifah. Karena seluruh negeri-negeri yang berada di bawah pemerintahannya dianggap bagaikan satu negeri.” (Imam al-Maziri, Al-Mu’allim bi Fawa`id Muslim, Tunis : Ad-Dar At-Tunisiyah, II/44-45).

Beranjak dari dalil hadits, Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :
صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته

“Berpuasalah kamu karena melihat dia [hilal] dan berbukalah kamu karena melihat dia [hilal].” (HR Bukhari no 1776; Muslim no 1809; At-Tirmidzi no 624; An-Nasa`i no 2087).

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda :
إذا رأيتموه فصوموا، وإذا رأيتموه فأفطروا، فإن غُمَّ عليكم فاقدروا له

“Jika kamu melihat dia (hilal) maka berpuasalah kamu, dan jika kamu melihat dia (hilal) maka berbukalah, jika pandangan kamu terhalang mendung maka perkirakanlah.” (HR Bukhari no 1767; Muslim no 1799; An-Nasa`i no 2094; Ahmad no 7526).

Hadits-hadits di atas mempunyai pengertian yang jelas (sharihah ad-dalalah), bahwa sebab syar’i untuk puasa Ramadhan dan Idul Fitri tiada lain adalah rukyatul hilal. Dan rukyatul hilal yang dimaksud, bukanlah rukyat lokal yang berlaku untuk satu mathla’ (mazhab Syafi’i), melainkan rukyat yang berlaku secara global, dalam arti rukyatul hilal di salah satu negeri muslim berlaku untuk kaum muslimin di negeri-negeri lain di seluruh dunia. (mazhab jumhur, yaitu mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali). Inilah pentingnya pemersatu umat Islam di dunia. Halal haram pelaksanaan ibadah akan bisa dijalankan ketika ada penguasa yang memimpin umat Islam secara keseluruhan yaitu adanya khalifah. 

Adanya pandemi di dunia hari ini, dianggap memalingkan perjuangan menuju persatuan hakiki umat. Tak terdengar lagi seruan muhasabah lil hukam yang lantang diteriakan dimana-mana, represifnya aparat pun membatasi umat untuk sekedar berlaku kritis di media sosial. Pandemi akhirnya meredam kekritisan itu, menyibukkan umat pada urusan pemenuhan kebutuhannya yang kian terbelit akan kapitalisme yang makin ganas menghisap darah rakyat.

Umat terbebani dengan banyak masalah. Sementara solusi Islam pun dianggap sebagai solusi kontroversial yang dibuat media dan opini dari penguasa karena khawatir keberlangsungan mereka akan sirna dalam panggung politik. Padahal sejatinya adanya kekuasaan dalam Islam seperti dua saudara kembar. Hal ini pernah dikatakan oleh al Ghazali, sosok tokoh yang mengkader Shalahuddin al Ayyubi, penakluk Palestina. 
"Agama dan kekuasaan itu ibarat dua saudara kembar, seperti dua saudara yang lahir dari satu perut yang sama" (Al-Ghazali, At-Tibr al-Masbûk fî Nashîhah al-Mulk).

Menjadikan Islam hanya sebagai pengatur agama mahdhoh saja jelas mempersempit ruang pengaturan Islam. Hubungan antar manusia pada akhirnya tidak diatur berdasarkan syariat Allah. Manusia mengambil peran sebagai pengganti Tuhan dalam mengatur manusia. Dan hal ini jelas alan mengakibatkan perselisihan, pertentangan dan permasalahan yang pelik di tengah manusia.

Maka seharusnya Ramadhan tahun ini mengingatkan kita akan pentingnya penerapan Islam secara kaffah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 

Artinya, “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).

Allah berfirman:

 إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ 

Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus. (Yusuf/12:40) 

Tak sepantasnya manusia sombong di muka bumi. Menjadikan dirinya al Mudabbir/pengatur, sementara kerusakan sudah terbukti disemua lini kehidupan. Sudah sepantasnya kita bertaubat, kembali kepada hukum Allah, mwnyongsong persatuan umat dan memenangkan agama Islam ini. Jadikan momentum Ramadhan kali ini sebagai bulan memahamkan umat, mempersatukan umat dna berjuang bersama umat meraih kemuliaan dunia akhirat. Wallahu a’lam.