Strategi inilah yang kemudian Jepang pikirkan untuk mendekati para ulama dan umat Islam ketika menjajah nusantara. Mereka memasuki wilayah nusantara dengan mengambil simpati dari ulama dan santri. Menjadikan target yang sama bahwa mereka sama-sama anti penjajah kristen.
Tapi sikap itu kini jauh berbeda. Upaya anti radikalisme justru dijadikan alat pemantik kemarahan para ulama dan santri. Tuduhan miring selalu ditujukan untuk memarginalkan kekuatan Islam sebagai lawan politik. Rezim seakan kebingungan untuk mengkriminalkan lawan politik dari kalangan mayoritas muslim di negeri ini. Hingga beragam cara seakan ditempuh untuk menjadikan musuh bersamanya adalah muslim politis.
Beragam strategi pecah belah dilakukan. Radikalisme diskenariokan pemain utamanya adalah sesama saudara muslim. Laksana Jepang dulu ingin meraih kepercayaan umat Islam, mereka menggunakan istilah saudara tua. Hal itu pula yang kini digunakan untuk melemahkan umat Islam. Memerangi Islam dengan membagi umat Islam. Sebagai saudara tua maka dianggap memiliki wewenang lebih besar dibanding saudara lainnya. Sehingga memainkan peran gebuk lawan politik atas nama ketidaksesuaian dengan budaya bangsa, menjadi alat legal memberangus Islam politik.
Tanpa sadar, alur permainan hanya mengulang skenario lama. Selalu ada deretan orang orang munafik yang dipergunakan untuk alat memudahkan penjajahan. Mereka diberikan kekuasaan untuk semakin mengokohkan hegemoni penjajah di negeri mereka sendiri. Pola lama ini digunakan oleh kafir imperialis yaitu kaum kapitalis yang kini memanfaatkan para antek yang duduk di dalam kekuasaan untuk memudahkan langkah mereka menjajah dengan cara barunya.
Para priyayi masa ini membuat undang-undang atas nama rakyat untuk melanggengkan kepemilikan asing di negeri ini. Mereka menempatkan orang-orang sejenis untuk semakin menguatkan hegemoni imperialis menjarah atas nama investasi. Miris, anak negeri dituduh makar, mereka berkuasa semaunya disebut pembela negeri. Rakyat dibebani beragam pajak dan beban hidup, mereka senyum bahagia menikmati bagian hasil jarahan.
Strategi lama gaya baru ini kini menjadi bagian yang mudah di indra oleh kaum yang berpikir. Munculnya opini perang melawan radikalisme merupakan bagian dari strategi pengalihan. Seperti halnya Jepang ketika menjajah Indonesia menggunakan strategi membentuk Persatoean Oemat Islam, yang merupakan bagian dari tiga A -Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia-. dimana Strategi ini merupakan suatu kebijakan yang bertumpu pendekatan kepada kiai dan ulama desa.
Strategi lama ini kini pun memicu munculnya cara baru dalam beragama, dengan menghidupkan budaya lokal, kearifan lokal hingga kemusyrikan atas nama agama masa lalu, menjadi solusi jalan tengah Islam yang jauh lebih layak diaplikasikan. Seakan Islam Arab yang dibawa Rasulullah Muhammad disalahpahami oleh ulama hingga perlu direnovasi total hingga ke aqidah. Menjengkelkan.
Padahal tidak ada dalam sejarah, Arab melakukan serangan kepada negeri ini. Yang ada justru sebaliknya, jejak kekhilafahan masa lalu di saat kejayaan Islam nampak sebagai kekuatan terbesar dunia, memiliki kontribusi besar dalam eksistensi bangsa ini. Lalu kenapa jadi Islam yang dibawa Rasulullah yang harus menyesuaikan dengan masyarakat kekinian?kenapa harus mengikuti skenarip Barat dalam berIslam?
Islam datang sebagai pelepas kejahiliyahan yang menimpa manusia. Lalu tidak pantas justru manusia hari ini berusaha sekuatnya mengembalikan kepada kejahiliyahan itu. Teknologi modern tidak akan tegak tanpa beragama yang benar. Kebodohan dalam beragama justru akan menjadi penyebab kehancuran peradaban. Islam kuat sebagai sebuah peradaban jika ditegakkan atas dasar ideologi yang tepat. Tak sekedar menyederhanakan penerapan bahkan mengalihkannya pada aturan lain selain Islam, tapi Islam akan nampak sebagai pemimpin peradaban jika diterapkan secara menyeluruh, secara pemikiran maupun metodenya.
Tatanan penerapan Islam kaffah dari sisi pemikiran dan metode inilah yang saat dipermasalahkan sebagai poin radikal. Karena adanya keinginan menerapkan aturan Islam dalam bernegara. Sementara kaum muslim hari ini mudah terpedaya pada opini penciptaan ketakutan pada Islam.kaffah, mereka justru mengubah ajaran Islam menjadi dekat dengan kejahiliyahan. Dimana wanita bercadar dikasuskan dsripada wanita yang tak menutup aurat. Miris.
Tak bisa dipungkiri banyak umat Islam yang kini pun terpedaya karena lemahnya pemahaman mereka kepada Islam, gencarnya opini mencitraburukkan Islam kaffah, menakuti masyarakat bahwa syariat Islam itu akan menyebabkan beragam masalah, ajaran islam terbukti terus diserang. Mereka persiapkan dana untuk melanggengkan opini tersebut. Bahkan hingga pengebom rutinan di akhir tahun pun kerap menjadi bumbu penguat opini tersebut.
Umat tidak boleh tinggal diam akan adan ya upaya imperialis tersebut. Mereka tau umat Islam akan bangkit sehingga mereka berusaha bagaimana muslim sendiri yang menggagalkannya agar lebih dramatis. Mereka kriminalkan ajaran Islam dan pengemban Islam. Mereka ciptakan sosok religous dadakan untuk mengelabuhi umat akan makna kebenaran.
Umat seharusnya memiliki keberanian untuk terus mengamati dan membongkar makar jahat mereka. Mengungkap kebenaran dan sikap istiqomah dalam jalan kebenaran. Jangan sampai umat terpedaya pada kelicikan kaum penjajah tang justru memanfaatkan kebesaran umat Islam di negeri ini. Menjauhkan diri dari politik kepentingan, kekuasaan bukan dibenarkan untuk imperialos tapi kekuasaan dikembalikan kepada rakyat dan kedaulatan kepada Syariat. Begitulah seharusnya seorang muslim berbuat dalam realitas saat ini. Jangan mudah terpedaya pada personality yang ingin meraup keuntungan dari Islam dan umatnya. Umat harus sepenuhnya sadar bahwa Islam adalah kebenaran dan akan tetap dimenangkan di muka bumi. Tegaknya hukum Allah adalah keniscayaan.